Di era Modern seperti saat ini, setidaknya masyarakat Gresik yang mendapatkan julukan/ ‘’City Branding’’ sebagai Kota masyarakat Santri, dapat mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah perjuangan pertempuran Surabaya.
Kultur keraifan lokal dan budaya santri yang selama ini sudah mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat Gresik, harus tetap dipertahankan dan menjadi “spirit” bagi generasi masyarakat Gresik selanjutnya. Selama ini peran Kyai/Ulama menjadi tauladan bagi kalangan masyarakat Gresik yang pada umumnya beragama muslim, memiliki peran sentral dan penting dalam setiap upaya pembangunan kesejahteraan di Kabupaten Gresik.
Sinergi antara Pemerintah Kabupaten Gresik dengan para Kyai/Ulama selama ini terjalin harmonis, sehingga keterlibatan Kyai/Ulama dalam pengambilan keputusan pada kebijakan publik, cukup meminimalisir gejolak sosial masyarakat Gresik dan menjadikan Gresik selalu kondusif.
Oleh karena itu identitas santri bagi masyarakat Gresik tidak hanya sekedar atribut dan julukan saja, bentuk prinsip ‘’kami mendengar dan kami menaatinya’’ dengan taat (‘’manut’’) terhadap Kyai juga bagian dari masyarakat Gresik yang turut andil menjadikan Kabupaten Gresik Satya Bina Kertaraharja (teguh membangun kesejahteraan).
Oleh : Muhammad Ivana Putra, SH., MH. (Gresik, 1 Agustus 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H