Ini adalah kisah saya, saya adalah Ivan Christopher Lumban Gaol, saya lahir di Bandung tepatnya rumah sakit Dustira pada tanggal 30 Januari tahun 2003. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dua adik saya dua-duanya adalah laki-laki, adik pertama saya sekarang duduk di bangku kelas 2 SMP dan adik saya yang kedua sekarang kelas 1 SMP.
Bapak dan ibu saya merantau dari dan mereka bertemu di Bandung. Bapak saya bekerja sebagai wiraswasta dan ibu saya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sekarang saya tinggal di Jawa barat tepatnya di Cimareme kabupaten Bandung Barat.
Saya memulai pendidikan saya di umur 7 tahun di taman kanak-kanak BPK Penabur Cimahi, saya menjalani masa kecil saya dengan sangat bahagia, dulu di TK setiap hari Sabtu kami selalu mengadakan bersama. Nama wali kelas TK saya adalah ibu Yayah,dulu saya pernah dimarahi oleh ibu Yayah karena rambut saya dulu dikira di pikok alias diwarnai padahal aslinya tidak.
Di TK juga saya menjadi seorang atlet lari mewakili sekolah saya tapi sayang waktu itu saya belum mendapatkan juara. Pengalaman tak terlupakan di masa TK adalah saya kesal karena pernah ditipu,pengumuman di sekolah mengatakan bahwa kami akan berfoto dengan SantaClaus,saya kira itu adalah SantaClaus yang asli tapi ternyata dia hanya seorang satpam sekolah aku yang menggunakan kostum SantaClaus. Dan dulu juga diTK setiap sebulan sekali sekolahku mengadakan olahraga renang karena kebetulan waktu itu di sekolah kami mempunyai kolam renang sendiriLulus dari TK saya melanjutkan sekolah dasar saya di SDK BPK Penabur Cimahi, ya ini adalah sekolah yang sama dengan sekolah TK saya,sekolah ini adalah sekolah Kristen di Cimahi tepatnya di Jl. Encep Kartawiriaa nomor 75 Cimahi Utara.
Saya ingat wali kelas saya pada saat saya kelas 1 SD namanya adalah ibu Nancy, bisa dibilang dia cukup galak tapi galak dalam artian tegas. Kelas 1 SD saya bisa dibilang cukup pintar karena nilai saya rata-rata di atas 90.tapi apa daya ternyata teman-teman saya memiliki nilai lebih dari saya sehingga dengan nilai 90 pada saat kelas 1 SD saya hanya meraih ranking 13.pengalaman yang tak terlupakan di kelas 1 SD ini adalah di mana saya tidak tahu letak toilet sekolah baru saya sehingga saya bingung harus mencarinya dan akhirnya dituntun oleh kakak kelas saya.
Naik ke kelas 2 SD, wali kelas saya bernama Bu Elly,wataknya hampir sama dengan ibu nancy tujuannya juga sama untuk membentuk karakter kami supaya tidak menjadi anak kecil yang nakal.di kelas 2 SD ini saya berhasil meraih rangking 2 dan pada semester 2 saya meraih rangking 3 saya sangat bangga dengan prestasi saya waktu itu
Naik ke kelas 3 SD, ini adalah masa dimana saya mulai terpengaruh oleh pergaluan yang kurang baik dirumah.Setiap hari dirumah saya main keluar rumah sampai sore hingga itu menyebabkan saya tidak memiliki waktu untuk belajar.Dikelas 3 ini wali kelas saya bernama ibu Lenny dia adalah guru yang lembut tapi menyeramkan ketika marah.
Selain mata pelajaran pada umumnya,sekolah saya juga mempelajari mata pelajaran bahasa mandarin dan native dimana bahasa mandarin diajarkan oleh lause ferry dan native adalah orang asing yang didatangkan langsung dari luar negri supaya kami dapat bercakap langsung dan melatih cara kami berbicara bahasa Inggris
Beranjak ke kelas 4 saya mulai benar benar menjadi anak yang nakal di sekolah.Saya memiliki satu teman yang menjadi musuh saya selama 2 semester.Bisa dibilang tiada hari tanpa adu mulut tak jarang juga adu fisik.Tapi beruntung nya teman teman kelas saya berpihak pada saya,karena bisa dibilang dia adalah anak yang menyebalkan.Wali kelas saya pada saya kelas 4 ada Bu Cecilia,ini adalah walikelas paling greget,karna tulisan tidak rapih saja buku bisa dilempar olehnya.Kata kata yang paling saya ingat dari beliau adalah "Tulisan apa ini!kaya ceker ayam" lalu ia melempar buku murid yang tulisanya kurang baik itu.
Pada saat naik ke kelas 5 rasa benci saya pada teman saya ini berubah menjadi iba ketika saya mendengar kabar bahwa dia tidak naik kelas dan dia pindah sekolah.dengan mendengar kabar itu di kelas 5 pun saya mulai memperbaiki sifat cahaya yang buruk supaya saya tidak mengalami apa yang dialami.Terkadang musuh memang menjengkelkan tapi ada saatnya nanti musuh itu akan sangat dirindukan.
Di kelas 5 saya mulai dengan mencoba menjadi anak yang baik yang sopan dan juga kembali aktif dalam pelajaran wali kelas saya adalah Bu relin di adalah guru paling saya sukai selama saya bersekolah disana. Dia sangat lembut pengertian dan juga sabar akan menghadapi murid-muridnya. Di kelas 5 ini saya menemukan sahabat saya namanya Erik dia adalah partner bermain futsal saya,partner les saya,partner belajar saya dan juga partner bermain saya.
Kenangan yang tidak saya lupakan pada saat kelas 6 adalah waktu kami menginap di pratista,di situ karakter kami dibentuk menjadi seorang anak yang taat pada Tuhan dan juga taat kepada orang tua taat pada peraturan dan juga banyak hal lainnya.begitu pula pada saat perpisahan perpisahan yang paling mengesankan adalah saat dimana kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami lewat sebuah lagu.saya tidak menyangka bahwa perpisahan sekolah dasar begitu membekas di ingatan saya.
Di kelas 6 ini juga saya berpisah dengan sahabat saya,dia sekeluarga pindah ke Malang dia melanjutkan pendidikannya ke Malang sedangkan saya masih di sini melanjutkan pendidikan saya di sini.
Saya masuk ke SMP negeri 5 Cimahi karena waktu itu pertama kali diterapkan sistem zonasi dan letak rumah saya dan juga NEM saya membuat saya dapat masuk ke SMP negeri 5 Cimahi.saya adalah satu-satunya orang dari SD BPK Penabur yang pindah ke sekolah negeri, SMP negeri 5 Cimahi.
Tidak terlalu sulit bagi saya untuk berbaur dan menemukan banyak teman karena saya memiliki skill untuk berbicara dan berkenalan yang cukup.walaupun tidak semulus yang dibayangkan tapi saya berhasil mendapatkan teman-teman baru saya di SMP. Kesulitan saya waktu masuk SMP adalah di mana saat teman-teman saya melakukan hal hal rasis seperti, mengolok-olok suku dan agama saya.
Tapi untungnya saya terlahir sebagai manusia yang bermental baja, saya tidak terlalu terganggu dengan cemooh mereka, saya juga tidak memasukkannya ke dalam hati. Walaupun sebenarnya saya anak yang temperamen tapi saya tidak pernah membawa pusing akan hal itu.
Sempat saya mengadu kepada orang tua saya akan kelakuan teman-teman saya kepada saya di sekolah, tapi bapak saya berkata seperti ini " sekali diemin,dua kali diemin,tiga kali lawan",dan itu yang masih saya tanamkan sampai sekarang bahwa selama satu sampai dua kali saya tidak terganggu tidak masalah tapi apabila saya sudah merasa terganggu tidak ada salahnya untuk melawan.
Kelas 7 wali kelas saya bernama Bu Teti Haryati,dia tidak terlalu galak dan juga tidak terlalu pusing dengan kondisi kelas saya.Di kels 7 ini saya belajar banyak hal yang baru tentang luasnya dunia,mengolah sudut pandang dan juga pola pikir.kelas 7 saya mengikuti ekskul karate dan pada turnamen pertama kali saya saya berhasil meraih juara 2 se kota Cimahi kelas pemula -40kg.
Kelas 8 saya baru menemukan kembali apa yang dinamakan sahabat,Rizky,Deandra,Igo,Opang bisa dibilang kami ada sahabat, karena ke mana-mana setiap hari kami selalu berbarengan,dari mulai datang sekolah,kantin,pulang sekolah,kerja kelompok,kami seperti susah untuk dipisahkan. Rasanya hidup kembali ketika kalian menemukan orang atau teman yang memiliki satu humor yang sama atau beda part dibilang satu frekuensi.
Di kelas 9 kami terpisah Rizky ada di 9C, opang ada di kelas 9F,Deandra ada di 9I,Igo di 9G dan saya sendiri di 9D. Kami terpisah dan mulai terbiasa pergi masing-masing. Dika 9 saya malam ini lagi yang namanya rasisme,kelas 9 saya mengucilkan saya karena saya Kristen dan Batak tapi itu tidak mengganggu saya dalam belajar dan juga bergaul, justru dengan itu saya menjadi terkenal di sekolah karena saya bergaul hanya dengan orang Batak. Saya Jonathan dan juga Lamro, kami adalah "trio Batak" itulah julukan yang orang orang berikan ketika bertemu dengan kami.
Kamu bertiga menjadi sangat akrab ketika di sekolah kami ada kegiatan Pendalaman Alkitab,dari situ bermula kami menjadi layaknya sebuah saudara yang saling menguatkan satu sama lain.Perbedaan bukanlah suatu kelemahan atau suatu hal yang memalukan,justru perbedaan adalah suatu kekuatan dan suatu kebanggaan.
Sistem zonasi semakin rumit itu sebabnya saya tidak bisa melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas saya di kota Cimahi, sehingga saya harus memilih untuk saya berlabuh di SMAN 1 PADALARANG,saya kira Padalarang adalah sebuah kota yang buruk karena yang saya dengar dulu Padalarang hanya tawuran dengan tawuran, ternyata itu semua berbanding terbalik ketika saya sampai disana.
Seperti biasa saya mengeluarkan skill berbaur saya sehingga saya memiliki lumayan banyak teman untuk ukuran anak pendatang baru. Saya baru tahu di SMA bahwa naik kelas itu tidak diacak, dan teman-teman baru saya ternyata memiliki sedikit banyak persamaannya saya.
SMA kata orang-orang lah masa yang paling indah, tapi menurut saya SMA itu memang indah.Saya memulai hidup baru di tempat baru dengan suasana baru dan kebiasaan yang baru.Dibanding dengan sebelumnya mungkin masa SMA ini akan lebih berbekas.Dimana disekolah saya ini yang membuat saya betah adalah suasana dari teman teman.
Wali kelas pertama saya di SMA adalah Bu Novida dia adalah guru paling asik dari semua guru yang pernah saya temui,dia sangat akrab dengan murid dan juga 'care" pada kami anak kelasnya.Di kelas 10 saya berhasil merah raingking 11 lalu meningkat ke rangking 8 di semester 2.Saya cukup puas dengan hasilnya dimana notabenenya saya jarang belajar.
Naik ke kelas 11 saya sangat bahagia karna mendengar bahwa akan ada study tour di kelas 11,juga awal kelas 11 diawali dengan genapnya umur saya yang ke 17.Tapi ternyata kebahagiaan yang saya harapkan hanya sampai di ulang tahun saya.Study tour ditunda hingga waktu yang tidak dapat ditentukan,karena penyakit berskala besar sampai ke Indonesia.Ya covid-19 datang menyerang bumi sehingga segala aktivitas di batasi demi selesainya pandemi ini.
Sampai kelas 12,9 bulan sudah saya menganggur dirumah,menunggu kepastian vaksin dari pemerintah, menunggu upload berita baik yang muncul ke permukaan.Tapi sayangnya tahun sudah mau berakhir tapi berita tak kunjung datang.Apa daya saya yang hanya seorang manusia biasa hanya bisa sabar menanti ketidakpastian.
Sekolah sebagai rumah kedua,itulah katanya kenangan pahit,manis,pengalaman dan juga banyak hal terjadi di sekolah.Sekolah tempat saya menimba ilmu,untuk mencapai cita-cita,demi memajukan bangsa,bangsa tercinta Indonesia
Sekolah rumah kedua,jika dirumah boleh mengerjakan tugas sekolah,maka sekolah juga boleh untuk tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H