Pendidikan  karakter sangat  marak diimplementasikan diberbagai  jenjang pendidikan  seperti PAUD, SD, SMP,  SMA  sederajat dan  juga perguruan tinggi. Apikasi diberbagai  jenjang  tersebut  secara  tidak  langsung  menjadikan  pendidikan  karakter  ini sebagai trending  topik di dunia pendidikan. Hal ini diperkuat juga dengan sambutan dari menteri  pendidikan  dan  kebudayaan  RI  pada tahun  2016  saat  hari  kemerdekaan  jika pendidikan  di  Indonesia  harus  mampu  memastikan  anak --anak  bangsa  memiliki pengetahuan dan juga keterampilan yang dibutuhkan dan dapat diaplikasikan dimasyarakat dan juga diindustri. Amanah tersebut sebenarnya lebih kedalam penguatan karakter dan juga keilmuan sesuai dengan bidangnya. Pendidikan karakter tersebut harusnya mnejadi tugas  semua  kalangan  sehingga  bisa  bersama  berkontribusi dalam  mewujudkan  anak bangsa yang berkarakter. Hal tersebut juga dipertegas oleh UU NO. 20 Tahun 2003 tentang sistem  pendidikan  nasional  bahwa didalam  pendidikan  nasional  harus  dikembangkan sesuai dengan kemampuan  dan  pembentukan  karakter  untuk  mencerdaskan  kehidupan  bangsa (Depdiknas, 2003).
Menghadapi berbagai transformasi dan kebijakan terhadap progeram merdeka belajar guru Bimbingan dan Konseling perlu memiliki berbagai inovasi kuhusunya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Tantangan yang dihadapi profesi bimbingan dan konseling di era revolusi 4.0 ini diantaranya yaitu bahwa konselor dituntut untuk mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan memberi pelayanan kepada peserta didik yang lebih personal dan profesional (Hayati, 2022).Â
Selain itu guru bimbingan dan konseling perlu meningkatkan kemampuan literasi yang meliputi literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia, pemanfaatan artifical counselor untuk menggantikan sebagian tugas konselor, kemudian munculnya berbagai perubahan perilaku peserta didik dan gaya hidupnya. Guru bimbingan dan konseling dituntut untuk menjadi life long learner, kreatif dan inofatif, guru BK penggerak, reflektif, kolaboratif mampu menerapkan bimbingan dan konseling multikultural.
Mengingat kesuksesan seorang individu tidak hanya bergantung pada
pengetahuan akademis dan nilai ujian saja. Pendidik khususnya guru bimbingan dan konseling perlu memahami bahwa pola pikir, keterampilan, dan kebiasaan peserta didik sangat penting dalam menunjang keberhasilan (Widiastuti, 2022).
Oleh karena itu pendidikan harus menitikberatkan pada kebutuhan peserta didik, terutama kebutuhan peserta didik yang terfasilitasi. Terkhusus dalam pembelajaran dan pemberian layanan, Pembelajaran yang dirancang dengan berbeda-beda memperhatikan gaya belajar dan karakteristik peserta didik, dan cara belajar akan memperkaya makna belajar itu sendiri. Proses belajar dapat ditempuh melalui bermacam cara akan menghasilkan berbagai macam luaran hasil belajar pula. Pembelajaran berdiferensiasi mengajarkan bahwa tidak ada siswa yang tidak bisa belajar. Guru sebaiknya dapat melihat, memfasilitasi dan menilai keunikan cara belajar yang muncul pada diri peserta didik.
Salah satu upaya penerapan pembelajaran yang berdiferensiasi dalam bimbingan dan konseling yaitu melalui layanan bimbingan klasikal. Layanan ini merupakan salah satu strategi dari layanan dasar yang bersifar kuratif dan informatif dalam pemberian informasi.Â
Selain itu melalui layanan klasikal guru bimbingan dan konseling mampu untuk menerapkan komponen yang ada dalam pembelajaran berdiferensiasi sebagai salah satu proses belajar bagi peserta didik. Oleh karena itu adanya modul ini diharapkan agar mampu memberikan referensi kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk melaksanakan layanan bimbingan klasikal dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan basis kurikulum merdeka.
Modul ini dikembangkan berdasarkan hasil asesmen kebutuhan peserta didik menggunakan Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD). Berdasarkan hasil asesmen salah satu bidang layanan yang dibutuhkan peserta didik adalah bidang pribadi sosial.
Bimbingan Konseling merupakan bagian integral dalam pendidikan. Hal ini tersirat makna bahwa antara pendidikan dan bimbingan konseling menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pada umumnya dalam proses pendidikan yang baik terdapat program bimbingan konseling yang memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga hubungan antara program bimbingan konseling dan pendidikan adalah saling mendukung.
Layanan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh guru pembimbing di
sekolah terdiri dari empat bidang layanan, salah satunya adalah layanan bimbingan pribadi. Layanan bimbingan pribadi merupakan layanan bimbingan yang penting dilaksanakan di sekolah, hal ini disebabkan karena siswa sangat membutuhkan bimbingan untuk membantu merespon masalah-masalah yang dihadapi dalam periode pertumbuhannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H