Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Publik yang Terpapar: Sebuah Catatan tentang Budaya Politik, Media Baru, dan Socialpreneur

30 September 2015   10:52 Diperbarui: 30 September 2015   15:33 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah beda rasanya hanya mengucap kata cinta kepada istri atau suami Anda via email atau mengucap kata “cinta” sambil memeluknya erat?

Tentu saja BEDA. Mungkin kita bisa belajar dari bagaimana Steve Jobs mengelola rumah tangganya termasuk cara mendidik anak-anaknya. Nick Bilton, wartawan Newyork Times pernah bertanya kepada Steve Jobs, “pasti anak-anakmu sangat mencintai Ipad?”, Steve Jobs hanya menjawab “Mereka sama sekali tidak menggunakannya.  Kami sangat membatasi waktu penggunaannya. ”  Pencipta Ipad yang telah wafat itu pun memberi pukulan telak bagi orang tua pengagum teknologi, yang lebih mencintai Ipadnya daripada ngobrol dengan anak-anaknya.

Steve Jobs bahkan membiasakan keluarganya, istri beserta anak-anaknya makan malam bersama di meja yang panjang, mendiskusikan buku dan sejarah serta berbagai hal lainnya. Katanya, kepada Nick “bahkan tidak satupun dari mereka yang benar-benar ketagihan terhadap teknologi, sampai mengeluarkan Ipad dan berbagai perangkat komputer lainnya di meja makan.”

Suasana informal yang bermakna seperti yang diajarkan Steve Jobs itulah yang perlu disadari oleh siapapun kita, bahwa anak-anak adalah tulang punggung bangsa ini kelak. Bersama mereka, tantangan di hadapan lebih keras dan hebat. Untuk itulah, kita bergiat untuk tahu dunia mereka, dunia yang selama ini tidak terdeteksi karena ketidaktahuan kita tentang apa saja yang mereka lakukan di dunia maya.

Gambar 4 Family Dinner in 2010's (pinterest.com)

 

Inilah poin mengapa ruang cyber tidak bisa menjadi sandaran utama. Ruang cyber adalah pelengkap dari eksistensi ruang publik yang seharusnya menjadi ruang untuk mengakomodir segala kecemasan, kegundahan, keriangan, dan keunikan kepribadian dari warga, komunitas, dan segenap elemen masyarakat.

Konklusi

Apa yang diungkapkan Stuart MacDonald pada gambar 1 di atas menunjukkan bahwa ruang publik memiliki kemampuan membangun individu yang terlibat langsung dalam lingkungan sosial masyarakat yang lebih luas. Dengan kecakapan sosial yang intens dilakukan, kita berharap akan lahir socialpreneur yang bertugas untuk mengidentifikasi adanya  stagnasi masyarakat dan menemukan apa yang tidak membuatnya bekerja, kemudian memecahkan masalah dengan mengubah sistem, menyebarkan solusi, dan meyakinkan orang untuk melakukan perubahan dan tidak puas dengan hanya memberikan "ikan" atau mengajarkan bagaimana"memancing" tetapi dia akan mengubah cara berpikir industri "perikanan" (Ashoka Fellows). Sebagaimana Guy Kawasaki katakan “The best reason to start an organization is to make meaning; to create a product or service to make the world a better place.” Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun