“Novel Cantik Itu Luka dibuka dengan peristiwa bangkitnya Dewi Ayu dari liang lahat setelah berpuluh tahun lalu dinyatakan meninggal. Setelahnya, Eka Kurniawan menarik kita ke masa dua puluh satu tahun silam di mana Dewi Ayu masih hidup dan baru saja melahirkan anak ketiganya. Pemunduran alur perdana terdapat pada potongan paragraf Cantik Itu Luka di bawah ini:
...Hal pertama yang ia ingat adalah bayinya, yang tentu saja bukan lagi seorang bayi. Dua puluh satu tahun lalu, ia mati dua belas hari setelah melahirkan seorang bayi perempuan buruk rupa, begitu buruk rupanya sehingga dukun bayi yang membantunya merasa tak yakin itu seorang bayi dan berpikir itu seonggok tai, sebab lubang keluar bayi dan tai hanya terpisah dua sentimeter saja...
Kalimat dengan huruf miring menjadi bukti terjadinya pemunduran alur cerita hingga dua puluh satu tahun sebelum kebangkitan Dewi Ayu dari dalam kubur, yakni adegan saat ia melahirkan putri bungsunya. Sangat mulus, bukan? Bahkan, jika kurang jeli, tentu saja kita tak akan menyadari bahwa si penulis sedang menarik kita ke masa lalu Dewi Ayu.
Tak tanggung-tanggung, rupanya Eka Kurniawan masih sanggup menarik mundur lagi alurnya saat kita masih berada di masa dua puluh tahun silam tadi.
... Mungkin benar bahwa Rosinah memiliki kemampuan untuk mengenali hal-hal yang akan terjadi di masa datang, sedikit kemampuan yang diwariskan dari orang-orang bijak di masa lalu. Ia datang pertama kali bersama ayahnya yang tua dan menderita oleh rematik parah, seorang penambang pasir di gunung, sewaktu ia masih berumur empat belas tahun, lima tahun lalu. Mereka muncul di kamar Dewi Ayu di rumah pelacuran Mama Kalong...
Berdasarkan penggalan-penggalan kutipan Cantik Itu Luka di atas, dapat disimpulkan bahwa Eka Kurniawan mengajak kita mundur sekali lagi menuju adegan beberapa tahun silam. Kalimat dengan huruf miring menjadi bukti terjadinya pemunduran alur sebanyak lima tahun sebelum kematian Dewi Ayu, di mana si penulis menceritakan kisah pertemuan Dewi Ayu dengan Rosinah untuk pertama kalinya...”
3. KESIMPULAN ULASAN
Bagian kesimpulan sekaligus bagian akhir ini dapat diisi dengan menyebutkan kembali poin-poin pembahasan secara ringkas, lalu menyimpulkannya. Salah satu tujuan dari membaca ulasan suatu karya adalah untuk mengetahui: apakah karya tersebut layak dijajal atau tidak?. Oleh karena itu, jangan lupa untuk memberi tahu pembacamu apakah karya yang diulas termasuk recommended atau tidak (sertakan juga alasanmu).
Contoh bagian kesimpulan:
“Berdasarkan analisis unsur intrinsik yang berfokus pada transisi alur dan latar waktu dalam novel Cantik Itu Luka, saya menarik kesimpulan bahwa keajaiban transisi alur maju-mundur pada cerita gubahan Eka Kurniawan itu tak lebih dari bukti akan kepiawaian sang penulis dalam memainkan latar waktu... di mana triknya adalah keberadaan ‘pemicu ingatan’ yang sengaja dimunculkan oleh si penggubah cerita. Poin inilah yang berperan penting dalam penggandengan beberapa adegan yang berbeda latar waktu. Selain kemunculan pemicu ingatan, penggunaan sudut pandang orang ketiga juga turut berperan dalam kemulusan transisi latar waktu Cantik Itu Luka.
... saya masih sangat merekomendasikan para pecinta bacaan untuk menjajal novel ini. Apalagi jika teman-teman pembaca memiliki ketertarikan khusus terhadap sejarah kolonialisme di Indonesia, Cantik Itu Luka adalah pilihan bacaan yang bagus, sebab novel ini dipenuhi rangkaian peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia hingga masa awal kemerdekaan.”