Mohon tunggu...
Ivana Rahma Chintami
Ivana Rahma Chintami Mohon Tunggu... Mahasiswa - The purpose of our lives is to be happy.

I said what I said, I do whatever I wanna do.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Sejarah Meriahnya Lebaran Ketupat di Gorontalo

5 Mei 2021   12:00 Diperbarui: 5 Mei 2021   12:06 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks dimana di dalamnya mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat serta kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Keragamaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia menjadikannya kaya akan tradisi yang telah ada sejak dahulu. Salah satu tradisi unik dan khas yang dimiliki oleh Indonesia yakni Lebaran Ketupat yang berasal dari Gorontalo. Lebaran Ketupat merupakan perayaan yang dilaksanakan seminggu setelah Lebaran Idul Fitri.

Menurut sejarah, perayaan Lebaran Ketupat di Gorontalo pertama kali digelar oleh masyarakat keturuanan Jawa-Tondano (Jaton) sejak kedatangan mereka pada tahun 1909. Masyarakat tersebut adalah transmigran dari Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara yang pada saat itu tersebar di Desa Kaliyoso, Roksonegoro, Mulyonegoro, dan Yosonegoro, Kabupaten Gorontalo.

Menurut Muh. Arif dan Melki Y. Lasantu dalam jurnalnya yang berjudul Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Lebaran Ketupat Masyarakat Suku Jawa Tondano di Gorontalo menjelaskan bahwa tradisi kupatan ini merupakan acara puncak Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal atau seminggu setelah hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Ketupat digunakan sebagai bentuk perayaan kemenangan bagi mereka yang telah mampu melawan dan menahan hawa nafsunya pada bulan Ramadhan yang ditambah dengan 6 Syawal.

Pada perayaan ini, umumnya masyarakat menyediakan makanan yang terbuat dari beras seperti ketupat, lontong, soto ataupun coto makassar, serta beberapa menu sajian khas lainnya seperti nasi bulu (nasi lemak yang dimasak didalam bambu), dodol, kue mendut, serabi, koa, daging ayam dan sapi.

Seluruh makanan tersebut kemudian dikumpulkan di Masjid untuk didoakan sebelum akhirnya dapat dinikmati dan dibagikan kepada masyarakat. Hari Raya Ketupat tidak hanya dimeriahkan oleh masyarakat Gorontalo namun juga masyarakat pendatang dari daerah lain seperti Manado, Bitung, Makassar, dan masih banyak lagi.

 

Credit by: Ivana Rahma Chintami

Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Penerima Beasiswa Unggulan Kemendibud 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun