Mohon tunggu...
itsnaini_rmh
itsnaini_rmh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

If You Keep your Tawakkul Strong, You Will See Him Manifesting The Impossible For You.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kajian Teori Pengkondisian Klasik

21 September 2023   22:45 Diperbarui: 21 September 2023   22:46 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat sebuah cerita seseorang yang pernah mengalami kecelakaan cukup parah, hingga memunculkan suara tabrakan yang keras. Tragedi tersebut menjadikan tubuhnya banyak yang luka yang kemudian diharuskan untuk dirawat dirumah sakit. Pasca terjadinya peristiwa itu, seorang tersebut merasakan trauma dan rasa takut yang berlebih pada kecelakaan. Bahkan meskipun dilain waktu ketia ia tengah duduk di pinggir jalan, kemudian mendengar suara tabrakan, seketika itu orang tersebut merasa sangat takut. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Permasalahan ini memiliki keterkaitan dengan teori pengkondisian klasik, yang mana teori ini merupakan suatu konsep penting dalam psikologi perkembangan yang pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov di akhir abad ke-19. Teori ini membahas mengenai bagaimana stimulus yang semula netral dapat memicu respon tertentu setelah dikaitkan dengan stimulus yang lain yang menyebabkan respon serupa. Melalui eksperimen dengan seekor anjing, pavlov menunjukkan bahwa perilaku refleks dapat dikondisikan atau dipelajari melalui asosiasi antara stimulus yang tidak terkait sebelumnya. Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai teori pengkondisian klasik beserta prinsip-prinsipnya.

Sebelum itu mari kita ketahui terlebih dahulu, bagaimana sih sejarah munculnya teori pengkondisian klasik itu?. Ivan Pavlov menuliskan hasil eksperimennya (1849-1936) yang dalam buku "Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran" (Aryani, 2020) menyatakan bahwa, terkait dengan tindakan Pavlov tersebut telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kemunculan teori behaviorisme, serta suatu temuan penting dalam bidang psikologi. Dikenal dengan "Refleksi yang Dikondisikan". dalam eksperimennya Pavlov meneliti tentang munculnya kelenjar pangkreas atau sekresi dalam perut yang diduga ada faktor penyebabnya yaitu ketika anjing tengah melihat atau mengunyah makanan, bukan karena adanya makanana yang masuk kedalam perut. Melalui cara sederhana, Pavlov menghidangkan makanan kepada seekor anjing yang telah dipasangkan pipa didalam mulutnya, yang kemudian tetesan air liur pun mengalir melalui pipa tersebut dan masuk kedalam wadah.  Akan tetapi, air liur anjing keluar tidak hanya disebabkan oleh makanan saja, melainkan pada dasarnya terdapat teori classical conditioning yang menjelaskan tentang bagaimana mempelajari respon-respon baru sebagai sebuah hasil dari dua stimulus atau lebih yang muncul hampir pada waktu yang bersamaan.

Selanjutnya Pavlov menguraikan bahwa US (Unconditioned Stimulus / rangsangan alami) akan memunculkan UR (Unconditioned Response / respon alami). Ketika ia menghidangkan makanan maka akan menyebabkan air liur anjing keluar.  Jika hanya diberikan rangsangan semata seperti bunyi lonceng atau bell, maka anjing akan tidak memberikan respon (tidak mengeluarkan air liur).  Diwaktu berikutnya Pavlov melakukan penelitian berulang kali yakni anjing diberikannya makanan setelah dibunyikannya bell (NS + US, Neutral + Unconditioned Stimulus), maka dari itu anjing tersebut mengeluarkan air liur. Proses membiasakan anjing dengan memberikan makanan setelah terdengar bunyi bell, yang mengakibatkan anjing mengeluarkan air liur adalah proses membentuk kebiasaan perilaku. Pada akhirnya, ketika membunyikan bell tanpa disertai adanya makanan, anjing masih akan mengeluarkan air liurnya. Anjing mengaitkan bahwa setiap kali bunyi bell terdengar, itu akan diikuti oleh makanan. Respon anjing untuk mengeluarkan air liur setelah mendengarkan bunyi bell itulah yang kemudian disebut dengan refleksi yang dikondisikan.

Pengkondisian klasik melibatkan beberapa prinsip seperti generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan (Santrock, 2015) dalam buku "Ilmu Pendidikan: Panduan Komprehensif untuk Pendidikan"(Raharjo, 2023). Pertama generalisasi pada hal ini adalah mengacu pada kemampuan subjek untuk mengeluarkan respon yang serupa terhadap stimulus yang mirip dengan stimulus yang telah terkondisikan. Seperti, ketika seorang anak perempuan takut dengan burung Gagak, maka ia akan menunjukkan rasa takut terhadap objek yang serupa atau mirip dengan burung Gagak baik dari suara maupun bentuknya. Kedua diskriminasi, dalam pengkondisian klasik merupakan kemampuan untuk membedakan antara stimulus terkondisikan dengan stimulus yang tak terkondisi. Misalnya, jika burung Gagak adalah stimulus yang terkondisikan, diskriminasi akan dapat membedakan antara burung Gagak dengan hewan yang menyerupai burung Gagak lainnya. Ketiga pelenyapan yang merupakan pelemahan conditioned respons karena tidak adanya unconditioned stimulus. misal, setelah seorang anak perempuan tersebut terkondisikan merasa takut ketika melihat burung Gagak, kemudian dilain waktu dan terjadi berulang-ulang ketika ia mendengar suara burung Gagak akan tetapi tidak mengetahui keberadaan burung Gagak, maka ketakutan akan burung Gagak pun kian menghilang. inilah yang kemudian dimaksud dengan pelenyapan, dalam pengkondisian klasik yaitu melemahnya respon yang dikondisikan sebagai sebab hilangnya rangsangan yang tidak dikondisikan.

Dari bahasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori pengkondisian klasik menjelaskan bagaimana stimulus netral dapat memicu respon tertentu setelah dikaitkan dengan stimulus lain yang menyebabkan respon serupa. Contoh kasus tentang trauma akibat kecelakaan mengilustrasikan konsep ini.pavlov melakukan eksperimen dengan anjing untuk menunjukkan bahwa perilaku refleks dapat dipelajari melalui asosiasi antara stimulus yang sebelumnya tidak terkait. Proses ini melibatkan unconditioned stimulus (US) dan unconditioned response (UR), serta pengkondisian stimulus netral (NS) dengan us untuk menciptakan respons terkondisikan. Adapun mengenai prinsip-prinsip pengkondisian klasik, termasuk generalisasi (kemampuan subjek merespons stimulus mirip), diskriminasi (kemampuan membedakan stimulus terkondisikan dengan tak terkondisikan), dan pelenyapan (pelemahan respons terkondisikan karena tidak adanya stimulus tak terkondisikan). Hal ini memainkan peran penting dalam membentuk dan memahami perilaku dan respons emosional manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun