Mohon tunggu...
Inosensius Gusti Wicaksono
Inosensius Gusti Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mas-mas biasa yang mulai mencoba untuk menulis, dimulai dari tugas-tugas kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Talcott Parsons dan Teori Fungsionalisme Struktural

19 September 2022   22:55 Diperbarui: 19 September 2022   22:59 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Talcott_Parsons

Talcott Parsons

Talcott Parsons merupakan tokoh sosiologi yang lahir di Colorado Spring pada tahun 1902. Talcott Parsons lahir di keluarga yang cukup religious dan intelektual. Ayahnya merupakan seorang pendeta sekaligus professor di salah satu perguruan tinggi kecil di Colorado. Ia meraih gelar sarjananya di Universitas Amherst dan menyelesaikan disertasi di London School of Economics.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mengajar di Universitas Heidelberg dan Harvard pada tahun 1927. Parsons kemudian menerbitkan buku pertamanya pada tahun 1937 yang berjudul The Structure of Social Action dan pada tahun 1944, ia menjadi ketua jurusan sosiologi di Universitas Harvard. Parsons kemudian menyusun lagi buku terbarunya dengan judul The Social System pada tahun 1951. Parsons kemudian menjadi tokoh dominan dalam sosiologi di Amerika, namun pada 1960 ia mendapat kecaman dari golongan sayap kiri di sana karena dianggap terlalu konservatif dan teorinya sulit untuk dipahami.

Talcott Parsons meninggal pada tahun 1979, namun pada tahun 1980-an, teori Parsons yang sebelumnya diprotes menjadi dominan digunakan para sosiolog. Hal ini membuktikan bahwa Talcott Parsons merupakan tokoh yang banyak memengaruhi pemikiran-pemikiran sosiologi, khususnya di Amerika Serikat.

Teori Fungsionalisme Struktural

Asumsi Dasar Teori

Parsons menganalogikan masyarakat sebagai sebuah anatomi tubuh manusia. Baginya, masyarakat merupakan kumpulan sistem sosial yang saling ketergantungan dan berhubungan antara satu sama lain. Masyarakat terintegrasi oleh kesepakatan para anggota mengenai nilai-nilai masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat supaya sistem masyarakat dapat berjalan secara fungsional dan seimbang. Jadi menurut Parsons, apabila satu bagian dalam masyarakat mengalami masalah, maka hal ini akan berdampak ke bagian masyarakat yang lainnya.

Aktor dan Sistem Sosial

Menurut Parsons, aktor dalam fungsionalisme struktural merupakan kombinasi pola dari nilai-nilai dan orientasi yang didapatkan dari derajat yang sangat penting dan kemudian menjadi inti dalam fungsi struktur peran serta nilai-nilai sosial yang ada di dalam sebuah sistem sosial. Individu bisa menjadi aktor di dalam masyarakat karena dipengaruhi oleh adanya sosialisasi yang terjadi di dalam kehidupan individu dari anggota masyarakat terdekat, contohnya adalah keluarga. Adanya sosialisasi ini juga menyebabkan individu tersebut memiliki tujuan di dalam masyarakat.

Sistem sosial terbentuk karena adanya sejumlah aktor individual yang berinteraksi di dalam lingkungan tertentu yang memiliki suatu motivasi dan tujuan yang sama dalam mencapai kepuasan tertentu. Sistem sosial merupakan kesepakatan bersama sebuah masyarakat, yang berikutnya diwujudkan melalui simbol bersama (nilai, norma, atau tradisi) dalam masyarakat tersebut. Di dalam sebuah sistem sosial, terdapat komponen-komponen yang membentuknya, yaitu adanya aktor, terjadinya interaksi, adanya lingkungan, optimalisasi kepuasan masyarakat, dan kultur lingkungan masyarakat.

Aktor dalam sistem sosial berperan dalam memelihara integrasi nilai di dalam sistem sosial melalui internalisasi dan sosialisasi. Dalam proses sosialisasi, aktor berperan sebagai penerima pasif. Hal ini disebabkan karena aktor hanya menerima dari aktor lain. Internalisasi dan sosialisasi dapat terlihat berlangsung apabila setiap individu memiliki nilai, norma, dan order yang sama. Kesamaan tersebut menciptakan sebuah istilah yang dinamakan kesadaran kolektif di masyarakat.

Tindakan Sosial Aktor

Dalam sistem sosial, setiap individu memiliki sebuah tindakan, yang mana tindakan tersebut bersifat sukarela. Artinya, individu dengan sadar menerima nilai, norma, aturan, tradisi, dan adat masyarakat setempat tanpa paksaan untuk menjadi bagian yang baru di dalam diri individu. Kemudian tindakan individu juga diatur oleh alat dan tujuan yang dituju oleh individu. Tindakan individu dalam mencapai tujuan juga diatur secara tidak langsung oleh nilai, ide, dan norma yang sudah menjadi bagian di dalam dirinya. Sehingga pada akhirnya, cara yang dipakai dalam mencapai sebuah tujuan tidak merugikan masyarakat lainnya. Individu juga bebas memilih tujuan serta sarana dalam mencapai tujuan yang diinginkannya, namun hal itu juga tidak lepas dari kondisi lingkungan sekitar, serta nilai dan norma yang berlaku di sekitar. Artinya, tindakan individu dipengaruhi oleh karakteristik dan entitas dari masyarakatnya.

Masyarakat Dalam Fungsionalisme Struktural

Fungsionalisme struktural melihat bahwa masyarakat merupakan kumpulan sistem sosial yang saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain. Masyarakat juga merupakan organisme biologis. Selayaknya tubuh kita, jika satu bagian tidak berfungsi dengan baik atau mengalami cedera, maka bagian lain bisa terpengaruh, begitu juga masyarakat. Jika ada satu individu yang bermasalah, maka individu lain akan terkena dampaknya yang kemudian akan berdampak kepada sistem sosial masyarakat itu sendiri. Fungsionalisme struktural juga melihat bahwa setiap individu di dalam masyarakat harus berjalan secara bersamaan dan harmonis. Kebersamaan dan keharmonisan antar anggota masyarakat bisa didapat melalui norma-norma,nilai-nilai,consensus, dan kohesi sosial yang berlaku di masyarakat setempat. Jika kebersamaan dan keharmonisan tercapai, maka keteraturan dan keseimbangan di dalam masyarakat juga tercapai dengan sendirinya.

Cara Mempertahankan Stabilitas Masyarakat

Parsons mengeluarkan istilah AGIL (adaptation, goal attainment, integration, and latency) yang kemudian menghasilkan empat subsistem menurutnya, yaitu subsistem ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

1. Adaptation

Sistem adaptasi ini dijalani oleh masyarakat melalui subsistem ekonomi. Menurut Parsons, sebuah sistem harus siap mengatasi situasi yang darurat dan harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan sera sumber dayanya agar bisa tercipta sebuah sistem.

2. Goal Attainment

Subsistem politik yang menjalani fungsi pencapaian tujuan ini. Menurutnya, sebuah sistem harus mampu mendefiniskan dan mencapai tujuan utamanya.

3. Integration

Fungsi integrasi dilaksanakan melalui subsistem sosial. Menurut Parsons, sistem harus bisa mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponen. Fungsi integrasi juga harus bisa berhubungan dengan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi integrasi muncul dalam bentuk cara mempertahankan konflik yang pada akhirnya, hal ini ditujukan agar solidaritas sosial tidak terputus.

4. Latency

Sistem harus bisa melengkapi, memelihara, dan memperbaiki motivasi individua tau pola-pola kultural yang kemudian mampu menciptakan motivasi bagi individu di dalam sistem sosial. Sistem ini dijalani melalui subsistem budaya. Pemeliharaan nilai dan norma ditujukan agar keharmonisan masyarakat yang terbagi menjadi beberapa institusi dapat terus terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun