Mohon tunggu...
Ivana Magdalena
Ivana Magdalena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa gabut yang hobinya random

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Melampaui Pariwisata: Keunikan dan Varian Bahasa di Gunung Kidul yang Membentang Sepanjang Budaya

15 Januari 2024   14:33 Diperbarui: 15 Januari 2024   19:16 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumen pribadi

Indonesia merupakan satu dari ratusan negara yang memiliki keragaman budaya, alam, bahasa, suku, ras dan agama dengan tingkat perbedaan yang tinggi. Bagi Indonesia perbedaan tersebut merupakan kekayaan yang luar biasa, bahkan tidak semua negara memilikinya. Maka dari itu sebagai pewaris masa depan bangsa kita mempunyai peranan besar untuk mengembangkan dan melestarikan kekayaan negara kita tercinta. Keberagaman kekayaan Indonesia salah satunya adalah bahasa. Bahasa yang dimiliki oleh negeri ini tidak hanya satu, melainkan beribu-ribu bahasa. Salah satunya adalah bahasa Jawa.

Bahasa Jawa yang juga dikenal sebagai Javanese, merupakan salah satu bahasa yang kaya akan sejarah dan keberagaman budaya. Dipertuturkan oleh lebih dari 82 juta orang di Pulau Jawa, Indonesia, bahasa ini telah menjadi penanda identitas budaya yang kuat bagi masyarakat Jawa. Bahasa Jawa memiliki ciri khas tersendiri dalam hal tata bahasa dan struktur kalimatnya, yang mencerminkan kearifan lokal dan kekayaan ekspresi budaya yang mendalam.

Seiring berjalannya waktu, Bahasa Jawa terus berkembang dan memainkan peran vital dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya sebagai alat komunikasi sehari-hari, bahasa juga menjadi medium untuk menyampaikan nilai-nilai tradisional, sastra, dan filsafat yang melekat pada masyarakat Jawa. Oleh karena itu, memahami Bahasa Jawa tidak hanya membuka pintu untuk berkomunikasi dengan masyarakat setempat, tetapi juga merupakan jendela warisan budaya yang begitu kaya dan beragam. Dengan keunikan dan keindahan bahasa ini, Bahasa Jawa menjadi bagian integral dari identitas dan pewarisan budaya di Indonesia. Untuk mengulik lebih dalam lagi mengenai keunikan keberagaman bahasa jawa, artikel ini akan membahas berbagai variasi bahasa Jawa khususnya yang ada di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Yogyakarta.

Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Yogyakarta yang memiliki wilayah terluas serta pembagian kecamatan terbanyak yaitu sejumlah 18 Kecamatan. Selain itu letak geografis kabupaten Gunung Kidul yang berada di paling timur Kotamadya Yogyakarta membuat wilayah tersebut berbatasan langsung dengan daerah-daerah provinsi lain seperti Wonogiri, Sukoharjo, dan Klaten. Kabupaten Gunung Kidul juga merupakan kabupaten yang kaya akan pariwisata air karena kabupaten ini sebagian besar wilayahnya terletak di sepanjang pesisir laut selatan. Dari beberapa faktor yang di atas menjadikan wilayah Gunung Kidul memiliki keragaman bahasa yang unik dan berbeda dengan kabupaten-kabupaten di Yogyakarta yang lainnya. Apa saja keunikan dan keragaman bahasa yang ada di Kabupaten Gunung Kidul? Mari kita simak pemaparan dibawah ini.

  • Kememeng (Malas)

S1 : "Le tulung tumbasno lombok nang warung limang ewu ae"

S2 : "kosek Buk lagi dolanan niki"

S1 : "Bocah saiki kememeng, angel temen kongkonane" 

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

S1 : "tolong belikan cabai di warung, lima ribu saja"

S2 : "sebentar Buk, baru main ini"

S1 : "Anak sekarang malasan, susah sekali dimintai tolong"

  • Bambung (Gila)

S1 : "Wong wong saiki wes do bambung karo HP yo"

S2 : "Arep kepiye meneh HP saiki yo penting yu"

S1 : "Nanging wong saiki nek ra nganggo HP koyo ra urip"

S2 : "Hla njih niku, efek kemajuan teknologi"

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

S1 : "Orang-orang zaman sekarang pada gila dengan HP ya"

S2 : "Mau gimana lagi, HP sekarang juga kebutuhan penting mbak"

S1 : "Tapi orang-orang sekarang kalau tidak pakai HP seperti tidak bisa hidup"

S2 : "Ya benar itu namanya efek kemajuan teknologi mbak"

 

  • Gemerah (Ramai)

S1 : "Regane pinten Pak sak niki tiket masuk Pantai Watu Bolong?"

S2 : "Sakniki peruwong 15.000 Mbak, mundak niki semenjak tahun baru gemerah pengunjunge"

S1 : "Oalah nggih, liburan Nataru Pak nopo-nopo mundak. Niki mengkeh pun biaya kabeh Pantai Pak?"

S2 : "Leres Mbak, pun kabeh pantai. Niki 15.000 biaya retribusi saking Provinsi"

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

 S1 : "Harganya berapa Pak sekarang tiket masuk Pantai Watu Bolong?"

 S2 : "Sekarang per orang 15.000 Mbak, naik ini semenjak tahun baru ramai

pengunjungnya"

 S1 : "Iya, liburan Nataru Pak apa-apa naik harganya. Ini nanti sudah biaya semua pantai Pak?"

 S2 : "Benar Mbak, ini sudah semua pantai. 15.000 biaya retribusi dari Provinsi"

Dari beberapa percakapan diatas, ditemukan penggunaan kosakata yang kurang familiar di telinga kita yaitu kosakata "kememeng", "bambung", dan "gemerah". Ketiga kosa kata tersebut memiliki makna yang berbeda dan jarang kita jumpai. Kata "kememeng" memiliki makna "malas", sebagian masyarakat Gunungkidul menggunakan kosa kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kosakata "memeng" sering kali digunakan oleh seseorang yang lebih tua untuk berbicara kepada seseorang yang lebih muda. Selanjutnya kata "bambung" atau orang Gunung Kidul mengartikannya  "gila". Kata ini sudah jarang sekali digunakan kecuali oleh masyarakat asli setempat. Sebagian besar masyarakat setempat juga sudah beralih menggunakan kata "gila, edan, atau kentir" yang lebih akrab dalam kehidupan sehari-hari. Kosa kata terakhir yaitu "gemerah" yang memiliki makna "ramai". Masyarakat Gunung Kidul masih akrab sekali dengan penggunaan kosa kata ini dalam komunikasinya sehari-hari. Ketiga kosakata unik tersebut bisa kita jumpai khususnya di Kecamatan Tepus, Tanjungsari, Paliyan, dan Panggang.

Maka dari itu keberlangsungan Bahasa Jawa perlu dilestarikan keberadaannya. Selain untuk menjaga keberlangsungan warisan linguistik, bahasa jawa juga menjadi tonggak penting dalam memelihara keberagaman budaya yang menjadi ciri khas suatu daerah tertentu. Dengan menjaga dan menghidupkan Bahasa Jawa, kita tidak hanya terlibat dalam mempertahankan keunikannya sebagai pusat kebudayaan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi anak muda lain untuk melestarikan dan memajukan bahasa daerah mereka.

Penulis

Ivana Magdalena dan Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun