Mohon tunggu...
Iva Sabrina
Iva Sabrina Mohon Tunggu... -

Cogito ergo sum (I think, therefore I am) – Descrates, 1637

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Layakkah Dubes RI untuk Singapura Apresiasi Penanganan Karhutla dari Korporasi?

26 Agustus 2016   23:29 Diperbarui: 29 Agustus 2016   23:45 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu diberitakan tentang Duta Besar RI untuk Singapura, Ngurah Swajaya mengapresiasi langkah preventif yang dilakukan oleh salah satu raksasa produk hasil hutan, yaitu Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Tetapi sebenarnya apa yang telah dilakukan perusahaan dalam menangani bencana tersebut?

Kebakaran hutan adalah petaka bagi semua pihak, masyarakat, pemerintah, dan swasta tak luput dirugikan. Untuk mencegah terulangnya petaka tersebut, sinergi antara pihak masyarakat, pemerintah (daerah dan pusat), serta swasta sangat diperlukan. Pada kejadian karhutla 2015 lalu, bukan hanya Indonesia yang dirugikan, bencana ini juga dialami negara jiran salah satunya adalah Singapura yang terdampak kabut asap. Guna mengakomodir kepentingan kedua negara bertetangga, Duta Besar RI untuk Singapura berupaya menjelaskan duduk persoalan yang terjadi.

Pemerintah sebagaimana yang dituturkan Ngurah, telah menurunkan TNI/Polri, serta pemerintah daerah bekerjasama dengan pemadam kebakaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk antisipasi hotspot yang sewaktu-waktu dapat berubah menjadi fire spot.

Di sisi lain, pihak APP Sinar Mas telah melakukan berbagai upaya, di mana salah satunya menerapkan teknologi dalam mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan, melalui Situation Room Center Sinar Mas Forestry (SMF) yang bertempat di Jakarta Pusat. Teknologi ini diklaim dapat memantau situasi hutan secara real time, sehingga jika terjadi kebakaran dapat dilakukan koordinasi dengan cepat dan tanggap. Tindakan penganganan ini termasuk menurunkan helikopter jenis Super Puma.

Selain menjaga wilayah konsesinya, menurut salah satu petugas di Situation Room Center SMF, tidak tertutup kemungkinan bagi perusahaan untuk turut membantu memadamkan api di luar wilayah konsesi hingga radius 5 kilometer sebagai upaya preventif.

Bagaimanapun juga hutan itu sangat luas, jika dianalogikan anatomi tubuh, terkadang sel-sel normal di tubuh kita sendiri dapat berubah menjadi sel tumor yang sifatnya merugikan sel-sel normal lainnya. Di hutan, terkadang ada masyarakat yang tidak mengerti dan melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.

Contohnya sampah, alih-alih mengubur atau setidaknya memisahkan antara sampah organik dan anorganik terlebih dahulu, orang-orang cenderung menyederhanakan dengan membakarnya sekaligus, baik sampah domestik hingga jenis plastik atau karet yang mana gas buang dan residunya dapat menimbulkan polusi. Membakar biasanya menjadi cara paling murah untuk menyingkirkan berbagai hal yang tidak dibutuhkan.

Salah satu LSM, Yayasan Belantara melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui upaya inisiasi suatu komunitas bernama Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Tujuannya menyemangati masyarakat agar tidak lagi membakar hutan untuk buka lahan, mendidik masyarakat misalnya bercocok tanam, dan kegiatan lainnya yang berguna untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Sekecil apapun, upaya edukasi sejatinya patut kita berikan apresiasi. Bahkan masyarakat di kota besar pun masih banyak yang suka membakar sampah. Setidaknya, musim kemarau tahun 2016 ini, Indonesia lebih diberikan keringanan dengan adanya fenomena La Nina, dalam arti meskipun musim kemarau, curah hujan yang terjadi cukup tinggi. Fenomena alam ini bermanfaat dalam mendinginkan suhu hutan. Mari sama-sama berharap semoga paru-paru dunia terbesar ke-9 di dunia ini tetap terjaga kelestariannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun