Candi Borobudur? Candi yang menjadi cagar budaya yang sudah diakui oleh UNESCO dan menjadi salah satu heritage dunia. Mencuatnya berita baru-baru ini terkait wacana kenaikan tarif tiket Candi Borobudur khususnya bagi turis lokal cukup membuat kaget dan menimbulkan berbagai tanggapan pro dan kontra dari masyarakat Indonesia.Â
Siapa yang tidak tahu denganMenteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa rencana pembatasan kuota pengunjung dan kenaikan tarif untuk naik ke area stupa Candi Borobudur. Â
Tidak sedikit juga masyarakat Indonesia yang secara gamblang tidak setuju akan wacana tersebut. "Aku pribadi ga setuju kalau harga tiket masuknya aja mahal banget. Mengingat kondisi keuangan masyarakat umum yang bisa dibilang keberatan atas tiket yang mahal,"Â
"Jujur emang over sih ini kenaikannya. Kenapa Candi Borobudur gak nerapin sistem reservasi aja ya kalau mau wisata ke sana, biar bisa lebih terkontrol gitu wisatawannya," ucap komentar netizen dalam kolom komentar sebuah media sosial. Menilik komentar-komentar yang kontra akan wacana tersebut, mari kita ulas poin-poin penting fakta dibalik wacana kenaikan tarif tiket Candi Borobudur. Simak baik-baik ya, teman-teman!
1. Puluhan tahun, Candi Borobudur semata-mata menjadi objek wisata dimana para turis lokal hingga turis asing yang tidak tahu menahu mengenai bagaimana kandungan dan makna pada Candi Borobudur. Menilik beberapa tahun yang lalu, sempat terjadi vandalisme pada Candi Borobudur yaitu batu-batu Candi yang dicoret dengan cat semprot bahkan ada yang mencuri beberapa stupa.Â
Hal-hal tersebut cukup memprihatinkan sehingga pemerintah mengambil tindakan untuk melestarikan candi mengingat Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya menurut UNESCO.
2. Selain wacana kenaikan tarif masuk Candi Borobudur, pemerintah akan memberlakukan pula kuota kunjungan wisata tiap harinya. Kelebihan beban yang melampaui daya dukung fisik dari Candi Borobudur yang dinilai menjadi salah satu faktor terjadinya kerusakan.Â
Apabila terjadi pembludakan wisatawan pula, akan menyulitkan pihak pengelola untuk mengontrol dan mengawasi perilaku-perilaku nakal yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
3. Pemerintah memiliki angan-angan untuk menjadikan Candi Borobudur sebagai laboratorium konservasi cagar budaya bersifat internasional. Oleh karena itu, harapannya konsep pariwisata yang berkualitas akan diutamakan daripada mengutamakan jumlah wisatawan yang datang.
Di atas merupakan sedikit rangkuman untuk poin-poin yang perlu di-highlight dibalik wacana naiknya tarif tiket Candi Borobudur. Bagaimana nih pendapat teman-teman setelah membaca artikel di atas, setuju atau tidak atas wacana tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H