Mohon tunggu...
ivan kamarullahherianto
ivan kamarullahherianto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - seniman lapangan

hai panggil saja Ivan, saya pekerja lapangan berkerja dari satu pulau ke pulau lain memang suka traveling sambil bekerja, suka mendengarkan musik 70'-90' hobby mengambar dan melukis, bekerja dibidang multimedia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

70 Hari Kerinduan: Meniti Jalan di Antara Harapan dan Kenyataan

25 Mei 2024   09:13 Diperbarui: 25 Mei 2024   09:41 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ku yang motret ku yang sedih - ivan k.h)

70 hari. Sebuah periode di mana para pejuang di site dengan penuh semangat menahan rindu, tekanan mental, dan kerinduan kepada orang-orang terkasih yang jauh dari jangkauan kami. Site ini bukan sekadar tempat kerja, tetapi menjadi rumah kedua di mana kami berbagi cerita dengan teman sekamar. Saat kami berangkat bekerja, kami bertemu dengan rekan kerja yang memiliki tujuan yang sama, yaitu menafkahi keluarga masing-masing, dan mungkin, orang-orang terkasih.

Dengan perbedaan waktu 2 jam atau lebih, kami tidak dapat selalu menyamakan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga. Saat kami istirahat, anak-anak kami masih ingin mendengar suara ayah mereka. Terkadang, hati kami berbicara, "Maafkan ayah karena tidak bisa bersama kamu di masa kecilmu," karena pekerjaan dan rezeki sudah diatur oleh Allah untuk bekerja di site.

Rindu bukan hanya sekadar rasa kehilangan, tetapi menjadi peperangan dalam pikiran kami. Selain rindu, kami juga merasakan tekanan mental dan fisik, dan musuh utama kami adalah kejenuhan. Kehidupan sehari-hari kami harus diisi dengan kegiatan yang menjaga keseimbangan pikiran dan tubuh, seperti olahraga, ibadah, atau berkumpul dengan komunitas yang memiliki minat yang sama. Kadang-kadang, kami hanya duduk di atas kasur mendengarkan lagu dan menatap langit-langit kamar, sambil mengingat orang-orang terkasih kami dengan pikiran, "Yuk, semangat, demi orang-orang terkasih kita."

Hari demi hari kami lewati, menghadapi hiruk-pikuk site yang menantang, membuat pikiran dan tubuh kami tercabik-cabik. Namun, semua itu lenyap ketika kami menerima surat yang bertuliskan, "Selamat cuti dan bertemu keluarga." Senang dan sedih bergabung menjadi satu dalam pencapaian ini. Tubuh lelah dan pikiran yang sudah terbayang hangatnya pelukan anak dan istri di rumah harus kami tempuh dengan perjalanan laut dan udara selama 2 hari.

Ketika kami membuka pagar rumah, raut muka kusam dan lesu kami berubah menjadi senyum bahagia. Kami disambut dengan hangat oleh keluarga yang sudah menantikan kehadiran kami. Kadang sempat terpikir oleh kami, para pekerja site, "Sampai berapa tahun lagi kah kami bekerja jauh dari orang terkasih seperti ini?" Tapi pikiran itu selalu dibantah oleh senyum orang-orang yang kita sayang, yang membuat kita menjadi semangat kembali. Tapi ada masanya kita mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan kehidupan di site ini, karena hidup bukan hanya untuk satu tempat, tapi harus di beberapa tempat yang membuat diri kita menjadi bijaksana dan dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun