Suatu ketika ibuku pernah bilang begini;
"Nek kowe ki pinter, bakale gur dinggo kowe dewe, ibuk ra njaluk, Nduk."
Setiap orang pasti memiliki definisi tersendiri untuk kata "inspiratif" apalagi mengenai ibu mereka. Dan inilah kisah ibuku yang menginspirasi diriku.
Awal mula kalimat di atas terucap ketika seorang anak sering dimintai bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, mencuci, menyapu dan lain-lain. Tentu saja, sebagai anak sering kali merasa kesal, tapi tidak mau juga membantah. Hingga suatu saat saya yang sedang membantu memasak, didekati ibu dan beliau berkata di sebelahku "Nek kowe ki pinter, bakale gur dinggo kowe dewe, ibuk ra njaluk, Nduk."Â Yang artinya kurang lebih "Kalau kamu pintar, bakalan juga buat kamu sendiri, ibu gak minta, Nak."
Maksud dari perkataan beliau ialah semua yang saya jalani hari ini hanyalah sebagai bentuk latihan dan modal untuk ke depannya. Bukan untuk menyengsarakan anak-anaknya. Hingga sampai saatnya "pintar" semua akan berimbas pada diri anaknya sendiri. Pintar di sini bisa didefinisikan sebagai pintar mengurus rumah, karena sesukses apa pun orang, minimal harus tahu dasar-dasar mengurus rumah. Namun bisa juga dimaknai cerdas menjalani kehidupan bermasyarakat.
"ibuk ra njaluk." artinya ibu gak minta, bermakna suatu saat kalau anak-anaknya sukses karena ajarannya hari ini, beliau tidak akan meminta, karena tujuannya melekatkan ilmu didiri anak.
Begitulah ibuku. Sang pendidik pertama. Kata-kata yang beliau ucapkan, tidak pernah berbentuk intimidasi. Malah lewat candaannya yang garing, beliau menyisipkan pesan.
Satu contoh lagi yang beliau katakan dan mengakar sampai saat ini;
"Nek tibo yo gek tangi, poyo rep glusaran trus."
"Kalau jatuh ya bangun, apa ya mau tiduran terus." Kalimat sindiran yang sangat wow. Dikemas candaan seperti biasa, diambil dari kejadian remeh di rumah.
Untuk saya yang masih SMA dan masih di fase coba-coba. Mencoba menulis, mencoba public speaking, mencoba berorganisasi dll. Kalimat itu memiliki pesan mendalam tentang pantang menyerah. Dan saya yakin kalimat itu pasti akan terus bermanfaat hingga di hari kemudian.
Tapi ibuku tetap sama dengan ibu di luaran sana. Kadang bawel, kadang ngomel, suka bercerita walaupun kadang garing, suka nonton sinetron dll. Meski begitu, beliau tidak pernah lupa selalu membangunkan anaknya tiap pagi, membuat makanan yang lezat untuk keluarga, menemani mengerjakan tugas sekolah, membersihkan rumah, dan seterusnya.
Di antara semuanya, part favoritku ialah saat beliau tetap tersenyum meski capek sehabis bekerja di pabrik seharian. Ya, ibuku bukan hanya seorang ibu rumah tangga tapi juga pekerja pabrik.
Aktivitas tiap hari yang menyatu dengan debu ditambah lagi kegiatan di rumah yang banyak, membuat ibuku tidak memiliki banyak waktu untuk menjaga kulit dari tanda-tanda penuaan dini di wajah dan flek hitam yang muncul.
Oleh karena itu, saya ingin memberikan satu hadiah kecil kepada beliau yang telah mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak dan keluarga. Produk ERHA Age Corrector Bundling, semoga bersama produk ini dapat menghapus flek hitam dan penuaan dini dikulit wajah ibuku.
Garis besar yang bisa diambil dari kisah ibuku adalah tuntutan beliau selalu berbanding lurus dengan tuntunan.
Mendidik anak juga butuh semangat, apalagi untuk yang sedikit bandel.
Terima kasih pada semua jerih payahmu, sesuai tema lomba kali ini "Semangat Ibuku Tak Lekang Era." Ibuku hebat!
Untuk ibuku dan ibu-ibu lain di luar sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H