Namun, menariknya, warganet terbelah. Tidak sekonyong-konyong langsung mengamini dan mengecam pesohor, tetapi justru banyak yang meragukan utas cerita tersebut dan berbalik menyalahkan korban.
Netnografi akhirnya memusatkan pada basis reflektif suara warganet yang terbelah. Walaupun tidak bisa disangkal, hanya di media sosial aneka kekerasan seksual di mana korban mulai bisa berani speak up dan berpamrih viral.Â
Sorongan buku, prinsip yang kudu dipegang dalam aras interaksi media sosial, memang diperlukan empati dan dukungan kepada korban terlebih dahulu; mengesampingkan perihal validitas cerita.Â
Selain itu, warganet juga terbelah dalam urusan kontestasi perpolitikan secara tajam hingga mencuatkan polarisasi. Meski begitu, tetap terdapat banyak hal positif ketika suara netizen amat solid terhadap kebijakan publik yang dirasa telah melenceng jauh sehingga memaksa kebijakan tersebut akhirnya dievaluasi.Â
Buku selain dilengkapi studi kasus guna memudahkan memahami dan tutorial penggunaan Nvivo --perangkat lunak yang membantu dalam penelitian netnografi, boleh jadi bakal tebersit pertanyaan menggelitik: apakah perilaku netizen Indonesia di media sosial adalah sememangnya representasi watak kita yang sesungguhnya sebagaimana hasil riset Microsoft tahun 2021 yang telah memicu polemik?
Data buku:
Judul: Metode Netnografi: Pendekatan Kualitatif dalam Memahami Budaya Pengguna Media Sosial
Penulis: Dr. Eiyanto
Penerbit: Rosda, Bandung
Cetakan: Desember, 2021
Tebal: 378 halaman