Mohon tunggu...
Ivana Amelia
Ivana Amelia Mohon Tunggu... Editor - Bermula dari kata, berakhir dengan senyum

Pengarang kecil yang ingin menjadi bintang angkasa~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelam Untuk Menjadi Bintang

5 Maret 2022   15:02 Diperbarui: 5 Maret 2022   15:16 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produksi Reproduksi Budaya/ Dokumen Pribadi: Ivana Amelia

Mendengar ataupun membaca kalimat "Menyelam Untuk Menjadi Bintang" mungkin akan terasa asing bagi kita. Menyelam yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah usaha untuk menggali informasi secara mendalam, dengan demikian akan memiliki wawasan luas saat menelaah sesuatu. 

Berpikir dengan dasar pengetahuan yang luas membantu kita lahir sebagai bintang, hal ini dikarenakan dapat membedakan makna yang benar atau salah dalam kehidupan sehari-hari terlebih pada bidang budaya.

Berbicara terkait kebudayaan, rupanya terdapat pula beberapa usaha produksi maupun reproduksi budaya yang dikemas dalam teori. 

Disisi lain, bila ingin memahami suatu budaya secara lebih mendalam dapat dilakukan dalam Cultural Studies yang merupakan kajian mengenai praktek kebudayaan yang berkaitan dengan dimensi kekuasaan, dimanaa mempengaruhi bentuk budaya dan realitas masyarakat (dalam Wacana, 2004, h. 108). 

Cultural Studies bertujuan untuk melakukan dekonstruksi pandangan lama dan mengangkat budaya terpinggirkan. Budaya yang sangat beragam di Indonesia juga dipelopori dengan peranan para Indonesianis didalamnya. 

Sama halnya dengan istilah "Indonesianis" yang mungkin masih asing, Indonesianis merupakan seorang ilmuwan dari dalam maupun luar Indonesia, kegiatannya meneliti dan mengamati secara mendalam terkait kebudayaan Indonesia yang kemudian dipublikasikan sebagai produksi maupun reproduksi budaya (Fatah, dalam Jurnal Pustakawan Indonesia, 2015, h. 50). Indonesianis yang berperan dalam budaya Indonesia berasal dari banyak penjuru dunia, dua diantaranya yakni Clifford Geertz dan Anthony John dari Amerika Serikat.

Pada Indonesianis yang pertama, yakni Clifford Geertz memulai produksi budayanya saat berkuliah di Universitas Harvard. Geertz melakukan penelitian terkait masyarakat multi agama bersama istrinya di Pare, Kabupaten Blitar, Jawa Timur yang disamarkan namanya menjadi "Mojokuto". 

Dalam penelitiannya, Geertz mengungkapkan bahwa antara budaya dan agama memiliki hubungan dan menghasilkan suatu makna (dalam Jurnal Sosiologi Agama Indonesia, 2021, h. 14).

Clifford Geertz/ Firdausi, F. (2019). 
Clifford Geertz/ Firdausi, F. (2019). 

Keberhasilannya dalam penelitian bermula dari benturan budaya yang terjadi di Mojokuto antara nilai kearifan Jawa, praktik agama Islam, dan sedikit peninggalan Hindu. 

Dengan menjalankan risetnya, Geertz berhasil memaparkan tiga variasi dalam masyarakat berkaitan dengan agama dan tingkatan sosial, yakni: (1) Abangan, kelompok animistik yang tetap memeluk agama Islam tanpa menjalankan ajaran didalamnya. (2) Santri, kelompok pemeluk agama Islam secara mendalam dan menjalankan segala ajaran, seperti: puasa, sholat, melafalkan Al-Quran, dan lainnya. (3) Priyayi, kelompok yang memeluk keyakinan dari berbagai kepercayaan baik Islam maupun Hindu dan kebatinan. Pada kelompok priyayi mengedepankan peranan etika, kesopanan, dan lainnya, sama halnya yang dilakukan oleh pihak Keraton. Dalam Keraton tetap menjalankan kewajiban dan ajaran secara agama Islam, namun juga menjalankan kebatinan seperti bertapa dan sebagainya.

Terkait adanya produksi budaya dari Geertz menurut pendapat saya secara pribadi memberikan pandangan dan kemudahan bagi masyarakat saat ini untuk memahami golongan kepercayaan seseorang. 

Adanya pemahaman akan abangan terlihat pada orang yang menjalankan ibadatnya seperti kejawen, dimana mereka memeluk agama Islam namun tetap menjalankan ritualnya. Selain itu, dengan pandangan yang ada juga dapat memberi dampak buruk.

Hal ini dikarenakan munculnya beberapa oknum dari abangan yang menilai kaum santri sebagai kelompok yang "sok suci", dan kebalikannya kelompok santri memandang abangan sebagai kelompok gagal dalam implementasi agama Islam. 

Menurut saya produksi budaya ini masih relevan hingga sekarang, dan seharusnya dijaga untuk menumbuhkan toleransi antar masyarakat dengan menganggapnya sebagai keberagaman yang unik.

Pada Indonesianis kedua, yakni Anthony John yang berasal dari Amerika Serikat mengkaji atau memproduksi budaya terkait literasi dan Vernakularisasi Al-Quran. Anthony John ini memberikan kontribusi pada teks-teks keislaman dan penafsiran di Indonesia. Selain itu, John juga memberikan kontribusinya pada produksi budaya Indonesia dalam organisasi struktural dan mitros historiografi Jawa (dalam Lembah Sejarah, 2013, h.118). Dalam penemuannya ini membantu dalam penguraian mitos berdasar historiografi Jawa terlebih dalam kisah kerajaan Majapahit.

Vernakularisasi atau Teks-teks Islam Yang Ditafsirkan/ Aziz, T. (2021).
Vernakularisasi atau Teks-teks Islam Yang Ditafsirkan/ Aziz, T. (2021).

Anthony John memberikan produksi penafsiran mitos dalam tekstualitas yang berguna bagi masyarakat. Mitos yang berkembang kala itu berkaitan dengan kisah para dewa Hindu dan Nabi Islam, dengan penafsirannya memberikan makna dari tiap kisah yang digunakan masyarakat sebagai acuan menjalani kehidupan. 

Masyarakat yang awam dan masih buta aksara memiliki keterbatasan dalam memahami suatu makna tekstualitas, sehingga peran dari penafsir pun sangat penting. 

Pada sisi lainnya, John juga memberikan produksi budaya dalam hal literasi. Budaya literasi ini berguna bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan terkait sejarah ataupun kebudayaan, serta memberi pemahaman dari manakah ia berasal.

Pembentukan produksi budaya ini menurut saya sangat baik adanya, dikarenakan dapat membentuk pola pikir seseorang dari hasil membaca dan memahami terkait suatu hal. 

Dengan adanya pemahaman dan literasi mampu membukakan pandangan pada dunia luar. Pemahaman yang luas membantu memilah antara hal baik dan buruk, sehingga tidak mudah dibodohi dan memiliki identitas diri. 

Produksi budaya dari Anthony John juga dapat berguna bagi masyarakat saat ini untuk memahami sebab akibat atas hal yang ada, dan tidak mudah termakan oleh berita bohong atau hoax.

Daftar Pustaka:

Amrozi, S. (2021). Keberagaman Orang Jawa Dalam Pandangan Clifford Geertz dan Mark R. Woodward. FENOMENA, 20(01), 45-60. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/340111-keberagamaan-orang-jawa-dalam-pandangan-e4d26d2e.pdf

Basuki, S., Rachmaniah, M.,& Rudianto. (2015). Pembuatan Prototipe Pangkalan Data Direktori Indonesianis Menggunakan Slims Cendana. Jurnal Jurnal Pustakawan Indonesia, 14(02), 48-57. Diakses dari https://journal.ipb.ac.id/index.php/jpi/article/download/13720/10321 

Lubis, A. (2004). Memahami "Cultural Studies" dan Multikulturalisme dari Perspektif Pascamodern. WACANA, 6(02), 103-131. Diakses dari http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/350/326 

Rahma, F. (2013). Sejarah, Bahasa, dan Kekuasaan: Wacana Etnisitas dalam Historiografi Indonesia. Lembaran Sejarah, 10(02), 116-126. Diakses dari https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23700/15635 

Riady, A. (2021). Agama dan Kebudayaan Masyarakat Perspektif Clifford Geertz. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia, 2(01), 13-22. Diakses dari https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/jsai/article/view/1199 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun