Nama   : Itsna Anisa Nurul Utami
NIM Â Â Â : 44522010069
Matkul  : Pendidikan Anti Korupsi & Etik UMB
Dosen  : Apollo, Prof. Dr. M.Si.ak.
Filosofi Sedulur Papat Kalima Pancer merupakan falsafah Jawa kuno yang memiliki makna spiritual yang sangat dalam. Lima elemen dasar filosofi ini berbicara tentang kelahiran manusia (bayi) yang tidak dapat dipisahkan dari empat alter ego yang menyertainya. Reproduksi diartikan sebagai sedulur (saudara) yang tidak terlihat yang menyertai kehidupan seseorang sejak lahir sampai mati.
Riset Raharjo (2012:4), menyebut dalam ilmu jawa terdapat "kiblat papat" yang merupakan "kakang kawah adhi ari-ari" dengan pusat manusia sendiri, sebagai satu kesatuan jiwa manusia untuk meraih ketentraman hidup memiliki saudara alamiah dalam tubuhnya. papat dengan sangat rinci.
Dalang Ki Sigit Ariyanto (2017) pernah menafsir sedulur papat dengan sangat rinci.
-Pertama Watman diartikan saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap hormat, sujud kepada orangtua khususnya ibu.Â
-Kedua Wahman yaitu kawah atau air ketuban. Â Fungsinya menjaga janin dalam kandungan agar tetap aman dari goncangan.
-Ketiga Rahman atau darah dalam persalinan sebagai gambaran kehidupan, nyawa, dan semangat.
-Keempat Ariman atau ari-ari (plasenta) sebagai saluran makanan bagi janin.
-Kelima Panceratau berarti pusat bayi itu sendiri dimaknai juga sebagai ruh ada dalam diri manusia yang akan mengendalikan kesadaran diri seseorang.
Masyarakat jawa pada masa silam menggunakan istilah sedulur papat limo pancer (saudara empat, lima pusat) Â untuk mewakili identitas manusia. Sadulur papat menjadi elemen dasar kehidupan manusia seperti cipta, rasa, karsa, dan karya. Tanpa keempat hal ini, bisa jadi manusia hidup namun mati. Artinya, sangat konyol ketika manusia hidup namun tidak memiliki cipta, rasa, karsa dan karya.
-Cipta : adalah adalah pikiran, sumber dari segala logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi. Pikiran adalah manipulasi otak atas informasi untuk membentuk konsep, penalaran dan pengambilan keputusan.
-Rasa : adalah emosi atau reaksi afekif atas peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh lebih kaya daripada bahasa yang dapat mengungkapkannya.
-Karsa : adalah kehendak atau niat, yaitu motivasi dalam diri individu untuk melaksanakan keputusan dan rencananya. Seseorang dapat termotivasi oleh rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga dari dalam dirinya sendiri.
-Karya : adalah tindakan, yaitu aspek psikomotor dalam diri individu yang menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga dapat dikenali dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.
Sebagian orang jawa percaya bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai saudara gaib yang ada di empat arah mata angin. Masing masing memiliki warna yang berbeda. Empat saudara ini merupakan unsur-unsur dari tubuh manusia yang menyertai kelahirannya, yaitu :
-Air ketuban (kakang kawah) yang keluar sebelum bayi
-Darah (rah)
-Plasenta (adi ari-ari)
-Tali pusat (puser)
Sedulur papat lima pancer ini juga dikenal dengan sedulur keblat papat, yaitu saudara yang menjaga/berada di 4 arah mata angin :
1. Timur (udara) Â : warna putih, hal kebijaksanaan.
2. Selatan (api) : warna merah, hal kesehatan.
3. Utara (tanah) : warna hitam, hal kebahagiaan.
4. Barat (air) : warna kuning, hal rejeki.
Dalam konsep sedulur lima pancer, masyarakat jawa juga menggunakan hari psaran legi, pahing, pon, wage, dan kliwon yang dihubungkan dengan arah mata angin. Legi posisi timur, Pahing dengan posisi selatan, Pon dengan posisi di barat, Wage dengan posisi di utara, dan Kliwon dengan posisi di tengah. Kliwon menunjukan posisi sentral, posisi yang tertinggi.
Dalam penafsiran lain, konsep sedulur papat lima pancer juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh dalam pewayangan. Wayang adalah salah satu bentuk dari mistik kejawen. Oleh karena itu, tak heran jika konsep kejawen sedulur papat lima pancer ini dihubungkan dengan pewayangan. Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga, ia ditemani oleh tiga anaknya yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat abdi tersebut dinamakan Punakawan. Â
Sumber :
Hamidulloh Ibda, "membongkar misteri sadulur papat lima pancer", 2019.
Joko Yuliyanto, "Kaum minor", 2018.
Petir Abimanyu, "Ilmu mistik kejawen", 2021.
Nindy Widiastuti, "Laku urip kasampurnan jati1, 2020.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI