Stem sel (stem cell) merupakan sel yang aktif membelah dan dapat berkembang menjadi berbagai macam sel maupun jaringan di dalam tubuh. Stem sel memiliki berbagai macam jenis. Para ilmuwan menduga bahwa setiap organ di dalam tubuh kita memiliki stem sel dengan jenis spesifik. Contohnya, darah kita tercipta dari stem sel darah (dikenal juga sebagai stem sel hematopoietik). Namun, stem sel juga terdapat pada tahap terawal dari perkembangan manusia yang disebut “stem sel embrionik”. Saat ini, peneliti sangat tertarik dan sudah dilakukan banyak penelitian mengenai stem sel embrionik, karena tugas alami dari stem sel embrionik adalah untuk membangun setiap organ dan jaringan di tubuh kita selama perkembangan manusia. Stem sel embrionik, tidak seperti stem sel dewasa. Stem sel embrionik dapat berubah menjadi hampir semua ratusan jenis sel manusia lainnya. Sebagai contoh, stem sel darah hanya dapat menciptakan darah, namun stem sel embrionik dapat menciptakan darah, tulang, kulit, otak, dan seterusnya. Stem sel embrionik ini biasanya diambil dari plasenta. Di negara-negara maju, pengobatan dengan plasenta ini telah banyak dilakukan. Namun, terdapat kode etik yang harus diperhatikan, karena pengobatan dengan menggunakan plasenta belum bisa dikatakan “wajar” di negara kita.
Dewasa ini, stem sel dikembangkan sebagai terobosan pengobatan untuk berbagai jenis penyakit berat, terutama yang berkaitan dengan organ tubuh. Batasan kode etik yang telah disebutkan di atas, membuat para ilmuan mencari alternatif stem sel lain yang dapat digunakan, terutama dengan fungsi yang menyerupai stem sel embrionik. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh Avicenna Journal of Medical Biotechnology di University of Tehran, Iran, dengan judul artikel Differentiation of Bovine Spermatogonial Stem Cells Into Osteoblastelah berhasil melakukan penelitian untuk menciptakan osteoblas, yang merupakan cikal bakal dari osteosit (sel penyusun jaringan tulang). Namun, bahan yang dijadikan sumber untuk membentuk osteoblas ini tidaklah biasa, yaitu berasal dari sel spermatogonium sapi. Sel spermatogonium ini merupakan cikal bakal sperma, berada pada tahapan awal proses spermatogenesis. Spermatogonium sapi ini dikumpulkan dari testis sapi usia 3 – 4 bulan dan dikultur pada media khusus, serta diberikan berbagai macam treatment sehingga terbentuklah osteoblas.
Hasil penelitian telah menemukan bahwa sel spermatogonium sapi bisa menjadi stem sel yang sifatnya mirip dengan stem sel embrionik, dimana sel tersebut bisa berdiferensiasi menjadi sel yang berbeda, yaitu osteoblas. Osteoblas yang merupakan cikal bakal penyusun sel tulang ini tentu bisa dijadikan sebagai salah satu regenerative medicine yang bisa diberikan kepada orang-orang yang mengalami penyakit tulang, misalnya osteoporosis. Hal ini sangat penting karena semakin bertambah umur, regenerasi sel tulang pada setiap orang akan semakin berkurang. Namun, penelitian yang telah dilakukan ini baru mencapai tahap pembentukan osteoblas saja, belum sampai pada penerapannya sebagai regenerative medicine. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penerapan stem sel ini untuk mengobati penyakit, mencoba apakah sistem imun tubuh dapat menerima stem sel tersebut, hingga penelitian lebih lanjut apakah stem sel dari sel spermatogonium sapi ini bisa berdiferensiasi menjadi bentuk sel yang lain, seperti halnya stem sel embrionik.
Sumber: Avicenna Journal of Medical Biotechnology
Judul artikel : Differentiation of Bovine Spermatogonial Stem Cells Into Osteoblas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H