Dalam dunia persekolahan, suasana pembelajaran pun akan berubah. Guru tidak lagi dapat menganggap dirinya sebagai center of learning and teaching, yang ke-aku-annya akan mulai terdestruksi karena gaya belajar siswa yang sudah mulai berubah. Tapscott berargumentasi bahwa model pedagogi bagi generasi net telah mengubah pendekatan fokus guru yang berlandasarkan instruksi ke model fokus siswa yang berlandaskan kolaborasi (Jones and Ramanau 2009a).
Generasi Z tidak lagi membawa buku, namun membawa buku dalam tablet atau smartphone. 90 persen waktu mereka dihabiskan unuk membuka, menutup, melihat, dan berdiskusi dengan teman-temannya secara online, termasuk menstalking (memata-matai) siapapun. Generasi ini berlawanan dengan generasi silentdi tahun 40-an.
Di Australia, pendidikan konsumen sudah dimulai sejak tahun ke-9 dan  ke-10. Dalam "smart consumer 4", konsumen cerdas 4 bahwa masa depan yang  cerdas mengajarkan siswa menjadi konsumen yang bertanggung jawab  menggunakan berbagai masalah kehidupan nyata yang keberlanjutan.Â
Kegiatan  difokuskan pada Kelas 9 dan 10 Matematika, Bahasa Inggris dan Sains  menyediakan berbagai tugas yang dapat digunakan dalam isolasi atau  bagian dari unit kerja yang lebih besar. Siswa terlibat dengan berbagai  peluang pembelajaran yang meliputi: merancang debat,  merencanakan  makanan dalam anggaran yang ditetapkan, dan melakukan investigasi untuk  mengefisiensikan energi peralatan rumah tangga. (https://www.moneysmart.gov.au/teaching/teaching-resources/digital-activity-smart-consumers-4-a-smart-future  diakses 14 April 2018).Â
Dengan menjadi konsumen cerdas, maka  anak akan mulai terlatih untuk tidak sembarangan dalam membeli sesuatu,  baik online maupun offline. Generasi ini menjadi jembatan antara publik dan elite. Buku-buku teks akan kehilangan pamor, dibandingkan apa yang menarik di dalam jejaring sosial dan games online. Membaca, dalam konteks Gen Z, mereka bukan hanya membaca teks, namun juga membaca secara riil time permasalahan hidup. Gen Z memiliki option lebih cepat dibanding generasi sebelumnya, karena kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomotorik yang sudah dimulai sejak berjejaring sosial, termasuk soal memilih produk dan jasa online yang sedang tren.Â
Dalam harkornas.id terkait hari konsumen nasional, dikatakan bahwa konsumen menjadi penentu kegiatan ekonomi serta konsumen cerdas yang cinta produk dalam negeri. Menjadi konsumen cerdas mengartikan bahwa sehebat-hebatnya kualitas barang asing, produk dalam negeri juga tak kalah penting dalam menggenjot dinamika pembangunan ekonomi. Peluang di era digital ini, bagaimana konsumen yang diwakili generasi Z yang merupakan generasi post millennial mampu mengubah perilaku menjadi lebih memanusiakan terhadap pasar dalam negeri yang masih lesu, di tengah menggebunya investasi asing di Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H