Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

#KalahkanJarak dan #KalahkanPandemi dengan Perdana 3 AlwaysOn Unlimited

15 Juli 2020   14:50 Diperbarui: 15 Juli 2020   14:53 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#KalahkahJarak #KalahkanPandemi dengan Tetap Produktif

Di era post-millenial , aktivitas online hampir menguasai cara bagaimana kita belajar, berkomunikasi, dan bekerja. Begitupula siswa yang saat ini sedang duduk di bangku SD hingga SMA/sederajat bukan hanya siswa "biasa". Sebagian besar siswa  tersebut memiliki akun media sosial seperti facebook, twitter, youtube, bahkan berkekspresi melalui aplikasi tiktok atau likee, membuat dan berkreasi melalui konten digital, yang pada akhirnya dikenal viral dan menghasilkan pundi-pundi uang secara mandiri (Puspresnas, 2020).

Di masa pandemi ini, BDR dengan Pembelajaran Jarak Jauh menggunakan beberapa pendekatan yaitu: Tatap muka virtual dan jelas membutuhkan kemandirian siswa dapat secara mandiri mengakses media pembelajaran (video, audio, teks, lembar kerja, latihan soal, dan sebagainya). Pengalaman pribadi saya sebagai orang tua, jaringan 3 sangat stabil apalagi saat mereka mengerjakan tugas dan melakukan belajar daring di rumah, hampir tanpa buffering dan tidak ada reconnecting, sehingga guru pun tidak perlu mengulang-ngulang pelajaran, apalagi siswa yang berada di sekolah dasar kelas rendah, sekali reconnecting, otomatis sang guru harus mengulang materi. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Selain itu, kita tidak dapat menutup mata bahwa siswa yang berada di rentang usia anak dan remaja saat ini sangat tergantung dengan jejaring sosial seperti group WA, Telegram, Line, messenger, dsb dan di media sosial (Facebook, Instagram). Penugasan terstruktur dari guru kepada peserta didik dengan mengirimkan tugas dan lembar kerja melalui aplikasi pengiriman pesan dan/atau media sosial. Melalui Kemendikbud, pemerintah sudah menyiapkan siaran Belajar melalui saluran TVRI, Radio dan Modul belajar mandiri yang sudah disediakan.

Dengan transformasi komunikasi yang berubah dari tatap muka ke virtual bukan hanya membutuhkan kesiapan mental, namun juga kestabilan jaringan internet, dan tidak mati hanya karena kehabisan kuota. Inilah keunggulan produk Tri Indonesia dengan produk AlwaysOn. Generasi santuy butuh paket santuy, yang bisa menyesuaikan dengan keterbatasan virtual apalagi mereka yang berada di daerah blank spot.

Untuk lebih jelasnya, Tri Indonesia sudah menjangkau 200 Juta Penduduk di Indonesia dan beroperasi di 313 Kabupaten dan mencakup sekitar 200 juta populasi di lebih dari 3.000 Kecamatan dan 33.000+ Desa. Didukung oleh teknologi 4.5G LTE, jaringan 3 Indonesia lebih kuat dan lebih luas di seluruh Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, dan Sulawesi. 3 Indonesia terus memperluas cakupan 4.5G LTE di lebih banyak kabupaten, terutama untuk Indonesia Timur. Lebih lengkapnya di link websiste www.tri.co.id atau https://bit.ly/2XqKZMI . 

https://tri.co.id/JaringanTri
https://tri.co.id/JaringanTri

Bagaimana dengan kawasan Timur yang banyak tidak terakses internet? Tri Indonesia berkeingingan kuat agar masa pandemi tidak ada siswa yang ketinggalan informasi dan utamanya tidak ketinggalan pelajaran.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam laporannya menyebutkan hingga Juni 2019 tercatat sebanyak 171 juta pengguna internet di Indonesia.  Setiap tahun pengguna internet tumbuh 10,2 persen atau 27 juta jiwa. Bukankah angka ini sangat fantatis yang menyimpulkan kebijakan Belajar di Rumah (BDR) sangat mungkin dilakukan? Namun hasil survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sangat mengejutkan.  Hasil survei Kementerian PPPA mengungkapkan banyak keluhan siswa tidak senang belajar dari rumah.

Terungkap, dari 717 anak yang di 29 provinsi yang disurvei, 58 persen mempunyai perasaan tak menyenangkan selama belajar di rumah. Sedangkan, 38 persen di antaranya menyatakan sekolah belum memiliki program yang baik dalam penerapan belajar di rumah (harnas.co, 26 Mei 2020). Ini wajar terjadi, karena layanan internet tidak terkoneksi pada ruang-ruang layanan lainnya, sehingga belajar melalui daring hanya sebatas pemenuhan kognisi, tanpa memperhatikan mentalitas siswa. Inilah mengapa layanan internet yang baik, stabil, dan cepat menjadi parameter generasi ini menilai kualitas suatu produk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun