Mohon tunggu...
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Itsbatun Najih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Adalah Kamu Yang Lain

Mencoba menawarkan dan membagikan suatu hal yang dirasa 'penting'. Kalau 'tidak penting', biarkan keduanya menyampaikan kepentingannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panduan untuk Serius Bermain-main

7 Juli 2019   19:37 Diperbarui: 7 Juli 2019   20:02 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran buku ini terasa penting. Setidaknya bersebab dua hal: pertama, anak-anak kekinian telah menubuhkan dirinya dalam kilatan cahaya gawai (gadget). Tersemat generasi merunduk dan sekadar lincah-aktif memainkan jemari. Sedangkan tubuh-badan mereka mematung. Padahal, di usia itu merupakan fase terpenting (golden age) tumbuh kembang raga.

Kedua, mereka sedini mungkin telah dikenalkan bangku sekolah, menghapal, les membaca-berhitung, dan kemudian berhilir memakai toga laiknya mahasiswa diwisuda. Orangtua berlomba-lomba ingin anaknya pintar ini-itu dan berpengetahuan dengan "memaksa" si anak belajar lagi dan terus belajar. Sementara masa-masa bermain praktis berkurang drastis untuk tidak dikatakan hilang terlewatkan.

Buku ini menyorongkan orangtua agar lekas-lekas memberikan porsi berlebih kepada anak untuk bermain sepenuh mungkin. Bermain adalah energi dan sarana eksistensi anak. Bermain merupakan rekreasi dan relaksasi si anak untuk beroleh kembali kebersemangatan. Teori klasik menyitir, bermain adalah bawaan/kodrat yang harus dipenuhi sebagai bekal mental mempersiapkan usia dewasa.

Teori modern semisal teori Vygotsky lebih menukik lagi menyodor pentingnya bermain sebagai pembentukan cara berpikir dan cara anak memecahkan masalah (hlm: 8). Sebenar-benar bermain juga menghasilkan kecerdasan sosial. Dengan kata lain, anak-anak bermainlah di halaman, taman, dan berlari di lapangan secara beramai-ramai.

Mengingat telah berdiri banyak sekolah Pendidikan Anak usia Dini (PAUD). Cara tepat mengembalikan kodrat anak dengan bermain adalah mewedarkan sehimpun informasi bagi guru PAUD perihal teknis mengembangkan alat permainan edukatif (APE). Buku ini memulainya dari tahapan perencanaan, pemilihan jenis APE, pembuatan, sampai evaluasi; terbabar rinci.

Buku kaya akan gambar panduan ini cukup efektif sebagai perimbangan, meng-counter, dan memberi alternatif metoda bermain anak di tengah gempuran aneka aplikasi permainan di perangkat selular dan komputer. Selain menandaskan bahwa bermainnya si anak merupakan cara belajarnya, juga berimplisit bahwa tidak sembarang alat/jenis permainan bisa diterapkan. Namun, mesti disesuaikan dengan tingkat emosional dan kognitif tumbuh kembang anak.

APE tidak sekadar sarana melepasbebaskan keceriaan anak yang bertumpu pada kesenangan semu. Namun, lebih jauh kefaedahannya dengan sembari meningkatkan kecakapan berbahasa. Pada saat bermain berbasis APE, anak "dilatih" mengemukakan jawaban. APE berjenis pertanyaan-pertanyaan yang ditulis dalam kertas-kertas yang dibuat menyerupai kartu, berguna sebagai latihan si anak untuk berkomunikasi dan menyatakan ide (hlm: 128). Lebih-lebih, APE dirancang untuk permainan secara bersama-berkelompok. Bakal kian merekatkan keakraban antaranak, terutama dalam kemumpunian berbicara di depan banyak orang.

Sebagaimana APE yang dikembangkan Elizabeth Peabody; menggunakan medium berupa dua boneka tangan yang dilengkapi papan magnet, gambar-gambar, serta piringan hitam berisi lagu. Contoh APE guna meningkatkan perkembangan bahasa tersebut bisa dikembangkan atau tawaran di buku ini, bahkan bisa dimainkan tanpa menggunakan bahan khusus. Semisal permainan bersebut "menyambung kata". Menyambung satu kata ke kata berikutnya hingga membentuk kalimat. Orangtua maupun guru PAUD tetap diperlukan sebagai pengawas jalannya permainan agar celotehan mereka tetap di jalur percakapan sesuai usia mereka serta menghindarkan dari ujaran kurang patut.

APE bukan suatu bentuk mainan macam mobil-mobilan. Melainkan semacam pengistilahan rancang metoda dan rancang bangun dengan menggunakan bahan-bahan sederhana atau merupakan kombinasi dari ragam alat permainan yang telah ada. Hanya saja, sebuah alat permainan tersebut berinti dengan mendorong peningkatan perkembangan motorik, kognitif, serta afektif: dimainkan beramai-ramai. Sehingga diharapkan si anak tidak merasa bermain sendirian di tengah keramaian.

Data buku:

Judul: Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun