Oleh: Siti Maftukha, Sekar Ajeng Prabandani, dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
To gain insight into oneself and the world, to gain focused attention or an altered state of consciousness, it is important to engage in deep and extensive contemplation or reflection
(Untuk mendapatkan wawasan tentang diri sendiri dan dunia, untuk mendapatkan perhatian terfokus atau keadaan kesadaran yang berubah, penting untuk terlibat dalam perenungan atau refleksi yang mendalam dan meluas)
-American Psychological Association
Masa pandemi Covid-19
Sejak bulan Februari 2020, Indonesia digegerkan dengan adanya virus yang bernama Covid-19. Penyebaran Covid-19 telah terjadi secara merata di seluruh Indonesia. Setiap hari korban berjatuhan dan kasusnya semakin naik. Indonesia termasuk Negara yang cukup lambat dalam pencegahan penyebaran Covid-19 sejak bulan Januari 2020. Pada periode awal, pemerintah cenderung menyepelekan dampak yang ditimbulkan dari virus Covid-19 bagi masyarakat Indonesia. Dengan lambatnya penanganan serta sikap yang cenderung apatis dan abai menyebabkan penyebaran virus Covid-19 semakin cepat. Pandemi Covid-19 yang terjadi belakang ini memunculkan banyak sekali respons ditengah-tengah masyarakat. Tanpa kita sadari, respons tersebut memunculkan perilaku negatif maupun positif. Masyarakat mempertaruhkan hidup dan melakukan berbagai cara untuk tetap bisa bertahan. Menurut Kementerian Kesehatan, tercatat kasus positif virus Covid-19 hingga 03 Oktober 2020 bertambah 4.007 kasus. Sehingga, akumulasi menjadi sebanyak 299.506 orang.
Pandemi Covid-19 telah menghantam di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Baik itu ekonomi, politik, pendidikan bahkan sosial dan budaya. Masyarakat banyak yang mendapatkan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) serta dirumahkan yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran di negara Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan bahwa ada sekitar 85% pekerja yang dirumahkan dikarenakan kantor atau perusahaan mereka tidak dapat beroperasi yang disebabkan karena penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh pemerintah setempat. Kebanyakan pekerja yang terdampak virus Covid-19 bekerja di bidang usaha mikro kecil dan menengah, manufaktur, pariwisata serta transportasi. Semua sekolah dituntut untuk melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) terlepas dari latar belakang masing-masing muridnya bahkan membuat beberapa guru mendatangi rumah ke rumah untuk bisa memberikan materi ke murid-muridnya karena ketidakmampuan murid tersebut untuk menyesuaikan diri pada sistem ini. Menyedihkan bukan?
Krisis spiritual di tengah-tengah pandemi Covid-19
Tidak dipungkiri bahwa masa pandemi Covid-19 sangat berakibat bukan hanya pada materil, tetapi juga berakibat pada kondisi psikis atau kejiwaan masyarakat. Krisis adalah suatu keadaan dimana seorang individu merasa tidak stabil dan kacau setelah terjadi peristiwa yang tidak diharapkan. Sedangkan, spiritual adalah hal-hal yang berhubungan dengan kondisi psikis atau rohani dari seseorang. Pada masa pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang mengalami peningkatan spiritual dan tidak sedikit pula yang mengalami krisis spiritual. Krisis spiritual merupakan akibat dari kepanikan dan ketakutan yang mereka hadapi setiap harinya karena pandemi Covid-19. Berita kematian ada dimana-mana bahkan kasus penularan Covid-19 semakin meluas. Selain itu, berita dari banyaknya usaha yang gulung tikar juga menambah kepanikan di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang kehilangan arah, merasa kosong, gelisah, dan tidak tenang. Pandemi Covid-19 yang tidak selesai membuat stress masyarakat. Krisis spiritual semakin meningkat dan jika dibiarkan begitu saja, maka akan semakin parah serta dapat mengganggu stabilitas kehidupan manusia.
Meditasi di tengah-tengah krisis spiritualitas
Psikoterapi transpersonal ialah pembauran dari spiritualitas dan psikologi. Pendekatan transpersonal memiliki asumsi dasar yaitu manusia, makhluk  yang sangat kompleks, dan memiliki banyak gangguan yang diderita. Dengan perkembangan ilmu yang sangat beraneka ragam, tidak mungkin bila manusia menggunakan satu rencana saja. Dilihat dari konteks spiritual dan transformasi, pendekatan transpersonal memiliki perbedaan dengan pendekatan konvensional yang menggunakan praktik spiritual, contohnya adalah meditasi.
Sasaran dari Terapi Transpersonal ini, yakni menautkan kembali (re-connect) individu, conscious ego dengan subconscious yang ada di dalam diri individu tersebut diintegrasikan dengan tujuan untuk menghidupkan, menyembuhkan diri (self-healing) dengan meningkatkan kemampuan pada individu. Dengan terapi transpersonal diharapkan dapat memperoleh bentuk hasil di antara lain:
- Perlunya pemahaman, yaitu peran dalam perwujudan pengalaman pribadi seperti ide, kepercayaan, dan ekspektasi. Melatih individu untuk memahami bentuk energi  psikis karena sangat berlaku di setiap pengalaman, seperti perasaan,  pikiran, dan emosi.
- Sadar, kemudian menjelajahi kepercayaan, ekspektasi, dan ide yang dimiliki. Kekuatan dari pikiran conscious dipahami dan diapresiasi. Hal ini sangat esensial. Seseorang perlu sadar bahwa dirinya mempunyai kendali penuh pada pikiran sadarnya.
- Terdapat kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan, maka perlu dikategorikan dan berdamai.
- Memohon bantuan serta arahan dari hati nurani. Hati Nurani dan ego pada seseorang harus seimbang. Hati nurani tidak dapat diberi masukan pada ego jika tidak seimbang.
Dalam menurunkan tingkat stress dengan meditasi, selama melaksanakan proses terapi dapat merasakan kenyamanan serta ketenangan, walau pada awalnya mengalami kesulitan dalam konsentrasi, namun akhirnya dapat dilakukan dengan baik. Individu akan merasa keadaan yang lebih baik, baik secara kesehatan fisik mereka maupun dari sisi psikis setelah terapi diselesaikan. Contohnya, seperti dapat berpikir lebih tenang dan fokus, jika dilihat dari segi psikis. Serta dengan menerapkan mindfulness untuk mengurangi resiko terburuk akibat kehilangan. Mindfulness merupakan suatu kondisi ketika individu memberikan secara penuh atensinya dengan kondisi mereka saat ini atau dengan kata lain, individu tersebut memfokuskan diri pada keadaan disekitar mereka, dan merasakan emosinya. Bentuk paling dasar dari mindfulness adalah meditasi. Seorang individu dapat memiliki kualitas hidup mereka menjadi lebih produktif, bahagia, serta memuaskan dapat diperoleh dari meditasi mindfulness. Salah satunya adalah dengan kenali diri sendiri dan mengerti akan kondisinya saat ini. Memiliki sifat tawakal juga tidak kalah penting selain mindfulness, serta memasrahkan segala urusan dan keperluan, keinginan hanya kepada Tuhan Yang Esa. Selain itu, tetap memaksimalkan usaha untuk menjalankan kehidupan setelah kehilangan dan jangan terlalu larut dalam kesedihan yang mendalam.
Referensi:
Pauline, P. P., & Vigor, W. H. (2015), Terapi Transpersonal. Buletin Psikologi, 23(2), 92 - 102.Â
Putu, I. B. (2019), Meditation for a Better Life as a Potential Wellness Tourism in Bali. Jurnal Lingkungan & Pembangunan, 3(2), 71 - 83.
Riyanty, I. N., & Nurendra, A. M. (2021). Mindfulness dan tawakal untuk mengurangi depresi akibat pemutusan hubungan kerja pada karyawan di era pandemi Covid-19. Cognicia, 9(1), 40 - 44.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H