Duduk di bangku Perguruan Tinggi merupakan tantangan baru bagi saya. Seperti yang dahulu pernah saya alami, saya harus kembali beradaptasi pada lingkungan dan suasana yang baru. Akan tetapi, ada hal berbeda yang saya rasakan yakni saya sudah tidak merasakan kekhawatiran yang mendalam seperti yang dahulu saya rasakan. Hal ini dikarenakan saya selalu mengingat perkataan Ayah saya yang dahulu beliau lontarkan saat saya masih berada di banglu Sekolah Menengah Atas. Kepercayaan diri saya semakin diperkuat karena adanya dukungan yang besar dari kedua orang tua saya. Selain itu, saya juga dipertemukan dengan teman-teman yang baru di kelas.Â
Bahkan saya memiliki lima orang teman yang sekarang telah menjadi sahabat sekaligus saudara bagi saya. Mereka merupakan teman sekelas saya. Berasal dari daerah, latar belakang, suku maupun karakter yang berbeda Tuhan mempertemukan kami di tempat yang sama yakni di Kelas Ilmu Komunikasi Reguler A angkatan 2013 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Mereka berlima adalah Dayanara Simamora, Irine Angelina Sugiarto, Imanuella Yunike Palinoan, Nia Damayanti Oktaviana dan Arya Nugeraha.Â
Bagi saya mereka adalah kesekian keajaiban yang Tuhan berikan dalam hidup saya. Banyak suka duka yang kami lewati bersama. Memang pada awalnya bukan hal yang mudah untuk menyatukan kami, karena kami memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda-beda. Tapi, itulah keajaiban. Jika perbedaan itu tidak menyatukan kami sedemikian eratnya, saya pikir itu bukan sebuah keajaiban.
Di kelas saya juga dipertemukan dengan teman-teman baru yang saat ini sudah hampir tiga tahun kami menimba ilmu bersama. Mereka adalah orang-orang luar biasa yang tidak pernah henti-hentinya berjuang untuk terus belajar dan berusaha. Mereka juga salah satu bagian dari keajaiban dalam hidup saya, karena mereka adalah orang-orang yang tidak pasrah dengan keterbatasan yang harus kami hadapi setiap hari di kampus. Bahkan mereka adalah orang-orang yang terus ingin memberikan yang terbaik untuk membuktikan bahwa keterbatasan bukan sebuah alasan untuk membatasi sebuah kekreatifitasan.
Saat ini saya masih berstatus sebagai mahasiswa Semester enam di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Di penghujung akhir perkuliahan saya, saya semakin mengerti betapa banyak keajaiban yang sudah saya alami. Kalau saya bisa tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, itu semata-mata Tuhan tidak hanya saya ingin belajar untuk berbicara, melainkan ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari sebuah Komunikasi. Entah itu mengenai sebuah hubungan, menjalin sebuah kerjasama, memahami berbagai macam media, hingga dapat mengenal dan memecahkan sebuah masalah.
Saya menganggap ada banyak keajaiban-keajaiban yang sudah saya rasakan selama perjalanan hidup saya. Bahkan setiap tarikan nafas saya, saya percaya itu adalah sebuah keajaiban besar yang tidak dapat dinilai dan dibeli dengan apapun di dunia ini. Memiliki orang tua yang selalu mengasihi, mendukung bahkan menegur saya, memiliki keluarga yang selalu ada bersama saya bahkan memiliki teman-teman yang luar biasa dan sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan berjalan berdampingan dengan saya adalah keajaiban yang kesekian kalinya saya rasakan dalam hidup. Keyakinan saya, bahwa keajaiban-keajaiban yang saya alami selama hampir 21 tahun hidup saya, tidak akan berakhir sampai disini saja, melainkan ada banyak keajaiban besar yang nantinya sudah Tuhan sediakan untuk hidup saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H