Karl Marx
Karl Marx merupakan tokoh yang tidak asing bagi para penikmat sosiologi ataupun pelajar sosiologi. Marx lahir pada 5 Mei 1818 di Trier, Prussia (sekarang Jerman). Marx merupakan salah satu tokoh penting dalam sosiologi, hal ini didasari karena banyaknya pemikiran-pemikiran Marx yang pada akhirnya menjadi dasar untuk pemikiran-pemikiran sosiolog lainnya.
Materialisme Menurut Marx
Pemikiran Marx tentang materialisme didasari oleh pemikiran dari Hegel dan Feuerbach yang kemudian menghasilkan materialisme historis dan materialisme dialektis.
Materialisme historis merupakan interpretasi Marx mengenai masyarakat yang hidup berdasarkan pada landasan materi. Menurut Marx, sejarah seluruh masyarakat saat ini merupakan sejarah perjuangan kelas pada masa lalu.Â
Pemikiran ini didasari pada pandangan Marx terhadap sejarah manusia yang digerakkan oleh kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang secara historis, kebutuhan ini berubah pada dirinya sendiri dengan terus memproduksi kebutuhan. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan manusia menjadi dasar ekonomi sekaligus motivasi untuk manusia.
Barang-barang produksi manusia menjadi suatu hal yang harus ada guna memenuhi kebutuhan manusia. Hal tersebut menyebabkan manusia menjadi ketergantungan dengan barang-barang produksi.Â
Hasil produksi juga berkaitan dengan kekuatan barang-barang produksi dan manusianya. Pada akhirnya kesadaran manusia terbentuk karena ketergantungan tersebut. Masyarakat sadar bahwa bukan mereka yang menentukan keadaan mereka, melainkan keadaan sekitar (sosial) yang menentukan kesadaran mereka.
Sama seperti materialisme historis, materialisme dialektis juga merupakan sebuah interpretasi Marx, namun fokus Marx berbeda. Jika sebelumnya Marx berfokus kepada masyarakat, maka di sini Marx berfokus kepada fenomena alam yang juga terjadi berlandaskan materi. Pemikiran ini didasari oleh empat hal.
Yang pertama adalah gerak, gerak dalam hal ini diartikan sebagai perubahan. Berikutnya adalah relasi, artinya perubahan dan perkembangan yang terjadi merupakan sebuah keterkaitan. Yang ketiga perubahan dari kuantitatif kepada kualitatif dan sebaliknya. Dan yang terakhir kontradiksi, artinya tidak ada perkembangan yang timbul begitu saja, kecuali perkembangan tersebut merupakan pengganti dari bentuk yang sudah ada sebelumnya.
Materialisme meyakini bahwa kenyataan objektif merupakan penentu terakhir sebuah ide. Hal ini disebabkan karena materialisme mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia.
Masyarakat Menurut Marx
Marx membagi masyarakat menjadi sebuah kerangka struktur yang berisi suprastruktur dan infrastruktur. Masyarakat suprastruktur berkaitan dengan hal-hal di luar perekonomian, seperti sosial, politik, budaya, agama, dan pendidikan. Sedangkan masyarakat infrastruktur merupakan masyarakat yang berkaitan dengan perekonomian (hubungan produksi dan alat-alat produksi).
Menurut Marx, masyarakat membuat sejarahnya sendiri, namun mereka tidak menciptakan sejarah itu berdasarkan keinginan mereka. Sejarah terbentuk melalui pengalaman yang langsung dihadapi, ditentukan, dan ditransmisikan dari masa lalu.Â
Manusia juga mudah dibedakan karena manusia memiliki kesadaranya sendiri, agamanya sendiri, dan hal lainnya yang tidak bisa dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Sejarah menentukan siapa dan apa itu manusia, sedangkan manusia yang mempengaruhi, menciptakan, dan mengubah sejarah itu.
Masyarakat merupakan suatu entitas materi dari formasi sosial dalam mode produksi yang khas. Formasi sosial merupakan fenomena di mana dua atau lebih mode produksi muncul secara bersamaan, namun hanya satu mode produksi yang mendominasi.Â
Marx juga membagi masyarakat menjadi dua jenis, yaitu masyarakat borjuis dan proletar. Masyarakat borjuis merupakan kaum pemilik modal yang memperkerjakan masyarakat di bawahnya, sedangkan masyarakat proletar merupakan masyarakat yang kelasnya ada di bawah borjuis dan mereka bekerja kepada masyarakat borjuis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari ketergantungan tersebut, muncul suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat proletar, yaitu alienasi atau keterasingan diri. Alienasi muncul karena masyarakat proletar lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja demi memenuhi kebutuhannya daripada bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Marx, alienasi menyebabkan manusia menjadi asing terhadap dunia dan dirinya sendiri sebagai manusia.
Emile Durkheim
David Emile Durkheim merupakan seorang sosiolog yang lahir pada 15 April 1858 di Prancis dan wafat pada 15 November 1917. Sama seperti Marx, Durkheim merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia sosiologi karena pemikiran-pemikirannya yang terus dikembangkan hingga saat ini.Â
Durkheim memiliki pemikiran yang dituangkan ke empat karya besarnya, The Division of Labour in Society (1893), The Rules of Sociology Method (1895), Suicide (1897), dan The Elementary Forms of Religious Life (1912).
Sosiologi dan Fakta Sosial
Menurut Durkheim, sosiologi dan fakta sosial sangat erat kaitannya. Sosiolog bertugas untuk mencari kaitan antara sosiologi dengan fakta sosial di masyarakat. Fakta sosial merupakan kenyataan yang terjadi di masyarakat yang memiliki ciri khusus, yaitu tata cara bertindak, berpikir, dan merasakan sesuatu yang terjadi di luar individu.
Durkheim membagi fakta sosial menjadi dua, fakta sosial material dan non material. Fakta sosial material adalah fakta sosial yang dapat dilihat dan diteliti, serta merupakan bagian dari dunia yang mengatur individu (masyarakat, negara, gereja, dan perumahan). Sedangkan fakta sosial non material adalah sesuatu yang dianggap nyata yang muncul karena kesadaran manusia itu sendiri (norma, nilai-nilai, kesadaran kolektif, dan representasi kolektif).
Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial merupakan kondisi di mana tiap individu atau kelompok memiliki perasaan moral dan kepercayaan yang sama karena didasari oleh pengalaman emosional bersama. Artinya, nilai-nilai moral dan kepercayaan yang mereka anut melahirkan suatu pengalaman emosional yang mengikat mereka sehingga terbentuk relasi sosial.
Suicide
Durkheim mengatakan bahwa bunuh diri merupakan suatu fakta sosial yang erat kaitannya dengan nilai, norma, aturan, dan agama di dalam masyarakat. Menurutnya, bunuh diri terjadi karena dua hal, yaitu renggangnya solidaritas sosial atau eratnya solidaritas sosial. Renggangnya solidaritas sosial menyebabkan bunuh diri karena masyarakat merasa terasingkan dari dunianya. Sedangkan eratnya solidaritas sosial menyebabkan masyarakat mengikuti salah satu individu tertentu. Apabila satu individu bunuh diri, maka yang lain akan ikut karena solidaritas sosial yang telah terbentuk.
Durkheim membagi bunuh diri menjadi empat jenis, egoistik, anomik, antruistik, dan fatalistik.
Bunuh diri egoistik, terjadi karena rendahnya integrasi sosial oleh individu tersebut. rendahnya solidaritas menyebabkan individu merasa terasingkan sehingga mereka melakukan bunuh diri.Â
Bunuh diri altruistik terjadi karena kuatnya integrasi sosial individu dengan kelompoknya sehingga memunculkan kepercayaan tertentu yang menyebabkan terjadinya bunuh diri.Â
Bunuh diri anomik disebabkan oleh hilangnya harapan individu untuk hidup. Individu kehilangan cita-citanya, tujuannya, nilai, dan norma di dalam hidupnya. Yang terakhir bunuh diri fatalistik merupakan bunuh diri yang terjadi karena individu tidak mampu memenuhi regulasi yang ada di tengah masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H