Surabaya – Tim peneliti dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang telah meluncurkan penelitian penting tentang faktor risiko kematian jemaah haji yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya pada tahun 2023. Penelitian ini diketuai oleh Lucky Radita Alma, S.KM., M.P.H., bersama dr. Hartati Eko Wardani, M.Si., dan Ityan Nuril Sofia Imamah. Tim ini berfokus pada penyebab utama yang meningkatkan risiko kesehatan dan kematian selama pelaksanaan ibadah haji, terutama bagi jemaah berisiko tinggi yang membutuhkan perhatian khusus.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, menyumbang sekitar 10% dari total jemaah haji global. Dengan kuota yang mencapai lebih dari 200 ribu jemaah, terdapat peningkatan signifikan pada jumlah jemaah lansia dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis seperti hipertensi dan diabetes. Peningkatan jumlah jemaah ini, menurut data Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama, sejalan dengan naiknya kasus jemaah yang membutuhkan perawatan medis intensif selama ibadah haji. Pada tahun 2023, Embarkasi Surabaya tercatat sebagai embarkasi dengan jumlah kematian tertinggi, yaitu 171 dari total 816 kematian jemaah haji nasional.
Temuan Penelitian: Risiko Utama Usia dan Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penelitian ini menemukan bahwa kelompok usia lanjut (>60 tahun) adalah yang paling rentan, dengan risiko kesehatan yang semakin tinggi akibat perubahan suhu ekstrem di Arab Saudi. Penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan hipertensi adalah faktor utama yang menyebabkan kematian. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia, suhu panas ekstrem hingga 45°C pada siang hari dan penurunan drastis di malam hari menambah tekanan fisik pada jemaah, terutama mereka yang terbiasa dengan iklim tropis. Risiko dehidrasi dan heat stroke akibat perbedaan suhu ini juga turut berkontribusi pada peningkatan kebutuhan perawatan medis selama ibadah haji.
Dukungan untuk Kebijakan Penyelenggaraan Haji yang Lebih Baik
Hasil penelitian ini memberikan masukan berharga bagi pemerintah dan penyelenggara haji untuk menyusun strategi kesehatan yang lebih efektif dalam mencegah risiko kesehatan jemaah haji. Tim peneliti Universitas Negeri Malang merekomendasikan upaya sinergis antara pemerintah, penyelenggara haji, dan akademisi untuk menciptakan sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Kerjasama inibertujuan untuk memberikan pembinaan yang berkelanjutan dan pelayanan medis yang lebih memadai demi mendukung ibadah haji yang aman dan nyaman bagi seluruh jemaah, khususnya lansia.
Dengan penelitian ini, diharapkan ke depannya dapat tercipta langkah-langkah preventif yang lebih baik dalam mendukung kesehatan jemaah haji, terutama bagi mereka yang tergolong berisiko tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H