Mohon tunggu...
Itta Muyassyaroh
Itta Muyassyaroh Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Guru SD yang belajar di pelosok desa, mulai cinta dengan dunia menulis dan selalu semangat belajar. Mempunyai hobi membaca dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berdiferensiasi dan KSE pada Perkalian Bilangan Mampu Wujudkan Profil Pelajar Pancasila

1 Februari 2024   16:02 Diperbarui: 1 Februari 2024   16:54 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRAK 

Rendahnya pemahaman perkalian bilangan pada pelajaran Matematika dan rendahnya sikap yang belum sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila pada peserta didik kelas III SDN 6 Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara menggerakkan penulis sebagai guru kelas untuk melakukan praktik baik dalam rangka mewujudkan peserta didik sesuai dengan merdeka belajar. Bahwa peserta didik belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Peserta didik juga belajar sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Tanpa dengan adanya paksaan dari pihak manapun. Guru harus menuntun peserta didik dengan ikhlas. Bahwasannya, kurikulum merdeka belajar menjadikan guru untuk berkreasi mengembangkan idenya untuk mempersembahkan pembelajaran terbaik bagi peserta didik agar senang dan antusias dalam belajar. Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam praktik baik ini dengan menggunakan pembelajaran diferensiasi dan KSE. Pembelajaran berdiferensiasi menggunakan 3 strategi pembelajaran, yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Untuk pembelajaran KSE menggunakan 5 kompetensi, yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua dari kompetensi tersebut terpenuhi semua. Dari hasil kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran diferensiasi dan KSE pada perkalian bilangan mampu mewujudkan 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila. Diantaranya beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan berkebinekaan global. Berdasarkan hasil pengamatan setelah kegiatan praktik baik juga menunjukkan peserta didik  masih mengaplikasikan sikapnya sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan, penilaian soal, penilaian produk yang dihasilkan peserta didik, dan mindfulnes dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dan KSE pada perkalian bilangan mampu wujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Kata-kata kunci : Diferensiasi, KSE, Profil Pelajar Pancasila.

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

            Merdeka belajar merupakan kurikulum baru di tahun 2022 yang dicetuskan oleh mas menteri pendidikan kita yaitu Nadiem Anwar Makarim. Dalam kurikum merdeka belajar, guru dituntut untuk mengikuti pendidikan guru penggerak yang bisa diakses pada SIM PKB masing-masing. Tidak semua guru bisa mendaftar pendidikan guru penggerak, karena ada syarat khusus daiantaranya milimal mempunyai masa kerja 5 tahun dan usian belum mendekati masa purna tugas.

            Pendidikan guru penggerak melalui dua seleksi yaitu tahap 1 dan 2. Untuk tahap 1 melalui seleksi CV dan esay. Tahap 2 melalui simulasi mengajar dan wawancara. Setelah dinyatakan lolos tahap 2, maka calon guru penggerak dapat megikuti pendidikan selama 6 bulan. Di tempat penulis yaitu Kabupaten Jepara, baru ada seleksi calon guru penggerak angkatan 5. Itu termasuk pertama kali kabupaten kami. Alhamdulillah penulis tergabung dalam guru penggerak angkatan 5, yang mendapatkan sertifikat pada bulan Januari 2023.

            Pada kesempatan ini BBGP Jawa Tengah mengadakan simposium dalam rangka upgrading kepemimpinan pembelajaran 2023. Dengan ketentuan yang boleh mengirimkan naskah adalah guru penggerak angkatan 5, 6, dan 7. Selain itu, simposium dibagi menjadi enam tema, diantaranya iklim kebinekaan, karakter, kemampuan literasi, kemampuan numerasi, iklim keamanan sekolah, dan kualitas pembelajaran. Dari 1.547 pendaftar simposium, nantinya akan diambil 100 peserta pertema. Jadi memang persaingan sangat ketat dalam seleksi naskah simposium ini. Rencananya simposium akan diadakan tanggal 20-21 Oktober di Lor In Solo Hotel, yang kan dilanjutkan tanggal 22 Oktober untuk kegiatan seminar berlaku semua guru penggerak angkatan 5, 6, dan 7 yang sudah mendaftar.

            Penulis di sini mempunyai tekat kuat untuk menulis berbagi praktik baik dengan latar belakang adanya peningkatan kompetensi kepemimpinan pembelajaran yang telah dilakukan guru penggerak. Yang pastinya naskah ini merupakan implementasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang telah dilakuakn menuju tercapainya Profil Pelajar Pancasila. Melalui penulisan naskah ini Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) ingin mengetahui peningkatan kompetensi guru penggerak angkatan 5, 6, dan 7. Pun, naskah ini diharapkan sebagai artefak tertulis yang dikembangkan oleh guru penggerak.

Tujuan

Tujuan dari judul di atas yaitu mampu mewujudkan peserta didik yang mempunyai profil pelajar pancasila melalui penerapan pembelajaran diferensiasi pada materi perkalian bilangan. Dimana penekanannya pada tiga strategi diferensiasi konten, proses, dan produk.

Untuk tujuan berikutnya, peserta didik mempunyai profil pelajar pancasila melalui penerapan KSE pada materi perkalian bilangan. KSE ditekankan pada lima kompetensi, diantaranya kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Hasil yang Diharapkan

Bagi Penulis

Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.

Meningkatkan ketrampilan guru dalam berbagi praktik baik.

Bagi Peserta Didik

Mewujudkan peserta didik sesuai dengan profil pelajar pancasila pada perkalian bilangan dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi.

Mewujudkan peserta didik sesuai dengan profil pelajar pancasila pada perkalian bilangan dengan menerapkan KSE.

Bagi Sekolah

Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai berbagi praktik baik kegiatan pembelajaran dengan diferensiasi dan KSE kepada teman sejawat dan masyarakat.

Memberikan kontribusi karya bagi sekolah dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan karya berbagi praktik baik pada tahap selanjutnya.

BAB II

ISI

Situasi

Pendidikan adalah proses dimana peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta ketrampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat berlandaskan Undang-Undang. Dalam pendidikan hakikatnya mengikuti perkembangan zaman. Maka dari itu pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan kurikulum. Dari kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999, kurikulum berbasis kompetensi 2004, kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006, kurikulum 2013, dan yang sekarang ini kurikulum merdeka belajar.

Dalam kurikulum merdeka guru harus melihat bakat dan minat peserta didik, belajar tanpa paksaan. Bahwasannya peserta didik diibaratkan sebagai benih yang akan ditaman oleh petani, tinggal bagaimana seorang petani memperlakukannya. Selain itu belajar harus sesuai dengn kodrat alam dan kodrat zaman.

Pembelajaran yang sesuia dengan kurikulum merdeka ini, sesuai juga bakat dan minat anak yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Dimana pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Guru harus bisa memetakan kebutuhan belajar murid melalui kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran diferensiasi fokus pada tiga strategi yang dianataranya diferensiasi konten, proses, dan produk.

Selain itu, merdeka belajar dibuktikan dengan pembelajaran KSE. Ada 5 kompetensi sosial dan emosional, yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dimana kelima kompetensi sosial ini telah ditemukan dalam program pengembangan anak dan remaja yang terbukti untuk menumbuhkan kecerdasan emosional. Setelah berkolaborasi dengan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE, kemudian diakhiri dengan musik mindfulness dengan tujuan menenangkan diri atau kesadaran penuh.

Masalah yang sangat mendasar dihadapi peserta didik kelas III SDN 6 Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara antara lain adanya peserta didik yang kurang paham tentang materi perkalian bilangan. Hal ini terlihat saat kegiatan pembelajaran peserta didik banyak yang salah dalam mengerjakan, kurang percaya diri dalam menyampaiakan ide ketika tugas kelompok, dan kurang berani berelasi dengan teman yang lain. Selain itu peserta didik juga belum menampakkan profil pelajar pancasila secara utuh.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan diskusi secara mendalam dengan teman sejawat di SDN 6 Tubanan, sampai didapatkan kesimpulan perlu melakukan pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Setelah berdiskusi penulis berkeinginan untuk melakukan praktik baik dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE. Pembelajaran diferensiasi ini menggunakan tiga strategi dan KSE lima kompetensi. Dengan pembelajaran diferensiasi dan KSE diharapkan dapat membantu mewujudkan profil pelajar pancasil pada materi perkalian bilangan mata pelajaran Matematika.

Dengan memperhatika uraian diatas, untuk mengetahui seberapa besar kegiatan pembelajaran berdiferesiasi dan KSE ini berhasil, maka perlu diadakan praktik baik dengan judul : "Pembelajaran Berdiferensiasi dan KSE pada Perkalian Bilangan Mampu Wujudkan Profil Pelajar Pancasila"

Tantangan

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE pada perkalian bilangan mampu wujudkan Profil Pelajar Pancasila di kelas III SDN 6 Tubanan mempunyai tantangan tersendiri. Walaupun sebuah tantangan, namun bagi penulis ini merupakan hal yang harus diseleseiakn agar praktik baik berjalan dengan lancar dan tujuan yang diinginkan tercapai.

Tantangan yang pertama, pembelajaran berdiferensiasi merupakan hal baru bagi guru yang belum pernah belajar di pendidikan guru penggerak. Seakan pembelajaran berdiferensiasi diartikan sebagai hal perlakukan yang berbeda untuk setiap murid. Dari hal tersebut maka penulis menggunakan media belajar yang berbeda dan peserta didik memilih sesuia dengan keinginannya. Kelas ramai itu biasa, yang penting bukan ramai berbicara tentang hal di luar kegiatan belajar. Peserta didik di sini ramai dalam memilih media belajar yang ingin digunakan saat menghitung perkalian bilangan. Saat menghitung pun, peserta didik ramai. Maklum karena peserta didik kelas III masih sedikit susah diatur, manja, dan keingintahuannya sangat tinggi.

Tantangan berikutnya tentang KSE, dalam kegiatan pembelajaran ini harus memuat 5 hal yang sudah dijelaskan di atas. Selain itu setelah KSE akan diadakan mindfulnes atau kesadaran penuh. Karena belum terbiasa, peserta didik masih tertawa dan kurang konsentrasi saat mendengarkan alunan musik dan kata-kata dari guru. Hal ini merupakan tantangan yang harus diubah sebagai hal baik dalam mewujudkan keperhasilan kegiatan belajar.

Strategi yang diterapkan menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE. Untuk pembelajaran berdiferensiasi fokus pada strategi diferensiasi konten, proses, dan produk. Kemudian KSE menggunakan lima kompetensi yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.  

Praktik baik ini, pemberdayaan sumber daya manusia pastinya dari peserta didik dan teman sejawat ketika ada permasalahan atau tantangan yang tidak mudah untuk menyelesaikannya. Dan tak lupa dari kepala sekolah, karena semua kegiatan yang ada di sekolah pastinya atas seizin dari atasan.

Aksi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktik baik berjudul Pembelajaran Berdiferensiasi dan KSE pada Perkalian Bilangan Mampu Wujudkan Profil Pelajar Pancasila yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE. Pembelajaran berdiferensiasi di sini menggunakan tiga strategi. Pertama strategi diferensiasi konten. Guru menggunakan beberapa media belajar yang berbeda, diantaranya ada sedotan warna, batu kerikil warna, stik es krim, dan kulit kerang warna. Nah, di sini peserta didik berhak memilih sedia media belajar mana yang ingin digunakan untuk menghitung perkalian bilangan.

Pembelajara diferensiasi untuk strategi kedua fokus pada proses. Dimana proses ini menggunakan pengelompkan yang fleksibel berdasarkan kesiapan, kemampuan, dan minat belajarnya. Peserta didik dikelompokkan menjadi empat, untuk kelompok pertama berdasarkan minat belajar yang sama, kelompok dua berdasarkan kemampuan, kelompok tiga dan empat berdasarkan kesiapan belajarnya.

Untuk strategi yang terakhir diferensiasi produk. Dalam kegiatan pembelajaran ini menghasilkan produk konsep perkalian dari penjumlahan yang berulang. Di mana media yang digunakan dari biji jagung yang ditempel pada tugas yang sudah disediakan guru.

Setelah penulis membahas tentang strategi pembelajaran berdiferensiasi. Selanjutkan tentang langkah-langkah dalam KSE. Untuk yang pertama peserta didik mempunyai kesadaran diri. Peserta didik mampu memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran ini, mampu memahami perasaannya sendiri untuk belajar dan berkolaborasi dengan temannya.. 

            KSE yang kedua tentang manajemen diri, di mana peserta didik mampu mengelola emosi, pikiran, dan perilaku secara efektif dalam berbagi situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Dalamp pembelajaran ini peserta didik mengelola emosinya untuk memilih media belajar mana yang diinginkan.

            Yang ketiga tentang kesadaran sosial, peserta didik mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan teman yang dari latar belakang dan budaya berbeda. Dalam pembelajaran ini peserta didik berempati ketika ada peserta didik lain yang tidak membawa alat tulis pensil, mereka meminjami. Walaupun mereka dari latar belakang ekonomi yang berbeda.

            Berikutnya yang keempat tentang keterampilan berelasi, peserta didik mampu membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif. Dalam pembelajaran ini, peserta didik berkolaborasi dengan temannya dalam satu kelompok dan teteap bersikap suportif. Ketika ada peserta didik yang kehabisan biji jagung, yang lainnya memberi dengan ikhlas.

            Pembelajaran diferensiasi dan KSE pada perkalian bilangan mampu wujudkan Profil Pelajar Pancasila dengan pengamatan dan bukti yang terlihat. Bahwasannya Profil Pelajar Pancasila memuat 6 dimensi (beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan berkebinekaan global).

            Dalam kegiatan pembelajaran diferensiasi dan KSE mewujudkan Profil Pelajar Pancasil. Dimensi beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dimana peserta didik menggunakan batu kerikil dari alam sebagai perwujudan rasa syukur atas ciptaan Tuhan. Dimensi mandiri, diaplikasikan pada peserta didik mengerjakan tugasnya secara mandiri tanpa memint bantuan pada temannya. Dimensi gotong royong, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik berkolaborasi dalam mengerjakan produknya. Sehingga gotong royong antar peserta didik dalam kelompok terjalin dengan baik.

            Untuk dimensi yang keempat kreatif, setiap peserta didik sangat kreatif dalam menghitung perkalian bilangan dengan menggunakan media yang telah dipilih. Contohnya ada yang berhitung dengan dikelompokkan menjadi beberapa baru dihitung, dan ada yang langsung dihitung. Peserta didik menggunakan cara mana yang menurutnya mudah. Dimensi bernalar kritis juga sudah terlihat pada peserta didik saat berhitung menggunakan media belajar yang dipilihnya untuk menjawab tugas dari guru. Yang terakhir dimensi berkebinekaan global telah diaplikasikan pada peserta didik yang tetap selalu menghargai satu sama lain dan tetap rukun walaupun berbeda.

Refleksi

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE pada perkalian bilangan di kelas III SDN 6 Tubanan mempunyai hasil yang jelas dan mampu mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Di mana peserta didik telah mengaplikasikan saat pembelajaran berlangsung. Terbukti 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila masuk dalam kegiatan pembelajaran secara diferensiasi dan KSE.

Dampak dari praktik baik yang dilakukan ini peserta didik merasa senang karena menggunakan media belajar sesuai dengan keinginannya sendiri. Selain itu peserta didik juga paham tentang konsep perkalian bilangan menggunkan media pilihannya dan peserta didik paham pentingnya pembelajaran sosial emosional. Bahkan saat musik mindfulnes berakhir dan peserta didik membuka mata dengan perlahan, ada celotoh seperti ini "Lagi bu, lagi,,, sangat seru Bu." Dan pastinya ini membuat penulis tertantang untuk melakukan praktik baik yang lebih dari ini.

Dalam praktik baik pasti ada faktor keberhasilan dan ketidak berhasilan. Nah, faktor keberhasilan yang saya rasakan peserta didik sangat senang dan antusias saat pembelajaran diferensiasi dan KSE. Terbukti saat menggunakan media belajar dan kolaborasi dalam menyelesaikan produknya, peserta didik berhasil semua. Di mana di dalamnya mampu mewujudkian Profil Pelajar Pancasila.

Untuk faktor tidak berhasilan sangat minim sekali, dan bahkan tidak ada. Awalnya saat pembelajaran ada dua anak yang sedikit malas, karena tahu ada media pembelajaran yang berbeda akhirnya mereka antusias dengan kesibukannya sendiri untuk menyelesaikan soal dan produknya.

Makna dari proses praktik baik ini sangat banyak. Sebagai guru harus bisa mencari dan berinovasi membuat media belajar yang menarik agar peserta didik senang dan antusias dalam pembelajaran. Kemudian, guru harus mampu menuntun peserta didik dengan baik tidak hanya dalam akademik, namun dalam karakternya secara individu maupun sosial. Yang terakhir, guru harus mampu membuat anak yang awalnya malas menjadi semangat karena melihat power gurunya dalam mengubah peserta didik sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Praktik baik ini merupakan pembelajaran berdiferensiasi dan KSE pada perkalian bilangan di kelas III SDN 6 Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara. Berdasarkan situasi, tantangan, aksi, dan refleksi di atas, diperoleh simpulan sebagai berikut:

Pembelajaran berdiferensiasi pada perkalian bilangan mampu wujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Pembelajaran KSE pada perkalian bilangan mampu wujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Rekomendasi berupa saran dan pembenahan pada praktik baik yang telah penulis lakukan yaitu:

Saran sangat penulis butuhkan dalam peningkatan praktik baik ini agar mendekati sempurna.

Praktik baik ini dapat digunakan untuk guru lain atau teman sejawat di sekolahnya masing-masing.

Tindak lanjut yang harus dilakukan penulis dalam berbagi praktik baik ini yaitu:

Dengan mendesiminasikan melalui kegiatan di nkomunitas praktisi baik secara online maupun luring.

Dengan menggunakan media sosial baik Youtube, Facebook, Instagram, dan TikTok agar guru bisa melihat dan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi).

Referensi

Viya Nuruli Rifanti. (2021). Analisis Pemahamn Konsep Operasi Hitung Perkalianpada Siswa Kelas III SD IT Samawa Cendekia. Mataram: Renjana Pendidikan Dasar.

Fikriyatul Hasanah. (2013). Referensi Bahan Ajar Kurikulum 2013. Surakarta: Tim Penulis Surya Badra.

Agus Lina Silvia. (2023). Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Matematika Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Menggunakan LKPD Berbantuan Media Kantong Perkalian Matematika. Indonesia: Jurnal Riset Pedagogik.

Dian Aprilia Kusumasari. (2021). Analisis Kesulitan Belajar Perkalian Pada Siswa Sekolah Dasar. Semarang: Jurnal Gentaa Pebndidikan Dasar.

Putri Juliana Indah. (2020). Analisis Kesulitan Belajar Operasi Hitung Perkalian dan pembagian pada Masa Pandemi (covid-19) di Sekolah Dasar. Semarang: Jurnal Gentala Pendidikan Dasar.

Mahfudz MS. (2023). Pembelajaran Diferensiasi dan Penerapannya. Surabaya: Jurnal Riset Ilmiah.

Syamsul Hadi. (2021). Pembelajaran Sosial Emosional sebagai Dasar Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jakarta: Putekkom Kemdikbud.

Sofie Putri Ardillani. (2022). Analisis Perkembangan Sosial-Emosional Siswa SD Kelas Bawah selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Surakarta: jurnal Riset Pedagogik.

Rusnaini. (2021). Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa. Surakarta: Jurnal Ketahanan Nasional.

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/13/10180071/sejarah-pergantian-kurikulum-di-indonesia?page=all#page2 . Diakses tanggal 28 September 2023 pukul 12.04 WIB.

https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/merdeka-belajar/ . Diakses tanggal 28 September 2023 pukul 11.48 WIB.

 

Lampiran

 

313a4edd-9657-4490-8dfd-698fee60073b-65bb5ab012d50f58ae3d02b2.jpg
313a4edd-9657-4490-8dfd-698fee60073b-65bb5ab012d50f58ae3d02b2.jpg

2a52ef73-8fc4-4213-9688-f07ab380f9aa-65bb5ae9c57afb54ae14eea4.jpg
2a52ef73-8fc4-4213-9688-f07ab380f9aa-65bb5ae9c57afb54ae14eea4.jpg

83d79dc9-3309-45cb-9e0e-ab0f3bee1001-65bb5b2a12d50f610e60e952.jpg
83d79dc9-3309-45cb-9e0e-ab0f3bee1001-65bb5b2a12d50f610e60e952.jpg

99dd9638-e6db-4010-a224-5b8c5873f524-65bb5b61de948f7093173412.jpg
99dd9638-e6db-4010-a224-5b8c5873f524-65bb5b61de948f7093173412.jpg

96ddae0e-58de-4f97-8417-c068e0bbc364-65bb5bab12d50f66fd741a02.jpg
96ddae0e-58de-4f97-8417-c068e0bbc364-65bb5bab12d50f66fd741a02.jpg

7819c271-4e6a-473f-8386-4ba6234f54f8-65bb5ced12d50f78652ac132.jpg
7819c271-4e6a-473f-8386-4ba6234f54f8-65bb5ced12d50f78652ac132.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun