Mohon tunggu...
Itsna Nabiha Kama S R
Itsna Nabiha Kama S R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030120

seorang mahasiswa jompo yang hobinya traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memahami Bahagia yang Sesungguhnya

14 Juni 2022   06:46 Diperbarui: 14 Juni 2022   06:59 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang bahagia (Sumber: shtterstock)

Kita tentunya memiliki definisi mengenai bahagia kita masing-masing. Mungkin ada yang bahagia ketika dapat membahagiakan orang lain, ada yang bahagia ketika membeli atau telah mendapatkan pencapaian sesuatu, atau ada yang bahagia ketika mengunjungi suatu tempat. Lantas, sebenarnya bahagia yang sesungguhnya itu seperti apa?

Hal-hal yang telah disebutkan di atas memang benar adanya termasuk faktor-faktor yang dapat membuat bahagia seseorang. Akan tetapi, perlu diingat dan dipahami, bahwa orang lain, benda,  harta, kekayaan, fisik, merupakan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.

Maksudnya adalah, kita tidak memiliki kendali penuh atau kita tidak bisa mengendalikan ucapan orang lain, tindakan orang lain, dan keputusan orang lain. Demikian juga dengan harta-benda, kita tidak tahu kapan sebuah benda akan rusak, kapan sebuah benda akan hilang, kapan sebuah benda akan tidak memiliki nilainya sama sekali.

Seharusnya, kebahagiaan yang sesungguhnya atau kebahagiaan sejati semua itu tumbuh dan berkembang dari dalam diri. Kita harus memahami bahwa segala sesuatu yang ada di dunia, segala sesuatu yang kita miliki, itu hanyalah fana.

Jika kita sangat mencintai pasangan kita, layaknya seorang manusia biasa, suatu saat akan mati. Jika kita merasa bahagia ketika memiliki sebuah rumah mewah, dan tiba-tiba terjadi musibah yang mengakibatkan rumah mewah itu runtuh, lantas apakah kebahagiaan telah hancur dan musnah?

Sudah semestinya, kita tidak menggantungkan dan menitikberatkan kebahagiaan pada faktor-faktor yang tidak bisa kita kendalikan. Hal-hal duniawi yang bersifat nyaman tentu saja selalu membuat ingin lagi dan lagi. Seperti kekayaan, wajah yang rupawan, pasangan yang tampan atau cantik, harta-benda, popularitas, dan jabatan tentu membuat siapa pun yang memlikinya merasa bhagia ketika memiliki beberapa di antara yang telah disebutkan.

Akan tetapi, kita sudah harus mulai merubah pola pikir kita dan melawan efek kenyamanan atau efek nagih dari hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kita harus bisa memahami bahwa hal-hal yang bersifat duniawi, hal-hal yang membawa kenikmatan di dunia hanyalah bersifat benda, objek, dan sebatas kenikmatan yang tidak lebih dari apa pun.

Kita pun juga tidak semestinya menitikberatkan kebahagiaan kepada orang-orang yang kita sayang, dalam artian pasangan atau anak. Cintailah dalam batas wajar layaknya seorang suami kepada istri ataupun sebaliknya dan sewajarnya layaknya orang tua kepada anaknya.

Sebab, orang-orang yang kita cintai adalah manusia. Yang dapat meninggalkan kita suatu saat nanti. Kita harus memahami sifat dan hakekat manusia yang tidak selamanya berada di dunia. Layaknya kita juga yang entah sampai kapan berada di dunia. Sehingga, ketika kita secara tiba-tiba ditinggalkan orang yang kita kasihi atau bahkan kita yang meninggalkan, kita harus bisa menyikapi dengan kepala yang dingin dan hati yang jernih.

Maka dari itu, saat kita paham bahwa kebahagiaan adalah hasil buah pikir yang kita ciptakan, maka saat kita masih didampingi oleh orang-orang yang kita kasihi, berikan sebuah wujud rasa cinta dan sayang, hargai keberadaannya semasa hidup. 

Berikan pelayanan sebagai seorang suami kepada istri sebaik-baiknya begitu juga sebaliknya, cintai anak sebaik-baiknya, perlakukan sebaik mungkin yang bisa kita lakukan kepada mereka. 

Jika pada akhirnya suatu saat mereka harus meninggalkan kita, kita telah merasa lega dan puas, bisa dan pernah memperlakukan mereka sebaik-baiknya yang kita bisa.

Dan bahagia yang sesungguhnya adalah ketika kita menciptakan sebuah kalkulasi bahagia dalam pikir kita bahwa kita telah bahagia. Munculkan rasa bahagia setelah berhasil melakukan sesuatu, meskipun hal-hal kecil. Misal sampai di rumah setelah bekerja seharian, dapat pulang tepat waktu, dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Rasa bahagia itu kita yang dapat menciptakannya, bukan orang lain ataupun pasangan kita.

Rasa bahagia yang kita tercipta dari dalam diri juga dapat terkalkulasi saat bertemu dengan pasangan atau orang yang terkasih, saat kita dapat mengontrol emosi, dan saat kita dapat mengendalikan hawa nafsu. semua yang telah disebutkan merupkaan hal-hal yang bisa kita kendalikan. Dan kita bisa mengontrol itu semua.

Sudah menjadi seharusnya, bahagia itu kita yang menciptakan. Alih-alih datang dari faktor-faktor eksternal. Kita harus dapat meenciptakan kebahagiaan, atas alasan apa pun, kapan pun, dan di mana pun. Sebab, kita yang memiliki kendalinya. Bukan orang lain dan juga bukan harta benda.

Lalu, terhadap hal-hal yang berada di luar kendali kita, seperti kekayaan, harta-benda, fisik, kesehatan, pasangan, jabatan, popularitas, opini orang lain, ucapan orang lain, tindakan orang lain, dan keputusan orang lain haruslah kita sikapi sewajarnya saja. Kita harus memahami bahwa semua itu sementara, dapat hilang dan direnggung secara tiba-tiba.

Sebab, pada akhirnya, kebahagiaan sejati adalah saat kita dapat mengendalikan apa yang bisa kita kendalikan seperti tidak ada amarah dalam dri kita, tidak ada nafsu yang membelenggu dan menguasi diri kita, tidak ada emosi negatif dalam diri kita, dan kita paham dan sadar bahwa hal-hal yang berada di luar kendali kita memang tidak bisa kita raih, tidak bisa kita jangkau, dan kita dapat bersikap sewajarnya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun