Mohon tunggu...
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Itsbatun Najih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Adalah Kamu Yang Lain

Mencoba menawarkan dan membagikan suatu hal yang dirasa 'penting'. Kalau 'tidak penting', biarkan keduanya menyampaikan kepentingannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinamika Indonesia: Masalah dan Solusi

25 Januari 2022   22:30 Diperbarui: 25 Januari 2022   22:42 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: rosda.co.id

Buku ini merangkum pelbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia sebagai sebuah bangsa besar. DIksi bangsa besar ditonjolkan karena mengandaikan keberpunyaan modal besar sekaligus tantangan yang tak kalah besar pula. 

Diksi tantangan lebih digunakan sebagai penguat/penyemangat ketimbang menggunakan diksi problem/masalah. Pun, sebagaimana judul buku yang menggunakan diksi dinamika; teranggap sesuai lantaran apapun aral yang menghadang kemajuan Indonesia bersifat dinamis; bakal terlewati --dengan catatan-catatan.

Sebagaimana uraian penulis buku dalam prakata, terlihat kegusaran yang dialami oleh anak bangsa atas pelbagai persoalan kebangsaan yang seakan bangsa ini jalan di tempat bahkan mundur; menjadi persoalan laten yang sengaja atau tidak, terkesan dicipta-dipelihara. 

Lima penulis buku merupakan akademisi dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kelimanya memotret nyaris semua aral bangsa Indonesia. Aral-aral tersebut dihimpun dalam babakan bab per bab.

Terdapat 12 bab yang mengandung puluhan persoalan kebangsaan kita selama ini. Mari urutkan: keagamaan, politik, ekonomi-keuangan, sosial, budaya, pertahanan-keamanan, pendidikan-iptek, pangan-energi, perempuan-anak, kesehatan, hukum, dan antarbangsa. Lebih rinci, ada 83 turunan persoalan yang didedah. Menariknya, 83 persoalan yang diangkat merupakan persoalan khas yang seakan-akan hanya terjadi di Indonesia.

Pembaca mungkin kurang percaya mengapa begitu banyak persoalan bangsa ini. Namun, setelah membaca daftar isi, pembaca boleh jadi bakal memafhumi dan mengamini; sememangnya begitulah problem kebangsaan kita. Menariknya, pengajuan masalah kebangsaan disimpulkan analitik dan tidak klise. Sebagaimana babakan keagamaan: penulis buku mengudar munculnya pelbagai aliran keagamaan yang meresahkan. Kemunculan orang-orang yang mengaku nabi nyatanya masih mendapat atensi dan pengikut.

Oleh buku ini, keagamaan ditempatkan pada bab pertama. Hal ini mengindikasikan begitu penting peran agama dalam sudut pandang orang Indonesia sehari-hari. Sisi lain, agama kerap didelegitimasi sebagai kedok dan objek untuk kepentingan pemerolehan kuasa, pangkat, harta. Karena itu, agama mesti dikembalikan fungsi utamanya: sebagai jalan/metode ilahiah yang mengutamakan pemartabatan manusia.

Pemartabatan manusia berarti menolak kehadiran ajaran-ajaran nyeleneh-menyimpang lantaran kesemuanya tak lebih dari usaha banal sang tokoh ajaran tersebut guna meraih massa dan harta. Pemartabatan manusia juga berkonsekuensi menolak ajaran untuk mati syahid dengan praktik bom bunuh diri sebagaimana ciri aksi terorisme belakangan ini.

Buku ini terasa pas dengan kejadian hari ini, khususnya polemik sesajen; lantaran buku ini juga membahas ruang-ruang spiritualitas keagamaan dengan batasan-batasan yang kerap berkelindan: praktik sihir, tenung, pelet. Modal besar masyarakat Indonesia dengan memegang teguh nilai keagamaan mestinya  melecutkan anak bangsa ini pada tindak-tanduk  luhur, berbudi, sembari menyunggi rasionalitas. 

Agama juga kerap diseret dalam spektrum politik praktis. Politik identitas menjadi fenomena mutakhir yang sebabkan perkembangan perpolitikan kita seperti mundur dan tereduksi oleh banalitas verbal di ruang media sosial. 

Polarisasi sosial pun tumbuh cepat. Buku ini mememcut kesadaran kita sebagai akar rumput untuk lekas beranjak dari dukung-mendukung yang berlebihan. Fanatisme kepada tokoh dan kelompok dalam lanskap politik bakal berujung pada penistaan akal dan martabat manusia itu sendiri.

Saling cibir dan ejek di antara kelompok dan simpatisan tokoh politik menghadirkan kepandiran dalam membangun bangsa ini. Padahal, para tokoh politik yang didukung secara mati-matian oleh akar rumput, nyatanya asyik-mansyuk dengan segala kemapanan. Buku ini tidak lepas mewedarkan lecutan bahwa kita masih belum matang berpolitik. 

Kematangan berdemokrasi bisa dilihat ketika tiadanya konflik kekerasan dan politik uang. Secara samar-samar, buku ini juga menyinggung kaum oligarki politik. Pembaca boleh berkesimpulan bahwa akar kerusakan kepemimpinan dewasa kini adalah kala bangsa ini masih didominasi kekuatan segelintir orang.

Di bidang ekonomi, buku ini juga mengalamatkan pada hal-hal yang lebih menukik. Kehadiran penagih utang pada pinjaman online (pinjol) mendapatkan porsi tersendiri sembari memberikan masukan kepada pengambil kebijakan untuk lekas memberikan keputusan efektif. Ada hal menarik yang boleh jadi sebagai akar masalah; yakni, kebiasaan konsumtif masyarakat kita.

 Tak lupa juga, akar yang paling utama dari hampir semua masalah perekonomian seperti pengangguran, lapangan pekerjaan minim, serta kemiskinan akut adalah adanya kelompok oligarki ekonomi. Oligarki ini pula yang sebabkan kesenjangan amat tajam antara si kaya dan si miskin.

Sementara di bidang sosial, buku ini menyorot masifnya hoaks dan sebaran kabar bohong. Literasi digital amat penting dengan mempunyai kecakapan bermedia sosial agar tidak terkena wabah hoaks yang dapat memicu keresahan dan kegaduhan di masyarakat. Edukasi atas literasi digital lebih diutamakan meski tetap perlunya penerapan UU ITE sebagai efek jera bagi para pemroduksi hoaks. 

Tak hanya hoaks yang membahayakan, tetapi buku ini juga memecut untuk sadar akan bahaya laten pornografi. Pornografi sebabkan kerusakan mental generasi muda secara senyap tapi mematikan yang bakal menghambat kemajuan bangsa.

83 persoalan yang diungkap buku ini disertai pula 82 jawaban; adalah semacam kritik plus solusi. Sedari awal, para penulis buku sudah memberikan semacam disclaimer, bahwa solusi yang tawarkan amat subjektif. Pembaca boleh setuju atau tidak. 

Namun, khususnya bagi para pengambil kebijakan dan otoritas pemerintahan, buku ini menjadi amat penting untuk ditelaah mendalam sebagai urun pendapat penyelesaian aneka problem kebangsaan. Walhasil, membaca buku ini, kita bakal dicemaskan oleh aneka persoalan sekaligus tetap menyimpan asa lantaran dipaparkan pula sederet cara mengatasinya. Selamat membaca dan berkontemplasi!

Data buku:

Judul: Dinamika Kebangsaan Indonesia

Penulis: Maman Fathurrohman Ph.D, dkk

Penerbit: Rosda, Bandung

Cetakan: Juni, 2021

Tebal: 250 halaman

ISBN: 978-602-446-564-3

Peresensi: Muhammad Itsbatun Najih

NB: Resensi ini telah tayang di Kabar Madura edisi 20 Januari 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun