Mohon tunggu...
Ivana Febyola
Ivana Febyola Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Gadis Bertopeng

12 November 2020   12:27 Diperbarui: 12 November 2020   12:38 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh tahun yang lalu ketika umurku 7 tahun aku harus mendapatkan kenyataan yang merubah hidupku sepenuhnya, rumah yang seharusnya menjadi tempat teraman menjadi seperti neraka bagiku. Kenyataan kalau orang tuaku sudah tidak cocok lagi. Namaku Zoya Neona aku anak terakhir dari 3 bersaudara, aku lahir pada tanggal 18 februari 2003.

Ketika aku masih umur 8 tahun aku sering memergoki ayah aku yang sedang selingkuh, aku selalu berfikir bahwa laki laki semua seperti ayahku. Hari-hari terus berlanjut ibuku yang setiap hari meminta untuk bercerai tapi ayahku tidak pernah mau bercerai dengan ibuku, padahal ayahku sudah terlalu sering selingkuh dibelakang ibuku.

suatu hari ibuku memergoki ayahku selingkuh dan ibuku langsung meninta cerai tapi ayahku malah berteriak dan membanting barang
"kita ga akan bercerai!!!" ayahku membentak ibuku tepat diwajahnya, ibuku dan kakak-kakakku menangis melihat ayahku yang emosi dan memecahkan barang sambil mengumpat, aku yang melihatnya hanya bisa terdiam bingung apa yang sedang terjadi.

Besok paginya ibuku membangunkanku jam 4 subuh dia memberitahuku agar cepat membereskan bajuku dan ketika aku sudah bangun aku melihat ibu ku dan kakak-kakakku sedang merapikan baju kedalam koper, aku hanya bisa terdiam karena tidak mengerti.
setelah memasukkan baju bajuku kedalam koper, ibuku langsung membawaku keluar dari rumah, kita berempat keluar dari rumah diam diam agar ayahku tidak terbangun dari tidurnya, setelah kita berhasil keluar rumah aku baru mengerti apa yang kita lakukan sekarang, kita sedang kabur dari ayahku.

Kita kabur kerumah nenek dari ibuku, kita sampai kerumah nenekku sekitar jam 10 pagi, ketika sampai dirumah nenekku ibuku langsung menangis, aku hanya diam tidak mengerti dan bibiku langsung mengajakku untuk bermain

Ayahku menyadiri kalo aku dan kakak-kakakku sudah tidak ada di rumah dan langsung menelepon ibuku berkali kali tapi ibukuembiarkan telepon itu, ibuku berniat untuk tidak kembali kerumah, tetapi nenekku munyuruh untuk pulang karena ayahku mencari kita. Seminggu kita menginap dirumah nenek akhirnya kita dijemput ayahku untuk pulang, sebenarnya kita terpaksa umtuk pulang, karena sejujurnya aku dan kakak-kakak ku juga tidak ingin pulang.
Ayahku berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi tapi dia hanya janji sepanjang hari, ia sepanjang jalan. semua yang ayahku janjikan itu hanyalah omong kosong.

Ibuku selalu bertanya tentang perceraian mereka kedapaku hampir setiap hari dia bertanya
"kamu mau ayah sama ibu bercerai?" aku hanya diam tidak menjawab. Aku bingung. aku sudah tidak tahan melihat mereka berantem tapi aku belum siap liat mereka bercerai.

Akhinya orang tua aku resmi bercerai waktu aku kelas 5 SD. pada saat itu aku tinggal bersama ayah aku karena ibuku bekerja ke luar kota, ibuku pergi tanpa pamit dan meninggalkanku dengan ayahku, ketika itu aku merasa seperti anak yang dibuang.

Perceraian orang tuaku yang membuatku trauma kepada laki laki, disaat semua anak perempuan mejadikan ayahnya cinta pertama beberda denganku ayah adalah patah hati pertamaku, disaat teman-teman ku mejadikan ayah adalah sosok pahlawan bagi keluarga tetapi tidak dengan ku menurutku ayah hanyalah sosok yang egois yang mementingkan nafsunya sendiri.

Ketika aku tinggal bersama ayahku, ayahku sering membawa perempuan ke rumah, disaat itu aku benar benar merasa sangat membenci ayahku. Suatu hari ayahku membawa seorang wanita bersama anak perempuannya yang masih berumur 5 tahun
"Yaya kenalin ini istri baru ayah" ayahku berkata sambil tersenyum, aku hanya bisa menangguk dan tersenyum lalu pergi ke kamarku.

Ayah tidak pernah berdiskusi denganku terlebih dahulu ketika akan menikah lagi seakan akan suaraku tidak berarti baginya. Hari berjalan seperti biasa aku yang salalu meihat ayah dan ibu tiriku berantem, aku betanya pada diriku sendiri "Mengapa orang dewasa selalu menikah?? tapi mereka selalu berantem setiap saat." saat itulah aku menjadi takut untuk menikah ataupun menjalani hubungan dengan pria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun