Mohon tunggu...
ITS MI
ITS MI Mohon Tunggu... -

I am against religion because it teaches us to be satisfied with not understanding the world. ~ Richard Dawkins

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Moral dan Tuhan

13 Mei 2014   21:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang atheis hidup tanpa Tuhan. Sementara bagi orang beragama Tuhan itu identik dengan batasan-batasan moral. Karena itu, orang beragama pada umumnya menilai bahwa seorang ateis tidak bermoral. Tentu dengan penilaian seperti itu akan berakibat dalam kehidupan sehari-hari . Contoh yang sederhana, banyak famili saya yang tinggal di Indonesia tidak mau nama mereka di kaitkan dengan saya di facebook karena saya atheis.

Penelitian dari lembaga AmerikaPew Researchdi 40 negara mengenai moral dan kepercayaan, hasilnya mengatakan bahwa, semakin miskin suatu negara maka lebih erat memegang Tuhan sebagai panduan moral.

Namun dalam pendapat saya, pola keyakinan itu bukan berhubungan dengan kaya atau miskinnya seseorang, tapi dengan tingkat inteligensinya. Lebih tinggi IQ seseorang kebutuhan pada Tuhan pun berkurang. Itulah kenapa tidak heran kalau Negara kaya seperti Skandinavia dan Belanda kebanyakan tidak ber-Tuhan. Hal ini karena orang yang inteligensi lebih tinggi biasanya lebih kaya atau income nya lebih tinggi.

Dan tentu orang yang IQ nya tinggi pasti akan bertanya bagaimana moral dan Tuhan itu sebenarnya ?

Orang yang beragama mengaitkan moral dengan Tuhan karena mereka melihat Tuhan itu dasar dari nilai nilai kehidupan. Dengan berpikiran begini, berarti Tuhan-nya Paus, Ulama atau Rabi, harus mematuhi moralitas. Dengan kata lain, Tuhan terikat pada moralitas.  Kalau kita berpikir lebih lanjut, berarti moral sudah ada dimana Tuhan terikat pada moral, dan tentunya Tuhan bukan fundamen dari moral tapi moral itu di atas Tuhan , karena sebelum adanya Tuhan, moral sudah ada.

Lebih jauh lagi, orang beragama sering kali menetapkan sesuatu dengan alasan itu dari Tuhan. Seperti misalnya mengatakan bahwa darah orang yang berlainan agama itu halal, atau aturan-aturan lain yang tidak manusiawi. Orang dengan intelegensia tinggi akan berpikir apakah Tuhan sebodoh dan sekejam itu?

Jadi, apakah ini alasan moral dan etik dimana kita bisa setuju dan mendukungnya ? Jadi apa saja yang Tuhan mau hingga kita harus mengikutinya ? Bagaimana bilamana Tuhan itu ternyata Setan ? Atau Tuhan itu penjahat, apakah kita harus ikuti?

Orang beragama akan mengatakan bahwa Tuhan itu baik, maka semua perintahNYA harus diikuti. Dan seseorang itu baik bila dia mengikuti perintah Tuhan. Tapi apakah ini kita harus mengikuti aturan-aturan yang tidak manusiawi dan menjadikannya sebagai aturan moral ?

Bilamana Tuhan itu dasar dari moral, bagaimanapun kita tidak tahu apa sebenarnya alasan moralnya.  Dimana kita harus mencari tahu? Mencari di testamen tua? Tidak ada bukti otentik bahwa itu benar-benar dari Tuhan atau karangan manusia saja.

Tentu banyak yang berpikir bahwa kita perlu Tuhan, dimana kejahatan di hukum dan kebaikan mendapat pahala. Tapi kalau Tuhan memberikan hukuman pada orang yang berbuat jahat dan yang baik mendapat pahala, apa artinya ‘baik’ di sini?

Apakah arti baik itu bila kita yang berpikir dan mengambil tanggung jawab sendiri? Bila kita mampu berpikir sendiri tentang moral yang wajar, itu artinya kita tidak perlu Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun