Sepuluh tahun yang lalu ketika umurku 7 tahun aku harus mendapatkan kenyataan yang merubah hidupku sepenuhnya, rumah yang seharusnya menjadi tempat teraman menjadi seperti neraka bagiku. Kenyataan kalau orang tuaku sudah tidak cocok lagi. Namaku Zoya Neona aku anak terakhir dari 3 bersaudara, aku lahir pada tanggal 18 februari 2003.
Ketika aku masih umur 8 tahun aku sering memergoki ayah aku yang sedang selingkuh, aku selalu berfikir bahwa laki laki semua seperti ayahku. Hari-hari terus berlanjut ibuku yang setiap hari meminta untuk bercerai tapi ayahku tidak pernah mau bercerai dengan ibuku, padahal ayahku sudah terlalu sering selingkuh dibelakang ibuku.
suatu hari ibuku memergoki ayahku selingkuh dan ibuku langsung meninta cerai tapi ayahku malah berteriak dan membanting barang
"kita ga akan bercerai!!!" ayahku membentak ibuku tepat diwajahnya, ibuku dan kakak-kakakku menangis melihat ayahku yang emosi dan memecahkan barang sambil mengumpat, aku yang melihatnya hanya bisa terdiam bingung apa yang sedang terjadi.
Besok paginya ibuku membangunkanku jam 4 subuh dia memberitahuku agar cepat membereskan bajuku dan ketika aku sudah bangun aku melihat ibu ku dan kakak-kakakku sedang merapikan baju kedalam koper, aku hanya bisa terdiam karena tidak mengerti.
setelah memasukkan baju bajuku kedalam koper, ibuku langsung membawaku keluar dari rumah, kita berempat keluar dari rumah diam diam agar ayahku tidak terbangun dari tidurnya, setelah kita berhasil keluar rumah aku baru mengerti apa yang kita lakukan sekarang, kita sedang kabur dari ayahku.
Kita kabur kerumah nenek dari ibuku, kita sampai kerumah nenekku sekitar jam 10 pagi, ketika sampai dirumah nenekku ibuku langsung menangis, aku hanya diam tidak mengerti dan bibiku langsung mengajakku untuk bermain
Ayahku menyadiri kalo aku dan kakak-kakakku sudah tidak ada di rumah dan langsung menelepon ibuku berkali kali tapi ibukuembiarkan telepon itu, ibuku berniat untuk tidak kembali kerumah, tetapi nenekku munyuruh untuk pulang karena ayahku mencari kita. Seminggu kita menginap dirumah nenek akhirnya kita dijemput ayahku untuk pulang, sebenarnya kita terpaksa umtuk pulang, karena sejujurnya aku dan kakak-kakak ku juga tidak ingin pulang.
Ayahku berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi tapi dia hanya janji sepanjang hari, ia sepanjang jalan. semua yang ayahku janjikan itu hanyalah omong kosong.
Ibuku selalu bertanya tentang perceraian mereka kedapaku hampir setiap hari dia bertanya
"kamu mau ayah sama ibu bercerai?" aku hanya diam tidak menjawab. Aku bingung. aku sudah tidak tahan melihat mereka berantem tapi aku belum siap liat mereka bercerai.
Akhinya orang tua aku resmi bercerai waktu aku kelas 5 SD. pada saat itu aku tinggal bersama ayah aku karena ibuku bekerja ke luar kota, ibuku pergi tanpa pamit dan meninggalkanku dengan ayahku, ketika itu aku merasa seperti anak yang dibuang.
Perceraian orang tuaku yang membuatku trauma kepada laki laki, disaat semua anak perempuan mejadikan ayahnya cinta pertama beberda denganku ayah adalah patah hati pertamaku, disaat teman-teman ku mejadikan ayah adalah sosok pahlawan bagi keluarga tetapi tidak dengan ku menurutku ayah hanyalah sosok yang egois yang mementingkan nafsunya sendiri.
Ketika aku tinggal bersama ayahku, ayahku sering membawa perempuan ke rumah, disaat itu aku benar benar merasa sangat membenci ayahku. Suatu hari ayahku membawa seorang wanita bersama anak perempuannya yang masih berumur 5 tahun
"Yaya kenalin ini istri baru ayah" ayahku berkata sambil tersenyum, aku hanya bisa menangguk dan tersenyum lalu pergi ke kamarku.
Ayah tidak pernah berdiskusi denganku terlebih dahulu ketika akan menikah lagi seakan akan suaraku tidak berarti baginya. Hari berjalan seperti biasa aku yang salalu meihat ayah dan ibu tiriku berantem, aku betanya pada diriku sendiri "Mengapa orang dewasa selalu menikah?? tapi mereka selalu berantem setiap saat." saat itulah aku menjadi takut untuk menikah ataupun menjalani hubungan dengan pria.
Pernikahan mereka tidak berjalan lama ibu tiri ku tidak tahan dengan ayahku dan akhirnya dia dan anak perempuannya pergi dari rumahku meninggalkan ayahku, aku sangat senang karena aku tidak menyukai wanita itu dia terlihat muanfik aku sangat tidak menyukainya.
Aku terus bertumbuh dewasa tanapa sosok ibu, karena ibuku tidak pernah menelpon ataupun mengabari ku. Pada saat aku mau memasuki SMP ibu ku menelpon kakak peremupuan ku tengah malem, pada saat itu aku sudah tertidur kakak perempuan ku membangunkan ku
"Yaya ini ibu nelepon, ayo bicara" aku yang mendengarnya hanya menggeleng dan melanjutkan tidurku, aku kangen dengan ibuku tapi aku sudah terlalu malas berbicara denganya.
Ketika aku mulai memasuki SMP aku kira hidupku bakal berubah nyatanya tidak malah lebih berat aku terpaksa harus tumbuh dewasa sebelum waktunya. Ketika SMP aku menjadi korban bully, mereka membully fisikku aku hanya bisa diam ketika mereka membully ku
pada saat itu sedang jam olahraga kita sekalas pergi kelapang
"Itu Zoya woyy" kata teman laki lakiku, aku hanya bisa diam dan tidak memperdulikan nya
"Zoya luluran gihh" mereka terus mengejek warna kulitku yang hitam tapi ibuku bilang kulitku tidak hitam hanya sawo matang aku ingin membalas mereka dengan bilang
"kulit kamu juga item, ngaca dong" tapi aku ga punya keberanian untuk itu.
Pada masa sulit aku, aku sangat merindukan ibuku tapi aku tidak bisa menemuinya karena dia berada di luar kota, aku iri dengan teman-temanku yang keluarganya harmonis, keluaraga lku jauh dari kata harmonis, setiap hari aku selalu memdengar umpatan, teriakan, tangisan ketika aku melihat orang tua ku berantem aku bahkan tidak tau apa yang terjadi dan hanya berdiam diri melihat kakak kakaku dan mamahku menangis.
Ketika aku kelas 2 SMP aku mendapatkan teman baru yang membuatku tidak lagi dibully, dan juga orang yang membully ku telah keluar dari sekolah. Aku sangat bahagia karena akhirnya aku tidak jadi bahan bully lagi tapi kebahagianku memudar ayahku membawa seorang wanita lagi, wanita itu membawa anak laki-lakinya yang seumuran denganku, dia dimasukkan kesekolah yang sama denganku, aku tidak menginginkan itu. Aku menyembunyikan fakta bahwa aku memiliki saudara tiri.
Pernikahan mereka berjalan dengn baik, tapi suatu hari aku memiliki ide untuk membuat ayah dan ibu tiriku bercerai, aku memikirkan rencana yang sangat bagus agar mereka berpisah, rencanaku adalah aku akan mengurung diri dikamar mandi karena marah terhadap saudara tiriku karena dia tidak meminjamkan sepedanya itu renacanaku. padahal aku sama sekali tidak ingin bermain sepeda aku hanya sedang membuat drama.
Aku mulai memulai dramaku dengan mengurung diri dikamar mandi
"Yaya ayo buka pintunya!!" ayahku berteriak kencamg depan kamr mandi, aku takut sama teriakannya, tapi aku terus melanjitkan dramaku untuk berdiam diri dikamar mandi. Sampai akhirnya aku mendengar ibu tiriku dan ayahku berantem hebat, disitu aku mulai keluar kamar mandi dan aku melihat ibu tiriku yang menangis dan ayahku yang sedamg meminta maaf, ayahku bahkan tidak pernah meminta maaf kepadaku ataupun ibuku, disitu aku sangat membenci ibu tiriku.
Ketika aku melewati ayahku yang sedang berjalannke arah kamarnya dia berkata
"Ini semua salah kamu!!" dan aku disalahkan karena membuat mereka berantem tapi itu memang tujuanku.
Akhirnya penantianku tercapai ibu tiriku dan ayahku akhirmy bercerai. Aku sangat senang mendengar kabar bahwa ibu tiriku kabur dari rumahku tengah malam bersama anaknya.
Ayahku memberi banyak luka dihatiku, dia memberi banyak kenangan buruk dipikranku, aku terus mengingatnya entah berapa kali aku mencoba untuk melupakan kenangan buruk itu tapi nyatanya aku tidak bisa melupakan itu sedikit pun, masalalu yang selalu menghantuiku itu sangat menyiksaku. Setiap malam aku harus menahan tangisku, aku bahkan tidak tahu apa yang aku tangisin, malam malam berikutnya terus berlanjut dengan aku yang masih sama selalu menangis sebelum tidur.
Perceraian orang tuaku membuatku menjadi anak yang tertutup aku menjadi anak yang sering berpura pura bahagia, memakai topeng bahagia setiap saat. Aku bertanya pada diriku sendiri "kapan terakhir aku tertawa lepas tanpa berpura pura?". Topeng yang aku pakai agar menutupi semua kesedihanku, aku tidak ingin dikasihani teman-temanku. Aku hanya ingin dikenal sebagai Zoya Neona yang ceria meskipun kenyataannya tidak begitu.
Ketika aku naik ke kalas 9 SMP aku kembali tinggal bersama ibuku, dan ayahku pergi entah kemana aku tidak tau, di kelas 9 SMP ini aku mendapatkan banyak hal baru salah satunya aku mendapatkan dunia baru, yang membuat aku melupakan masalah aku, dunia yang isinya membuat aku bersemangat untuk terus menjalani hidup, aku sempat berfikir untuk mengakhiri hidupku tapi dunia baru itu menyelamatkanku, dunia baru itu adalah dunia K-POP
Awal mula aku menyukai K-POP itu karena teman sebangkuku yang juga menyukai K-POP, dia memperkenalkanku kedunia yang indah ini, aku sangat berterimakasih kepada teman ku yang mengenalkanku kepada K-POP karena mereka aku menjadi lebih bahagia dan melupakan segala masalah yang aku hadapi, kpop merubahku menjadi anak yang ceria.
K-POP mengajarkanku banyak hal, mereka juga yang menemaniku tumbuh dewasa ketika orang tuaku sibuk dengan dunianya, idolku juga yang sering memberiku nasehat ketika orang tuaku tidak peduli dengan apa yang aku alami. Aku juga mendapatkan teman baru dengan menjadi penggemar K-POP aku jadi memiliki teman diluar kota, itu sangat seru.
Aku hanyalah gadis kesepian yang tidak tahu caranya untuk bahagia, K-POP memberiku kebahagian itu, kebahagian yang tidak pernah aku rasakan dari kedua orangtuaku, mereka hanya memberiku luka tanpa memberiku kebahagian aku bahkan tidak ingat kapan orangtuaku membuatku bahagia, mereka hanya memberiku kesedihan.
Idolaku selalu memberikan kata kata pengemangat salah satunya "Ketika hidup memiliki ribuan alasan untuk menangis, kamu harus memiliki setidaknya satu alasan untuk tersenyum"
Aku selalu mengikat kata kata dari idolaku, ketika aku menangis aku akan langsung melihat video-video mereka yang akan membuatku tertawa dan melupakan masalah yang sedang aku hadapi.
Idolaku juga pernah berkata " You are someone who can make someone like me smile,you are strong, and u def not useless" kata kata yang akan selalu aku ingat, mereka membuatku banyak termotivasi untuk terus menjalani hidup. Menjalani kehidupan sehari hari adalah sesuatu yang harus kita banggakan, dan aku selalu bangga bisa terus hidup sampai saat ini meski banyak masalah yang dihadapi. Aku menyesali karena pernah berfikir untuk mengakhiri hidupku, itu adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan.
Kita semua punya alasan masing masing untuk bahagia, meskipun banyak rintangan untuk mencapai kata bahagia kita harus terus menjalani hidup dengan semangat agar kebahagian itu datang kepada kita.
Penulis: Ivana Febyola/ XII MIPA 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H