Popularitas Suriname di Indonesia bukan lagi hal yang perlu diragukan. Negara yang berada di Amerika Selatan ini cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia.Â
Umumnya pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai Suriname adalah lewat kesamaan budaya dan penggunaan bahasa Jawa oleh kelompok masyarakat yang berada di Suriname.Â
Eksistensi bahasa Jawa di Suriname sendiri berawal pada abad ke 19, di bawah kolonialisme Belanda kala itu, sebanyak 33.000 pekerja kontrak yang berasal dari Jawa diboyong ke Suriname untuk memenuhi kebutuhan pekerja pada sektor perkebunan.Â
Datangnya pekerja dari Pulau Jawa dengan jumlah yang tidak sedikit dan ditempatkan pada suatu wilayah yang sama, menjadi penyebab tidak lunturnya kebiasaan menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari para pekerja.
Eksistensi bahasa Jawa di Suriname terus berkembang hingga masa kini. Umumnya masyarakat berbahasa Jawa di Suriname hidup di area pedesaan dan berkelompok sehingga memudahkan mereka untuk tetap dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai cara berkomunikasi dan berdampak baik kepada eksistensi bahasa dan budaya jawa.Â
Walaupun begitu, bahasa Jawa yang digunakan di Suriname tidak sepenuhnya sama dengan yang kita kenal di tanah air sebab sudah terpengaruh dengan bahasa Belanda dan Sranan tongo, atau bahasa asli Suriname. Keunikan ini tentunya menambah nilai pada bahasa Jawa Suriname.Â
Persamaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan Suriname ini menjadi salah satu cara untuk menjembatani hubungan antara kedua belah negara dalam sektor budaya.Â
Tak sedikit acara kebudayaan yang telah dilaksanakan untuk merawat hubungan baik budaya antara Indonesia dan Suriname, misalnya melalui Suriname Java Festival yang pernah diadakan oleh Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, atau Peringatan 130 Tahun Masyarakat Jawa di Suriname yang dilakukan secara terbatas di Suriname.Â
Tidak hanya melalui festival produk berbahasa Jawa juga secara organik berhasil di ekspor ke Suriname, misalnya kecintaan masyarakat jawa Suriname terhadap lagu-lagu dangdut jawa koplo milik mendiang penyanyi Didi Kempot.Â
Tidak hanya Didi Kempot, musisi lain seperti Waldjinah menjadi salah satu favorit masyarakat Jawa Suriname. Kedekatan Indonesia dan Suriname pada sektor budaya dapat dilihat melalui kerja sama sister city antara Kota Yogyakarta dengan Distrik Commewijne pada tahun 2011 hingga 2020.Â
Melalui kerja sama ini telah berhasil dilaksanakan beberapa kegiatan kesenian dan kebudayaan Suriname pada acara Jogja Java Carnival pada tahun 2011.Â
Namun, tahukah kamu apabila kedekatan Indonesia dan Suriname lebih dari hanya kesamaan bahasa dan budaya saja? Sebagai negara yang sama-sama pernah berada dibawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, Indonesia dan Suriname telah menjalin hubungan bilateral sejak Agustus 1951.Â
Kemudian, secara resmi pemerintah Indonesia kembali menjalin hubungan diplomatik dengan Suriname pada Januari 1976. Terjalinnya hubungan diplomatik antar kedua negara ini, tentunya tidak hanya memudahkan hubungan mengenai budaya namun juga hubungan kerja sama ekonomi antar negara.Â
Menurut data yang dilansir melalui situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia dan Suriname aktif melakukan kegiatan ekspor impor antar negara.Â
Indonesia berhasil melakukan ekspor beberapa produk seperti ikan beku, produk tembakau, rokok, tisu, furnitur, kain tenun, kendaraan bermotor, benang filamen, karung, pasta, akumulator listrik, sabun dan buku tulis.Â
Tidak hanya melakukan ekspor, Indonesia juga menerima produk Suriname seperti kayu gergaji atau belah panjang, jaring rajutan, perhiasan imitasi, gasket, transformator elektrik, dan konverter statis.Â
Kegiatan ekspor ini tentunya berdampak baik, tercatat sejak tahun 2017 neraca perdagangan Indonesia selalu surplus, dengan nilai perdagangan diatas USD 5,2 juta. Angka tertinggi tercatat pada tahun 2019 dimana nilai dagang menyentuh angka USD 9,2 juta dengan nilai surplus sebanyak USD 7,4 juta.Â
Selain pada sektor perdagangan, Indonesia juga menjalin kerja sama diplomatik dalam berbagai lingkup kerja sama, misalnya pertukaran publikasi, bahan riset, tenaga ahli dan pengajar serta peneliti di bidang diplomasi, dan kerja sama dalam menyelenggarakan program studi, seminar dan kursus pelatihan serta kegiatan akademik lainnya untuk diplomat dan pejabat pemerintah dari kedua pihak.Â
Selain kerja sama pelatihan diplomatik, Indonesia dan Suriname juga melakukan pelatihan untuk sistem perbankan syariah pada tahun 2018. Pada bidang lain, Indonesia dan Suriname telah menandatangani perjanjian kerja sama untuk proyek Reverse Linkage KSST untuk inseminasi buatan ternak sapi pada tahun 2020.Â
Berbagai hubungan kerja sama diatas dapat menjadi bukti bahwa hubungan antara Indonesia dan Suriname lebih dari kesamaan bahasa saja. Indonesia tentunya dapat terus meningkatkan kerja sama baik dalam bidang ekonomi, teknis, sosial, maupun budaya dengan Suriname sebagai salah satu upaya dalam menjaga hubungan diplomatik yang baik dan saling menguntungkan  bagi kedua negara.
Dalam bidang budaya, Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan mendalam mengenai budaya Jawa dengan cara mengirimkan tenaga ahli dalam bidang ini sehingga dapat merawat serta menambah pengetahuan mengenai budaya dan bahasa Jawa kepada masyarakat Suriname khususnya kepada kaum muda sehingga dapat terus merawat eksistensi budaya dan bahasa Jawa di Suriname.Â
Peningkatan hubungan kerja sama tentunya juga dapat dilakukan pada sektor lain seperti perdagangan, teknis, dan kerja sama saling dukung antar dua negara tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H