Mohon tunggu...
Inosensius Gusti Wicaksono
Inosensius Gusti Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mas-mas biasa yang mulai mencoba untuk menulis, dimulai dari tugas-tugas kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Zygmunt Bauman dan Pemikirannya

18 Oktober 2022   22:17 Diperbarui: 18 Oktober 2022   22:44 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
socialsciencespace.com

Zygmunt Bauman

Zygmunt Bauman merupakan seorang sosiolog yang berasal dari Polandia. Bauman lahir pada 19 November 1925 di Poznan, Polandia.

Bauman pergi dari Polandia dan berlindung di Uni Soviet pada tahun 1939 karena invasi Jerman di Polandia. Setelah selesainya perang dunia ii, Bauman kembali ke Polandia dan memulai pendidikannya di Universitas Warsawa. 

Di sana ia belajar sosiologi sampai pada akhirnya menjabat sebagai professor di universitas tersebut. Bauman kemudian meninggal pada 9 Januari 2017 di Leeds, Inggris.

Pemikiran Bauman

Bauman mengatakan bahwa keteraturan yang dicari oleh modernitas muncul melalui kategorisasi lingkungan yang kemudian diubah menjadi suatu hal yang dapat diprediksi.

Kemudian dari situ muncul istilah modernitas cair yang berasal dari pemikiran mengenai apa yang akan terjadi di masyarakat jika mereka meleleh.

Modernitas cair ini kemudian memunculkan sebuah pengaturan yang baru dan belum pernah terjadi di dalam kegiatan individu sebelumnya. Kegiatan yang belum pernah dilewati oleh individu ini pada akhirnya akan menjadi sebuah tantangan bagi individu tersebut.

Bauman juga memiliki penmikiran mengenai sebuah interaksi sosial online. Menurutnya, mereka merupakan sebuah jebakan. 

Maksudnya, individu mengelilingi dirinya dengan sebuah pikiran bahwa merekalah yang menentukan kehidupannya yang disesuaikan dengan jummlah pengikut atau teman. 

Hal tersebut menyebabkan individu kehilangan kemampuan keterampilan sosial dan menghadapi pendapat orang lain yang berbeda.

Bauman mengatakan bahwa kehidupan manusia memiliki sifat yang ambivalen, yaitu kehidupan tidak memiliki suatu nilai yang pasti. 

Ada sebuah proses pengkategorian secara inklusif maupun eksklusif yang dilakukan oleh manusia, sehingga nantinya tidak ada nilai pasti karena adanya pengkategorian tersebut. 

Manusia merupakan sosok yang bermoral dan harus bermoral, karena manusia merupakan makhluk yang "being for other" bukan "being with other". Manusia saling hidup untuk orang lain. 

Tanpa adanya orang lain, maka manusia tidak akan bisa hidup, itulah makna dari "being for other". Jika manusia adalah makhluk yang "being with other", maka manusia akan hidup berdampingan atau sejajar, sehingga tidak akan terjadi sebuah perkembangan di dalam diri manusia tersebut.

Modernitas dipahami sebagai sebuah tatanan, sedangkan ambivalensi merupakan sebuah buangan dari modernitas. Orang asing merupakan kategori sampah atau buangan dalam modernitas.

Jika terdapat orang asing dalam masyarakat, maka berakhir sudah sebuah normalitas dan stabilitas sebuah masyarakat. 

Orang asing bukan teman dan lawan bagi masyarakat, melainkan terletak di pada zona antara, namun orang asing tetap dianggap sebagai sebuah ancaman bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun