Mohon tunggu...
PMM UMM 09 95
PMM UMM 09 95 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gerakan Sholat Dapat Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi

12 Februari 2023   13:40 Diperbarui: 12 Februari 2023   14:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipertensi merupakan salah faktor risiko primer terjadinya penyakit jantung dan stroke. Saat ini hipertensi merupakan faktor resiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian secara dini. Salah satu penduduk yang beresiko mengalami gangguan akibat hipertensi adalah lansia. Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi, bertambahnya usia menyebabkan penurunan fungsi dari organ tubuh, ditandai dengan menurunnya elastisitas arteri dan terjadinya kekakuan pada pembuluh darah sehingga akan sangat rentan sekali terjadi peningkatan tekanan darah pada lanjut usia.

 Hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki beberapa pengobatan, salah satunya adalah pengobatan non-farmakologik yaitu pengobatan yang tidak menggunakan obat-obatan dengan bahan kimia, sama halnya dengan pengobatan komplementer. Pengobatan komplementer yaitu terapi pengobatan alami. Pengobatan alami lebih cenderung menangani penyebab dari penyakit yang diderita serta berupaya agar tubuh dengan sendirinya dapat menyembuhkan diri dari penyakit, sedangkan pengobatan kedoteran pada umumnya lebih mengutamkan pada penanganan gejala dari penyakit. Suatu   upaya   pengobatan   yang termasuk dalam terapi nonfarmakologi yaitu terapi komplementer (pelengkap) yang bisa mempercepat proses penyembuhan. Terapi komplementer yang murah dan mudah serta dapat menurunkan tekanan darah  terutama pada lansia  penderita  hipertensi, antara lain terapi  Tertawa, Teknik Relaksasi Otot Progresif, Aromaterapi dan Terapi Musik Klasik.

Jenis pengobatan komplementer yang lain diantaranya adalah sholat. Sholat dapat berfungsi sebagai exercise, karena sholat mengandung aktivitas pikir, aktivitas lisan, dan aktivitas fisik. Dalam hal ini pikiran, lisan, dan fisik betul-betul terkoordinasi menjadi satu bagian sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai suatu exercise yang menyeluruh, meskipun tidak dalam arti menggunakan energi yang maksimal, tetapi manfaatnya bisa saja akan terasa lebih optimal dibandingkan dengan exercise lain. Oleh karena itu, sholat hendaknya betul-betul dilakukan dengan kekhusyu’an segenap pikiran, ucapan-ucapan doa dengan lisan, dan perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan dalam gerakan-gerakan sholat. 

Gerakan-gerakan dalam sholat mampu bertindak sebagai terapi kesehatan fisik dan teknik pergerakan di dalam sholat  merupakan  seni  yang berkesan  untuk  mencegah  dan  merawat  berbagai macam penyakit. Kajian ilmiah juga membuktikan bahwa terapi sholat memberi kesan yang lebih baik dari  terapi  musik  karena  terdapatnya  gelombang gamma yang lebih tinggi   selepas menunaikan sholat  berbanding  selepas  mendengar  musik,  ini memberi kesan yang baik untuk membantu mengurangi tekanan dan stress sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja.

Penurunan  tekanan darah yang dialami oleh lansia pada kelompok intervensi dimungkinkan terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi.  Intervensi gerakan  sholat  yang diberikan selama  kurun waktu 4 minggu dapat memicu elastisitas pembuluh darah,    sehingga tekanan darah menurun sama halnya dengan melebarnya pipa air ketika akan menurunkan tekanan air. 

Dalam hal ini intervensi Gerakan sholat dapat mengurangi tahanan perifer. Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat aktivitas memompa jantung   berkurang.  Otot   jantung pada  orang  yang  rutin  olahraga  sangat  kuat, maka   otot   jantung   dari   individu   yang   rajin olahraga berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung orang yang jarang   berolahraga untuk memompakan  volume  darah  yang  sama. Salah satu faktor yang memicu   terjadinya penurunan tekanan darah adalah adanya intervensi senam ergonomik. Senam ergonomik merupakan salah satu jenis olahraga yang dikombinasikan dengan gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernafasan ini dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, sehingga abdomen terangkat perlahan lahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernafasan tersebut  memberikan pijatan pada jantung, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah   ke jantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Saat melakukan intervensi gerakan sholat, seseorang juga dapat dikatakan sedang melakukan aktivitas senam. Aktivitas ini akan memicu kenaikan tekanan darah yang cukup banyak. Sebaliknya, setelah latihan fisik atau senam selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit.

Intervensi Gerakan sholat yang dilakukan secara berulang-ulang dan teratur akan memicu penurunan tekanan darah berlangsung lebih lama. Kewajiban sholat lima waktu dalam sehari menyebabkan tulang dan persendian bergerak secara rutin dan tidak terlalu banyak diam dalam jangka waktu yang lama. Ketiadaan gerakan tulang dan persendian dapat melemahkan sel anabolis danmeningkatkan sel katabolis sebagai akibat berkurangnya zat pembentukan tulang, sehingga tulang dapat menjadi lebih raapuh dan  keropos. Pada saat sholat terjadi peralihan dari diam menuju rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud hingga salam yang semuanya melibatkan berbagai sendi. Gerakan tersebut menjaga keutuhan cairan pelumas dalam persendian dan juga melenturkan sambungan antar tulang.

Dalam setiap gerakan sholat, bagian tubuh manusia dipaksa untuk beraktivitas secara optimal. Mulai dari gerakan mengangkat tangan (takbiratul ikhram), sendi yang berperan adalah sendi bahu, sendi siku, dan sendi telapak tangan. Gerakan rukuk, sendi yang berperan adalah ruas tulang punggung, sendi paha, sendi siku, dan sendi pergelangan tangan. Bangun dari rukuk dan berdiri (I’tidal), sendi yang berperan adalah ruas tulang punggung, sendi lutut, dan sendi pergelangan kaki. Sujud, sendi yang berperan adalah ruas tulang punggung, sendi paha, sendi lutut, sendi siku, sendi pergelangan tangan, sendi pergelangan kaki. Duduk diantara 2 sujud, sendi yang berperan adalah sendi paha, sendi lutut, sendi siku, dan sendi pergelangan kaki. Terakhir salam, sendi yang berperan adalah sendi leher.

Manfaat dari gerakan sholat yaitu, gerakan takbiratul ikhram dalam melancarkan aliran darah juga getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus, posisi kepala lurus dengan tulang belakang ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi ini akan melatih relaksasi bagian tulang belakang hingga pinggang sehingga diharapkan dapat terbebas dari keluhan seputar tulang punggung dan pinggang. Ketika sujud aliran darah menuju otak meningkat sehingga diharapkan kerja otak menjadi semakin baik. Posisi jantung diatas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Duduk diantara 2 sujud dapat menghindarkan dari nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya sakit/nyeri ketika berjalan.

Intervensi gerakan sholat dengan 9 gerakan utama, merupakan bagian dari terapi komplementer senam ergonomik. Diharapkan lansia dapat mulai secara mandiri melakukan intervensi gerakan sholat. Pada dasarnya gerakan sholat mengajarkan seseorang untuk berpasrah diri kepada Allah SWT dan memohon kesembuhan atas penyakit yang dialami. Pada saat seorang muslim berserah diri, maka organ dalam tubuh akan mengalami relaksasi dan memicu hormon dalam tubuh untuk bekerja secara optimal dengan cara meningkatkan sistem imunitas secara bertahap. Dengan melakukan intervensi gerakan sholat, maka sendi-sendi yang ada dalam tubuh akan kembali terpacu secara optimal yang pada akhirnya akan memengaruhi aliran darah dalam tubuh serta mampu menurunkan tekanan darah dan kecemasan yang dialami oleh lansia.

Ivanda Zetia Ati | 234 | Ilmu Keperawatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun