Mohon tunggu...
ivan adilla
ivan adilla Mohon Tunggu... Guru - Berbagi pandangan dan kesenangan.

Penulis yang menyenangi fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Zakat Anak

23 April 2021   00:34 Diperbarui: 23 April 2021   01:24 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah musalla di tepi danau. Tempat ibadah ini telah lama ditinggal jamaahnya. Foto oleh Ivan Adilla

Engku Guru mengambil kopiah, kemudian mengusap-usap sambil menjentik-jentiknya.

"Karena jarang yang menzakatkan anak, saya juga ragu tentang nisabnya", jawab Engku Guru tak lama kemudian. "Datanglah Sutan hari Minggu depan. Bersama-sama kita cari kepastiannya".

Minggu, selepas subuh, saya ditugaskan membantu Engku Guru menyortir dan menyusun buku-buku dari perpustakaan surau. Beragam bentuk dan format buku itu. Ada yang berukuran folio, kuarto, dan lebih kecil lagi. Sampulnya ada yang dari  kertas karton, ada juga yang dari kulit kibas. Kebanyakan berbahasa Arab, sebagian berbahasa Melayu dengan aksara Arab-Melayu. Engku Guru memeriksa tiap buku, menyelipkan kertas kecil untuk menandai bab yang dibutuhkan. Tugas saya adalah  menyusunnya dengan rapi di atas bentangan tikar.

Setelah buku-buku itu selesai ditandai dan tersusun rapi, saya diminta membeli ketupat pitalah. Katupek pitalah dengan sayur nangka dan kubis yang berkuah kental merupakan sarapan favorit bagi banyak orang. Jenis ketupat sayur ini dinamai dengan daerah asalnya, Nagari Pitalah. Minggu adalah hari balai di kampung kami. Orang dari banyak temspat datang untuk berjualan. Termasuk penjual ketupat asal Pitalah. Kami  pun sarapan sambil menunggu tamu yang bakal datang.

Sekitar jam 09.00, tamu yang kami tunggu datang. Setelah minum kopi dan berbincang sebentar, maka Engku Guru itu dan tamu itupun mulai memeriksa buku-buku yang disiapkan.

Saya duduk dekat tangga memperhatikan Engku Guru dan tamunya. Sebagai anak-anak, saya tak tahu banyak apa yang dibincangkan kedua orang itu. Engku Guru membuka bab yang ditandai. Menunjukkan dan menjelaskan isinya pada tamu. Tiap buku yang selesai diperiksa, disisihkan letaknya. 

Menjelang zuhur, Engku Guru dan tamunya selesai memeriksa seluruh buku itu. Saya kemudian ditugaskan meletakkan buku-buku itu kembali ke kamar perpustakaan. Hanya meletakkan dan menyusunnya, karena belum mengerti bagaimana menyusunnya dalam lemari buku yang terdapat di kamar perpustakaan. Ada tiga lemari tinggi penuh buku tersusun rapi.

***

Tak lama kemudian waktu salat zuhur datang. Kami kemudian salat Zuhur bersama. Selesai salat, Engku Guru berbincang dengan tamunya.

"Telah sama-sama kita periksa seluruh kitab tentang zakat. Sutan lihat sendiri, tak ada kitab yang mewajibkan zakat anak. Apalagi menyebutkan nisab untuk anak", Engku membuka pembicaraan.

"Jadi apa yang dikatakan Malin Batuah di lapau Si Pono itu bohong saja, Engku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun