Mohon tunggu...
Ivana Rahma Chintami
Ivana Rahma Chintami Mohon Tunggu... Mahasiswa - The purpose of our lives is to be happy.

I said what I said, I do whatever I wanna do.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tumbilotohe, Tradisi "Malam Pasang Lampu" dari Gorontalo

4 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:55 4927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang unik dari Gorontalo pada bulan Ramadhan, yakni adanya tradisi Tumbilotohe atau orang Gorontalo lazim menyebutnya dengan "Malam pasang lampu". Tradisi ini dilakukan pada tiga malam terakhir menjelang perayaan Idul Fitri dengan menyalakan lampu dari minyak sebagai tanda untuk melepas Ramadhan.

Menurut sejarah, konon tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-15, dimana pada masa itu lampu penerangan masih minim, untuk meneranginya masyarakat dahulu membuat lampu penerang berbahan wamuta atau seludang yang dihaluskan dan diruncingkan lalu kemudian dibakar. Di tahun-tahun berikutnya alat penerangan tersebut mulai menggunakan tohetutu atau damar, yakni semacam getah padat yang akan menyala apabila dibakar dan bertahan cukup lama. 

Semakin berkembangnya masyarakat pada zaman itu, mereka mulai beralih menggunakan lampu yang terbuat dari sumbu berbahan kapas dan minyak kelap yang diletakkan diwadah seperti kima yaitu sejenis kerang dan padamala atau papaya yang dibagi menjadi dua bagian.

Seiring dengan berkembangnya zaman, bahan lampu tersebut mulai diganti dengan minyak tanah hingga sekarang ini. Bahkan dibeberapa tempat juga menggunakan lampu LED sebagai gantinya. Untuk semakin memeriahkan tradisi Tumbilotohe, pemerintah setempat sering mengadakan kegiatan sepeti pawai obor, lomba Tumbilotohe antar desa/kecamatan, dan sebagainya.

Jika Anda datang berkunjung ke Gorontalo pada malam Tumbilotohe, Anda akan dibuat takjub akan gemerlap lentera yang banyak digantung pada kerangka-kerangka kayu yang dibentuk unik menyerupai kubah masjid, kaligrafi, kitab suci Al-Quran, dan tulisan unik lainnya. Bahkan pemerintah setempat juga menjadikan momentum ini sebagai festival untuk menarik wisatawan local dan manca negara.

Kedepannya pemerintah berharap makna dari tradisi adat Tumbilotohe ini tetap menyala di dalam hati masyarakat Gorontalo dan tidak dilupakan. Karena Tradisi Tumbilotohe merupakan tradisi turun-temurun yang wajib dan harus dijaga.

Credit by: Ivana Rahma Chintami
Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Penerima Beasiswa Unggulan Kemendibud 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun