Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kekayaan budaya yang perlu dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya. Namun, dalam era globalisasi dan modernisasi yang semakin berkembang, literasi budaya menjadi semakin penting untuk mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan budaya Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang kurang memahami dan menghargai budaya sendiri, bahkan ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang kuno dan tidak relevan.
Generasi Z atau yang dikenal sebagai digital native merupakan generasi yang lahir pada tahun 1995 hingga 2010. Artinya kini generasi Z berada dalam rentang usia 13 hingga 28 tahun. Pendapat lain mengemukaan bahwa generasi Z berada pada kategori usia remaja di umur 12 sampai dengan 20 tahun (Pratiwi, dkk., dalam Sari, I. P. dkk., 2020). Mereka tumbuh dan berkembang di era digital yang penuh dengan teknologi dan informasi. Namun, di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat, generasi Z seringkali kehilangan koneksi dengan budaya dan sejarah yang ada di sekitarnya. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh generasi Z adalah kurangnya pemahaman dan apresiasi terhadap budaya lokal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya kesadaran dan minat mereka terhadap budaya dan sejarah, pengaruh budaya asing yang semakin masif, dan kurangnya pendidikan budaya di sekolah.
Oleh karena itu, literasi budaya menjadi sangat penting bagi generasi Z untuk memahami dan mengapresiasi kekayaan budaya lokal. Literasi budaya sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari identitas bangsa (Muniroh, S. M. dkk., 2020). Dengan literasi budaya, generasi Z dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman mereka tentang budaya lokal, serta memperkuat identitas budaya mereka sebagai warga negara. Literasi budaya sangat penting untuk dimiliki oleh generasi Z karena mereka adalah generasi yang hidup di era digital dan globalisasi yang memungkinkan mereka untuk terhubung dengan berbagai budaya dari seluruh dunia. Selain itu, generasi Z merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki tugas dalam mengedukasi para generasi selanjutnya yaitu generasi alfa untuk terus melestarikan kebudayaan lokal yang merupakan identitas budaya mereka sebagai warna negara Indonesia. Generasi alfa adalah generasi yang lahir pada tahun 2011 hingga tahun 2025 (Christine, C. dkk., 2021). Artinya kini generasi alfa berada dalam rentang usia 0 sampai dengan 12 tahun.
Salah satu cara untuk meningkatkan literasi budaya pada generasi Z adalah melalui kunjungan museum. Museum merupakan tempat menyimpan berbagai koleksi benda-benda seni, sejarah, dan budaya yang dapat memperkaya pengetahuan generasi z tentang sejarah dan budaya yang ada di sekitar mereka. Kunjungan museum dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan literasi budaya pada generasi Z. Penelitian yang dilakukan oleh UNESCO menunjukkan bahwa kunjungan museum dapat meningkatkan literasi budaya dan sejarah pada generasi Z. Selain itu, kunjungan museum juga dapat meningkatkan keterampilan literasi visual, kritis, dan digital pada generasi Z. Namun, perlu ada upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi generasi Z untuk mengunjungi museum. Museum dapat membuat program-program yang menarik dan interaktif serta bekerja sama dengan sekolah dan universitas untuk membuat program-program edukatif yang terintegrasi dengan kurikulum pendidikan.
Dalam rangka meningkatkan literasi budaya pada generasi Z, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) UPI Kampus Daerah Serang membuat program kegiatan yaitu field trip mengunjungi museum. Field trip ini merupakan salah satu upaya edukasi literasi budaya Prodi PGPAUD yang diintegrasikan ke dalam Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa untuk AUD. Sasaran dari kegiatan ini yaitu Mahasiswa Prodi PGPAUD yang merupakan golongan generasi Z.
Field trip dilaksanakan pada hari Sabtu, 06 Mei 2023 yang diikuti oleh Mahasiswa PGPAUD Angkatan 2021 sejumlah 68 orang beserta dosen PGPAUD UPI Kampus Daerah Serang. Museum yang dituju yaitu Museum Keramik, Museum Bank Indonesia, dan Museum Teksil. "Tujuan diadakan field trip ini yaitu karena sudah minimnya minat generasi Z untuk mengunjungi museum dan mulai apatis terhadap budaya lokal, sedangkan mahasiswa sebagai calon alumnus PGPAUD memiliki tanggung jawab moral membantu edukasi pada generasi selanjutnya yaitu generasi alfa. Selain itu, melalui kunjungan museum ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bermakna dalam mengenal dan mempelajari berbagai seni rupa dan peninggalan sejarah bangsa Indonesia, sehingga dapat meningkatkan literasi budaya mahasiswa", tutur Rr Deni Widjayatri, M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa Untuk AUD Prodi PGPAUD UPI Kampus Daerah Serang.
Museum pertama yang dikunjungi yaitu Museum Tekstil yang berlokasi di Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pemandu museum memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai sejarah dan perkembangan tekstil sebagai bagian dari karya seni rupa. Selain itu, mahasiswa melakukan kegiatan analisis terhadap kain-kain yang dipamerkan di museum. Para mahasiswa dengan antusias melihat berbagai jenis kain, memperhatikan pola, warna, dan motif yang terdapat dalam kain-kain tersebut. Kegiatan analisis ini berlangsung selama 60 menit. Selama waktu tersebut, mahasiswa menunjukkan ketelitian dalam melakukan kegiatan analisis. Mahasiswa juga berinteraksi dengan baik dengan pengelola museum, bertanya, berdiskusi, dan memperoleh penjelasan yang mendalam tentang kain-kain yang dipamerkan di museum.
Setelah melakukan analisis terhadp kain-kain yang dipamerkan di museum, mahasiswa melakukan kegiatan membatik selama 90 menit. Dalam kegiatan membatik, mahasiswa diberikan pengarahan mengenai teknik dan proses pembuatan batik oleh pengajar dan pendamping museum. Mahasiswa diberikan kain putih yang telah diberi lilin sebagai batas-batas motif batik. Kemudian mahasiswa belajar menerapkan warna-warna batik menggunakan canting dan pewarna khusus batik. Melalui kegiatan membantik, mahasiswa dapat menggali dan mengembangkan kreativitas mereka dalam menciptakan pola dan motif batik.
Museum kedua yang dikunjungi yaitu Museum Bank Indonesia yang berlokasi di Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Di museum ini mahasiswa diberikan penjelasan mengenai sejarah perbankan Indonesia, melihat koleksi perangko, dan uang-uang kuno. Kegiatan di museum ini berlangsung selama 45 menit.
Museum terakhir yang dikunjungi yaitu Museum Keramik yang berlokasi di Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa di museum ini yaitu menjelajahi koleksi keramik yang ditampilkan di dalam museum, mempelajari tentang jenis-jenis keramik, teknik pembuatan, dan sejarahnya. Setelah itu, mahasiswa menjelajahi lukisan-lukisan yang terdapat di museum keramik serta melakukan analisis terkait jenis aliran yang mereka temui disana. Tak sampai disitu saja, mahasiswa juga mengunjungi galeri pameran sementara: Museum Keramik menampilkan galeri pameran sementara yang berfokus pada berbagai topik seperti seni dan kerajinan tangan. Kegiatan di museum ini berlangsung selama 60 menit.
Dalam kegiatan field trip ini, seluruh mahasiswa menunjukkan partisipasi aktif dan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, semoga dapat memberikan manfaat dan pengalaman yang bermakna bagi mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Daerah Serang dalam memahami dan mengapresiasi karya seni, meningkatkan kesadaran dan minat mereka terhadap budaya dan sejarah bangsa Indonesia, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan literasi budaya mahasiswa. Dengan meningkatkan literasi budaya mahasiswa yang merupakan golongan generasi Z, diharapkan mereka mampu mengedukasi generasi alfa terkait pelestarian budaya lokal, dan mampu mempromosikan serta melestarikan budaya lokal ditengah pesatnya arus globalisasi.
Referensi:
Christine, C., Karnawati, K., & Nugrahenny, D. (2021). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Generasi Alfa Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial. EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership, 2(2), 235-250.
Muniroh, S. M., Khasanah, N., & Irsyad, M. (2020). Pengembangan Literasi Budaya dan Kewargaan Anak Usia Dini Di Sanggar Allegro Desa Podo Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan. Jurnal Lentera Anak, 1(01).
Sari, I. P., Ifdil, I., & Yendi, F. M. (2020). Konsep nomophobia pada remaja generasi Z. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 5(1), 21-26.
*Penulis (RA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H