Mohon tunggu...
Iva Sabrina
Iva Sabrina Mohon Tunggu... -

Cogito ergo sum (I think, therefore I am) – Descrates, 1637

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kertas Pembungkus Makanan dan Bahaya yang Mengintainya

3 September 2016   00:11 Diperbarui: 4 April 2017   17:50 3000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kertas pembungkus makanan (Foto: istimewa)

Gaya hidup sehat saat ini sudah semakin populer. Untuk menerapkannya, orang tidak hanya rajin berolahraga, tetapi juga dalam urusan pangan lebih memilih makanan sehat, terutama tidak mengandung bahan kimia aditif berbahaya. Namun ketika kita memilih untuk membeli makanan di luar, terkadang faktor keamanan dari pembungkus makanan sering disepelekan.  

Salah satu bahan pembungkus makanan yang paling banyak digunakan secara luas adalah kertas. Kertas merupakan material yang harganya murah dan cenderung lebih ramah lingkungan karena dapat didaur ulang. Jika bahan kertas daur ulang dipakai sebagai pembungkus kado atau hadiah, tentu tidak ada masalah. Lain halnya jika bahan tersebut digunakan sebagai wadah atau bungkus makanan.

Pasalnya, kertas daur ulang berasal dari kertas koran atau boks karton bekas yang mengandung bahan berbahaya seperti timbal dari tinta cetak, bahan perekat, lilin, dan jenis bahan kimia lainnya. Apabila kertas daur ulang dijadikan kemasan pangan primer (kontak langsung dengan makanan), kandungan bahan berbahaya tersebut dapat mencemari makanan yang akan kita makan. Bahkan dampak buruknya bisa terakumulasi dalam tubuh kita.

Ada beberapa jenis kertas yang lazim dipakai sebagai bahan pembungkus makanan. Dua di antaranya  paling sering kita temui sehari-hari yaitu ONP (old newspaper/old news print) dan OCC (old corrugated containers).

ONP atau kertas bekas dari koran cetak dan fotokopian, banyak dijadikan sebagai bahan baku kotak kemasan makanan, ciri-cirinya adalah warna abu-abu dan berbintik-bintik warna hitam di bagian dalam.

Kertas jenis ONP (Foto: www.paperindex.com)
Kertas jenis ONP (Foto: www.paperindex.com)
Foto: istimewa
Foto: istimewa
OCC atau kertas bekas karton boks, ciri-cirinya berwarna coklat dan berbintik-bintik warna hitam, dan banyak digunakan sebagai kertas pembungkus makanan.

Kertas jenis OCC (Foto: www.paperindex.com)
Kertas jenis OCC (Foto: www.paperindex.com)
Foto: idntime.com
Foto: idntime.com
Harganya yang murah menjadikan kertas banyak dimanfaatkan oleh para pedagang makanan sebagai pembungkus, contohnya pedagang gorengan, nasi padang, dan warteg.

Tidak hanya bisnis UMKM saja, banyak pengusaha makanan di level menengah ke atas seperti kafe dan restoran ternama yang masih menggunakan kertas daur ulang untuk packaging produk mereka. Faktor penghematan atau bisa jadi karena ketidaktahuan menjadi alasannya.

Padahal, bahaya yang mengintai di balik pembungkus makanan yang berbahan ONP dan OCC sungguh nyata. Hasil riset LIPI membuktikan bahwa kandungan bakteri dalam kertas nasi yang terbuat dari kertas daur ulang adalah sebanyak 1,5 juta koloni/gram. Sebelum diproses di pabrik, ONP dan OCC ditumpuk di area terbuka yang langsung terpapar terik matahari, debu, kotoran, hingga air hujan.

Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapi isu ini?

Dikutip dari Antaranews, Jumat (6/11/2015), pengamat industri kertas Muhammad Adjidarmo mengimbau agar masyarakat cerdas memilih kemasan makanan yang memiliki label food grade, suatu material yang memenuhi syarat digunakan untuk memproduksi perlengkapan makan. Cara mengetahuinya adalah kemasan makanan itu harus memiliki ciri-ciri putih, tidak berbintik dan tidak tembus minyak. 

Simbol kemasan berlabel food grade (Sumber: dreamstime.com)
Simbol kemasan berlabel food grade (Sumber: dreamstime.com)
Berbeda dengan negara maju, pemerintah kita memang belum tegas dalam menerapkan standar kemasan makanan. Namun tak ada salahnya bagi masyarakat untuk membayar ekstra harga makanan asal mendapat kemasan yang telah berlabel food grade. Ini semata-mata demi menjaga higienitas, karena sesuai pameo lama, kebersihan adalah pangkal dari kesehatan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun