Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perilaku Cerdas di Tengah Covid-19: Belajar dari Pesan Non-Medis Ibnu Sina

30 Juni 2020   23:21 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:34 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga sikap tersebut merupakan basis imunitas manusia yang dibutuhkan di masa krisis ini. Kepanikan tidak akan terjadi, jika setiap manusia menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat secara konsisten. Sikap tenang di rumah akan membawa perasaan aman terkhusus bagi anak-anak maupun lansia.

Sementara sikap sabar tidak gampang emosional dan mudah percaya pada berita atau informasi hoaks tentang Covid-19. Sebagaimana, sebagian orang yang sering mengatakan bahwa pandemi ini adalah hukuman ilahi (atau azab) Tuhan kepada umat manusia. Gagasan ini telah menyebar dan menjadi penyebab keputusasaan di benak orang.

Dengan demikian, biasa untuk tidak cepat panik, ketenangan dan kesabaran sebagai bukti dari kematangan jiwa akan membuat masyarakat menjadi terlatih untuk tetap produktif di era normal baru ini. Covid-19 menjadi sebuah keberkahan tersembunyi (blessing in disguise) yang membuat Indonesia menjadi lebih sehat, baik mental maupun fisiknya.

Tidak salah jika manusia memiliki pikiran negatif di tengah pandemi. Persoalannya jika pikiran dan pemahaman tersebut dipercaya sebagai kebenaran, maka kecemasan sudah pasti tumbuh. Apalagi hoaks yang tumbuh melalui media sosial, makin membuat kita dimakan ketakutan itu sendiri.

Dengan mempraktikkan cara berpikir yang seimbang dan akurat, kita dapat menciptakan pikiran yang lebih sehat dan pada gilirannya menenangkan reaksi emosional kita. Dari pikiran sehat inilah muncul perilaku cerdas, yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Misalnya, kebiasan mencuci tangan, tidak sembarangan memegang sesuatu yang dipegang banyak orang, tidak menggaruk muka dan mata saat bepergian menggunakan transportasi umum, tetap menjaga jarak, belajar mengantri minimal 1 meter, dan tidak pergi kemana-mana saat badan kurang sehat apalagi yang memicu terjadinya bersin, batuk, atau badan linu.

Jika teknologi saja punya perilaku cerdas dalam menghadapi Covid-19, maka manusia selayaknya harus lebih pintar dari teknologi. Virus akan selamanya hidup, meskipun terjadi penurunan kasus Covid-19 dalam satu dua tahun mendatang.

Artinya, perilaku cerdas yang disebutkan sebelumnya harus menjadi kultur dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat. Jadi apapun ancaman ke depan, kita sudah siap sebelum waktunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun