Mohon tunggu...
Yen
Yen Mohon Tunggu... -

Hanyalah seseorang yang suka menulis isi hati nya, jikalau tangan dan otaknya berkolaborasi secara maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapapun, Plis Tuntut Semua Orang Indonesia!

12 Februari 2016   17:41 Diperbarui: 12 Februari 2016   18:10 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya harap anda mau membaca tulisan ini, saya usahakan untuk tidak menjadi terlalu panjang, dan tidak mempergunakan kosakata yang susah dan rumit.

Terketuk hati saya saat membaca postingan seorang teman yang memberitahukan bahwa ibu Rosida telah meninggal. Saya membaca berita tentang ibu Rosida dari awal di sebuah aplikasi koran online, dan dalam hati berharap beritanya akan menjadi viral, seperti kebanyakan berita-berita di Indonesia belakangan, yang me-miral-kan dirinya lewat sosial media.

Ternyata benar, berita itu menjadi viral, (walaupun kalah viral dengan berita pembunuhan beracun) ibu Rosida sempat merasakan bantuan banyak orang dan dirawat di RS sakit khusus kanker. Tetapi Tuhan sepertinya lebih menyayangi ibu Rosida, Tuhan tidak ingin menyaksikan bu Rosida merasakan penderitaan lebih berat lagi, 'Bu, kowe nang kene karo Aku wae yo..', mungkin begitu kata Tuhan sambil tersenyum manis pada bu Rosida.
• tidak ada kamera zoom-in atau zoom-out pada adegan ini
• tidak ada sisipan lagu pada skenario ini
• tetapi mungkin saja ada, jika seorang pemilik uang di dunia perfilman Indonesia mau mengangkat kisah nyata ini

Begitulah, sudah seperti itu saja, dan sepertinya akan berakhir di sana. Dan saya yakin, sangat yakin, di kemudian hari kita akan menemukan berita sejenis, mungkin dengan penyakit yang berbeda, dengan sedikit plot yang berbeda, tapi dengan kenyataan yang memilukan seperti ini.

Di mana Pemerintah ?
Di mana DPR ato lembaga apalah dari pemerintah Indonesia lainnya yang seharusnya memperhatikan masalah seperti ini ?
Di mana bapak-bapak atau ibu-ibu rajin beribadah, yang suka pamer ibadahnya ?
Di mana pemuda-pemudi (anak-anak gaol) yang rajin nongkrong di kafe atau berbagi foto di aplikasi online ?
Di mana anak-anak kecil yang sedari balita sudah terbiasa memainkan gadget ?
Di mana hati orang Indonesia ???

Inikah Indonesia dan semua penduduknya yang pernah (atau masih mungkin) dijuluki mahluk teramah di dunia ??!
Yang membiarkan seseorang sakit, menderita dan busuk bagian badannya selama beberapa waktu di gerobak ?!?

Inikah Indonesia ??!

Karena jika inilah Indonesia, saya malu !
Karena jika inilah Indonesia, saya sedih !
Karena jika inilah Indonesia, saya marah !

Saya harap Tuhan, atau siapapun menuntut semua orang Indonesia, termasuk saya !

Saya harap seorang pengacara yang ingin mencari sensasi bisa mempergunakan acuan dari isi pasal 33 UUD 1945, kemakmuran masyarakat sebagai landasan untuk mencuri perhatian masyarakat dan Pemerintah terkait soal ini.

Syukur jika mampu terealisasi sebuah Badan Koordinasi Gawat Nasional, seperti BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tetapi lebih menyasar untuk masyarakat perorangan, atau apalah itu, kalian pasti lebih mengetahuinya dibanding saya yang dangkal ini pemikirannya.

Syukur jika pak Jokowi memerintahkan staf Kementerian Kesehatannya turun semua ke lapangan, bekerjasama dengan semua pengurus RT/RW/Kelurahan/Kecamatan dan mendata semua orang sakit di Indonesia.

Syukur jika masih ada yang terketuk dan mau banyak berbagi kepada sesamanya setelah membaca berita ini, dan semoga uang mereka tidak diselewengkan oleh lembaganya tersebut.

Indonesia sudah hancur.
Indonesia sudah menjadi terlalu hancur.
Dan sampai kapan kita masih tetap ingin berdiam seperti ini ?
Sampai ajal mencabut kita dan seraya tersenyum manis yang susah tuk dimengerti, Tuhan bertanya, hai, kamu lahir di Indonesia ?

• maaf kalo jadi sedikit panjang
• tapi sesuai janji satunya, tidak ada kosakata yang rumit, :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun