Sedulur papat lima pancer ini juga dikenal dengan sedulur keblat papat, yaitu saudara yang menjaga/berada di 4 arah mata angin :
1. Timur (udara) Â : warna putih, hal kebijaksanaan.
2. Selatan (api) : warna merah, hal kesehatan.
3. Utara (tanah) : warna hitam, hal kebahagiaan.
4. Barat (air) : warna kuning, hal rejeki.
Dalam konsep sedulur lima pancer, masyarakat jawa juga menggunakan hari psaran legi, pahing, pon, wage, dan kliwon yang dihubungkan dengan arah mata angin. Legi posisi timur, Pahing dengan posisi selatan, Pon dengan posisi di barat, Wage dengan posisi di utara, dan Kliwon dengan posisi di tengah. Kliwon menunjukan posisi sentral, posisi yang tertinggi.
Dalam penafsiran lain, konsep sedulur papat lima pancer juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh dalam pewayangan. Wayang adalah salah satu bentuk dari mistik kejawen. Oleh karena itu, tak heran jika konsep kejawen sedulur papat lima pancer ini dihubungkan dengan pewayangan. Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga, ia ditemani oleh tiga anaknya yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat abdi tersebut dinamakan Punakawan. Â
Sumber :
Hamidulloh Ibda, "membongkar misteri sadulur papat lima pancer", 2019.
Joko Yuliyanto, "Kaum minor", 2018.
Petir Abimanyu, "Ilmu mistik kejawen", 2021.