Suasana pagi (12/8) kemarin, rumah kediaman Andri Tedjadharma, pemegang saham Bank Centris Internasional, sudah  ramai orang. Tampak di halaman dalam depan rumah Andri, di komplek perumahan Intercon, Kebon Jeruk Jakarta Barat, sejumlah jurnalis meriung di kursi dan meja kayu bulat.
Para jurnalis dari beragam media ini, tengah menanti adanya rencana penyitaan rumah milik Justina Elawitachya, istri dari Andri Tedjadharma, oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Suasana pagi semakin ramai, ketika Ketua DPR-RI periode 2009-2014, Marzuki Alie, dan ekonom senior Faisal Basri, datang dalam waktu hampir bersamaan. Mereka ini sahabat Andri Tedjadharma. Dalam dua tahun terakhir, Marzuki Alie dan Faisal Basri, cukup lantang menyuarakan kezaliman yang dilakukan pemerintah terhadap Andri Tedjadharma.
Marzuki Alie menegaskan, Andri Tedjadharma bukan obligor BLBI. Andri dan Bank Centris miliknya tidak pernah menerima dana BLBI. Ini telah terbukti di PN Jakarta Selatan, tahun 2000, berdasarkan bukti-bukti dari BPPN sendiri yang sudah disahkan majelis hakim. "Ini kebenaran. Dan, kebenaran tidak bisa diadili," ujarnya.
Marzuki mencontohkan, sudah jelas dua kali dua adalah empat. Jika itu diadili, maka dua kali dua bisa enam, bisa lima, atau bisa tiga. Tergantung hakim yang memutuskan. "Dan, kita tahu bagaimana permainan hukum di Indonesia. Itu yang saya khawatir," jelas Marzuki Alie.
Oleh karena itu, ia berharap, penyelesaian Bank Centris Internasional dalam pusaran BLBI 1998 dapat diselesaikan dengan dialog. Musyawarah dan mufakat. "Jangan sampai kasus ini dibawa ke lembaga internasional," tuturnya. Ia khawatir, persoalan akan dapat mencoreng Indonesia di mata dunia internasional.
Hal senada dilontarkan Faisal Basri. Faisal  yang mengenakan kemeja biru gelap lengan pendek dan bertopi abu-abu ini, juga mengatakan, pemerintah telah melakukan kezaliman terhadap warganya. "Saya melihat kekuasaan yang main. Hukum ditabrak begitu saja. Tindakan Satgas sembrono. Ini pemerintah sudah zalim. Dan kita tidak bisa membiarkan kezaliman terjadi," tegas Faisal.
Hingga sore hari, rencana adanya penyitaan tidak terjadi. Tidak ada kabar pembatalan rencana. Penulis yang melihat sosok Andri Tedjadharma terduduk di bangku depan meja bulat, tampak letih. Kata-kata yang keluar dari mulutnya menyiratkan emosi yang dalam atas tindakan dan kelakuan pemerintah.
Penulis cuma bisa membatin: kok bisa, pemerintah memperlakukan seorang warganya, sedemikian rupa zalim. Padahal, sosok Andri Tedjadharma yang penulis lihat, amat bijaksana. Ia tidak mencari kesalahan dan menyalahkan siapapun. Dia hanya menyampaikan kebenaran.
Seperti halnya Marzuki Alie dan Faisal Basri, penulis mencoba membantu Andri Tedjadharma untuk menyampaikan kebenaran itu. Seperti tertuang dalam surat terbuka Bank Centris di bawah ini.
*"Surat Terbuka Bank Centris: Kami Bukan Obligor BLBI Karena Tidak Pernah Menerima Dana Rp 1 Pun"*