Mohon tunggu...
Ivana Deva
Ivana Deva Mohon Tunggu... Mahasiswa - undergraduate literature student

Mengkhususkan penulisan konten di bidang humaniora dan (mungkin) sedikit tips investasi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebijakan Biaya Admin ATM: Indonesia Siap Masuki Era Cashless?

7 Juli 2021   15:17 Diperbarui: 7 Juli 2021   16:15 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Banner ala-ala | Dok. pribadi

Saya Pilih Produk Tabungan karena Biaya Adminnya Rendah

Bank-bank lokal kini punya banyak produk tabungan yang kreatif. Mulai dari tabungan anak yang kartunya bergambar kartun-kartun populer, tabungan untuk warga desa, hingga tabungan dengan kartu digital.

Sebagai penyuka kartun, sejak kecil saya ingin sekali mempunyai rekening tabungan anak yang kartunya bergambar ilustrasi-ilustrasi lucu itu. Namun, ibu saya kerap marah-marah. “Nanti duit tabunganmu kepotong admin lho, Nak!” katanya walaupun alis saya berkerut karena nggak ngerti. “Mending uangmu dititip ke ibu,” dia melanjutkan. Padahal jika dititip ke ibu, duit tabungan saya bakal kena potongan lebih banyak dari biaya admin bank. Wah!

Akan tetapi, perkataan ibu saya kala itu ada benarnya juga. Malah, biaya admin menjadi pertimbangan utama saya dalam memilik produk perbankan. Persetan dengan kartu ATM bergambar ilustrasi. Kalau administrasinya murah, bakal saya jajal.

Hal itulah yang mendasari pertemuan saya dengan BNI Taplus Muda, produk perbankan yang biaya adminnya hanya lima ribu per bulan, tetapi pemilik tabungan tersebut tidak mendapat buku tabungan (diganti E-Statement rincian transaksi yang dikirim lewat email tiap bulan) dan pemiliknya juga dibatasi hanya berusia dari rentang 18 sampai 30 tahun. Jadi, pas umur 30 nanti saya harus ganti atau upgrade produk tabungan ke BNI Taplus biasa.


Kebijakan Baru: Cek Saldo ATM dikenakan Biaya Admin!

Haduh, pusing saya waktu beredar kabar bahwa penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) juga dikenakan biaya admin. Bukan hanya tarik tunai, ngecek saldo aja kudu bayar. Pening.

Untungnya, saya merupakan salah satu pengguna mobile banking sehingga cuma ke ATM pas pengin ngambil duit dan setoran tunai saja. Kalau sekarang, mau ngambil duit pasti mikir-mikir dulu.

Kebijakan yang Mengarah pada Era Cashless

Sejak kebijakan ini berlaku, saya belum pernah tarik tunai lagi. Semua transaksi pembayaran— seperti bayar listrik, bayar makan di restoran, dan bayar uang kas kelas— saya alihkan menggunakan pembayaran via kartu atau mobile banking.

Praktis dan yang lebih utama: biaya adminnya lebih sedikit!

Kekurangannya, saya jadi jarang pegang uang cash. Isi dompet yang mulanya agak gemuk, kini kian menipis. Harta saya sebagian besar jadi teralokasi di rekening tabungan.

Kebijakan Biaya Admin Membuat Saya Jadi Jarang Pegang Uang Cash

Atas dasar itulah, konklusi ini tercipta: pemerintah mengarahkan Indonesia ke era cashless seperti di Korea Selatan!

Negeri Ginseng tersebut lumayan terkenal akan ke-cashless-annya. Bahkan, Korea Reomit (YouTuber asal Korea Selatan) berkata bahwa uang tunai tidak lazim digunakan oleh warga lokal. Kalau ada yang masih pakai uang tunai, berarti dia kepepet banget (saldo ATM-nya kosong dan dia baru menebok celengan) atau orang itu memang turis asing yang rekeningnya nggak pakai mata uang Korsel yaitu won.

Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, saya dapat membayangkan Indonesia sudah cashless karena kebijakan baru biaya admin ini. 

Masalahnya cuma satu: Rakyat harus diajari cara mengoperasikan mobile banking dulu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun