Mohon tunggu...
Iva Sabrina
Iva Sabrina Mohon Tunggu... -

Cogito ergo sum (I think, therefore I am) – Descrates, 1637

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keamanan Pengemasan Produk Pangan, Sebuah Isu yang Masih Diabaikan

4 September 2016   01:02 Diperbarui: 4 September 2016   11:58 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kertas bekas yang siap didaur ulang (Sumber: http://maju57mapan58.blogspot.co.id/2011/03/beli-kertas-bekas.html)

Keamanan pangan sudah menjadi isu global. Sejak tahun 2007-an, industri ritel di negara-negara barat telah mengakui sertifikasi keamanan pangan yang diselenggarakan oleh pihak ketiga (bukan pemerintah, Red). Standar ini telah diterapkan secara luas, yaitu dengan dikeluarkannya sertifikasi ISO 22000:2005 food safety standards, dengan logo FSC atau PEFC. 

Di Indonesia sendiri, area ini masih terbilang ‘abu-abu’ mengingat banyaknya bisnis pangan di tingkat UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) yang berdiri tanpa perlu melalui proses birokrasi. Beberapa masalah keamanan pangan yang perlu kita cermati bersama antara lain:

1. Kelayakan bahan baku.

2. Keamanan kemasan untuk produk makanan dan minuman.

3. Sanitasi produk, meliputi penjualnya menggunakan sarung tangan atau sering mencuci tangan, produk terhindar dari carrier seperti lalat, dan cara mengelola limbah hasil produksi supaya tidak mencemari lingkungan sungai atau selokan.

Pada dasarnya pelanggan berhak mendapatkan kualitas terbaik, sesuai dengan harga yang sudah dibayarkan. Namun hal ini sangat relatif, tergantung dari komitmen pengusaha dalam memberikan layanan kepada para pelanggannya.

Penggunaan bahan baku berkualitas, serta keamanan pengemasan makanan menjadi value yang bisa ‘dijual’ sebagai salah satu strategi pemasaran. Publikasi dua aspek ini dapat meningkatkan brand image di masyarakat.

Selama ini kita mengenal beberapa material yang lazim digunakan sebagai kemasan makanan di hampir semua level bisnis pangan, di antaranya yaitu styrofoam, plastik, dan kertas dalam bentuk boks dan lembaran. Kendati keamanannya tidak terjamin, bahan-bahan ini digunakan secara luas karena faktor harga yang murah dan banyak tersedia di pasaran dalam jumlah besar.

Kertas bekas yang siap didaur ulang (Sumber: http://maju57mapan58.blogspot.co.id/2011/03/beli-kertas-bekas.html)
Kertas bekas yang siap didaur ulang (Sumber: http://maju57mapan58.blogspot.co.id/2011/03/beli-kertas-bekas.html)
Produk kemasan makanan dari kertas daur ulang (Foto: istimewa)
Produk kemasan makanan dari kertas daur ulang (Foto: istimewa)
Perlu diketahui bahwa ada beberapa syarat bagi kemasan makanan untuk dapat disebut aman:

Pertama, kemasan tidak mengandung senyawa berbahaya seperti benzene, styrene (bahan baku styrofoam), dan jenis senyawa berbahaya lainnya.

Kedua, bebas dari kandungan bakteri, seperti yang banyak ditemukan di dalam bahan baku kertas daur ulang. Dua jenis kertas daur ulang yang paling sering kita temui sehari-hari yaitu ONP (old newspaper/old news print) atau kertas bekas koran cetak dan fotokopian yang banyak dijadikan sebagai bahan baku kotak kemasan makanan, dan OCC (old corrugated containers) atau kertas bekas karton boks banyak digunakan sebagai kertas pembungkus makanan.

Sebelum diproses di pabrik, ONP dan OCC ditumpuk di area terbuka yang langsung terpapar terik matahari, debu, kotoran, hingga air hujan, dan pembuatannya tidak melewati proses sterilisasi. 

Ketiga, kemasan harus ramah lingkungan, dapat terurai dengan mudah di alam bebas, misalnya seperti dari bahan dasar serat alami (virgin fiber).

Keempat, kemasan makanan harus berlabel food grade, yaitu suatu material yang memenuhi syarat digunakan untuk memproduksi perlengkapan makan. Ciri-cirinya adalah berwarna putih, tidak berbintik, tahan panas dan tidak tembus minyak karena mengandung lapisan yang aman untuk pangan. 

Salah satu brand di Indonesia yang memiliki teknologi seperti ini adalah Foopak

Di Indonesia keamanan food packaging ini belum terstandarisasi oleh negara, bahkan belum pula menjadi tren di masyarakat yang bisa memaksa para pelaku usaha untuk menerapkannya. Mengingat material kemasan yang memiliki empat syarat di atas masih tergolong mahal, opsi ini belum banyak diperhitungkan karena dapat mengerek harga jual produk.

Sumber: http://www.imgrum.net/media/1121027158128289376_1437694952
Sumber: http://www.imgrum.net/media/1121027158128289376_1437694952
Sumber: http://foodservicetoday.co.id/page/content/safety_disposable_food_packaging/Industry-Supplement
Sumber: http://foodservicetoday.co.id/page/content/safety_disposable_food_packaging/Industry-Supplement
Di sisi lain peran pemerintah dalam hal pengawasan keamanan pangan hingga kini dirasa masih kurang berpihak kepada pelanggan. Bisnis pangan secara umum hanya dijadikan sebagai komoditas yang berorientasi pada keuntungan semata, dan justru mengabaikan kepentingan konsumen untuk hidup sehat.

Guna mendorong penggunaan kemasan berlabel food grade lebih luas, dibutuhkan komitmen tinggi dari produsen/pengusaha untuk mengambil opsi tersebut. Saat ini, Foopak yang telah mengantongi sertifikasi Halal dan Food Grade diterapkan oleh puluhan pelaku usaha makanan dan minuman (food and beverage) di Indonesia, meliputi berbagai produk makanan, restoran dan kafe.

Foto: istimewa
Foto: istimewa
Penting bagi kita, para konsumen dan pelanggan untuk memahami brand-brand mana saja yang sudah menggunakan kemasan berlabel Halal dan Food Grade. Apabila kepedulian terhadap kemasan makanan yang aman sudah menjadi isu utama, maka terciptanya permintaan yang tinggi dari masyarakat tinggal menunggu waktu.

Jika hal ini terjadi, pelaku usaha akan berlomba-lomba memberikan kualitas produk dan jasa terbaik untuk ke depannya. Inilah jalan tengah yang harus diperjuangkan oleh para stakeholder industri makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun