Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna “Kehadiran” dalam Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah

31 Juli 2016   10:59 Diperbarui: 31 Juli 2016   11:34 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ayah yang baik akan ikut bermain dalam dunia anak. Gambar diambil dari babble.com

Pelajaran watak menjadi sangat penting dan tak tergantikan. Hebatnya sebuah kurikulum atau sempurnanya guru profesional, watak tidak boleh kalah dengan prestasi lainnya. Kegeniusan Anies Baswedan dalam merancang GMAHPS melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga menjadi gerakan kultural yang diharapkan dapat secara massif mengubah cara pandang anak terhadap orangtua. Bahwa ada hal-hal yang hilang, keintiman yang tiada, ayah yang pulang malam dan pergi subuh saat anak-anaknya masih tertidur, dan banyak contoh lainnya, yang dapat membuat seorang anak merasa ada dan tiada memiliki orangtuanya.

Dalam PTOToday.com  diketahui bahwa ada banyak penelitian mendalam sejak 30 tahun terakhir yang menyatakan bahwa keterlibatan orangtua berdampak pada kesuksesan anak menjalani kehidupan, diantaranya mendapatkan nilai pelajaran yang lebih baik, masuk sekolah secara rutin (tidak membolos), memiliki kecerdasan sosial yang lebih baik, pekerjaan rumah dari sekolah selesai sebelum waktunya, dan memiliki pikiran yang positif tentang sekolah. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Henderson dkk bahwa hasil positif dalam dunia akademik berasal dari keterlibatan orangtua yang menguntungkan dan bermanfaat bagi anak sejak usia dini hingga remaja dan selanjutnya (Henderson & Mapp, 2002; Patrikakou, Weiss­berg, Redding, & Walberg, 2005).

Penelitian lain menunjukkan bahwa  darimana kita berasal atau adanya uang yang banyak bukanlah parameter yang menentukan anak sukses atau tidak dalam kehidupan. Keterlibatanlah yang membuat perbedaan.

Ada sebuah irisan kuat, sebuah hubungan yang hendak dicapai dari GMAHPS ini, yakni hubungan yang yang transformasional antara sekolah dan keluarga, tepatnya kemitraan sekolah dan keluarga. Tidak hanya keluarga yang bertanggungjawab terhadap anak, sekolah melalui gurupun memiliki tanggung jawab moral terhadap siswa dengan menginformasikan kepada orangtua/wali tentang tumbuh kembang, hasil apa yang telah dicapai,  dan hambatan apa yang kiranya perlu penanganan orangtua sesampainya anak di rumah. Begitupun sebaliknya, terlebih jika anak masih duduk di bangku PAUD atau TK. Dengan kerjasama dan kolaborasi tersebut, tiap masalah anak akan dapat diminamalisir dan mendapatkan reaksi yang tepat. Tentu saja, kerjasama dan kolaborasi yang saling mendukung antara sekolah-keluarga memerlukan waktu dan usaha untuk membangun dan memelihara kemitraan tersebut. Dengan berkembangnya teknologi digital, orangtua dapat membentuk sebuah grup seperti whatsapp yang berasosiasi langsung dengan guru kelasnya (wali kelas), sehingga segala informasi dapat secara umum tersampaikan, namun permasalahan personal anak, orangtua harus memiliki inisiatif berkolaborasi dengan guru tersebut untuk hasil yang maksimal dalam pendidikan anak.

GMAHPS bukanlah sekadar program, namun gerakan yang memberi signal positif terhadap pentingnya keterlibatan keluarga dari semua aspek yang telah diprogramkan pemerintah. Kemdikbud, Dinas Pendidikan, dan sekolah akan kewalahan mengatasi urusan pendidikan, karena tanpa keterlibatan orangtua/keluarga semuanya tidak akan berjalan secara optimal. Oleh karenanya, Kemdikbud membentuk Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga untuk mengakomodir dan mendukung aspek pendidikan dari elemen keluarga.

Anies Baswedan sebagai arsitek dari GMAHPS membuat gerakan ini sebagai signal bahwa keterlibatan keluarga adalah harga mati dari kesuksesan anak menjalani kehidupan sosial yang lebih rumit dan kompleks dibandingkan kehidupan sekolah yang hanya dibatasi pagar sekolah dan nilai raport. Kemitraan sekolah-keluarga menjadi jalan tengah bagaimana ke depannya, GMAHPS dapat menjadi cikal bakal terbangunnya hubungan yang lebih kuat, harmonis dan transformasional antara sekolah dan keluarga terkhusus dalam membangun watak (karakter) anak menghadapi tantangan zaman yang lebih hebat dan dahsyat di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun