Oleh : Itsam Sf
Ini skenario yang jauh lebih indah dari sekedar cerita jalan kehidupan. Bagaimana Allah mengatur setiap centi urusan hambanya. Memperhatikan setiap butir kebutuhannya. Memahami setiap ucapan dalam hatinya. Hingga mempertemukan gadis berusia 18 tahun ini dengan keluarga-Nya. Subhanalloh, walhamdulillah, walaailaahaillaloh, allohuakbar.
Sebut saja, Husna namanya. Gadis periang dengan berjuta prestasi. Aku bertemu dengannya setahun yang lalu sebelum ia seperti yang aku dengar saat ini. sejak awal pertemuan, aku melihat sesuatu yang berbeda darinya. Entahlah, ada kenyamanan saat aku sekedar duduk dan berbagi kisah dengannya. Matanya memancarkan sebuah keyakinan yang hebat.
Sepintas, ia memang menjadi pusat perhatian. Aku tak paham, mungkin karena jilbabnya yang tak sepanjang mereka. Atau karena penampilannya yang biasa-biasa saja. Aku tak mengerti, mengapa ia bisa berada ditengah-tengah kami. Ini test kelembagaan yang super ketat. Apa dia benar-benar serius dengan hal ini?
Husna selalu saja menyita perhatianku. Ia bangun satu jam lebih dulu dariku. Bermunajat diatas sejadahnya lebih lama dariku. Berpuluh kali membuka, membaca dan mencoba menghafal kalamulloh itu. Seringkali ia malah gagal. Aku jelas-jelas melihat seberapa keras usaha gadis itu. Yah, itulah rencana sang Maha Kuasa. Singkat cerita, aku dan Husna gagal test masuk lembaga Qur’an itu. Aku memutuskan untuk melanjutkan study di salah satu universitas negri. Dan sejak itu, tak pernah ada komunikasi antara aku dan Husna.
***
Hey, tahukah? Aku baru saja tahu bahwa Husna telah menjelma menjadi banyak sosok. Cahaya yang dulu kulihat dimatanya benar-benar membawanya pada ribuan sisi istimewa. Menyebarkan energi positif di sekelilingnya.
Aku banyak menemukan tulisan-tulisan indah buah karyanya, Husna. Kemudian mendengarnya banyak berdakwah di berbagai media, juga lainnya. Aku takjub dengan apa yang Allah berikan padanya.
Hari ini, aku memutuskan untuk menyambung kembali komunikasi dengan Husna. Memastikan bahwa orang hebat ini memang Husna yang kukenal singkat setahun lalu. Semuanya lagi-lagi membuatku terpukau. Yah, terpukau dengan goresan hidup yang Allah ciptakan untuk dia. Satu hal yang membuatku lebih terkagum, Husna ternyata sudah hampir menyelesaikan setoran hafalan qur’annya. Subhanalloh.. dan ketika aku mencona menghujaninya dengan ribuan pertanyaan, ia hanya berkata singkat, “Dekati Allah. Berusahalah untuk jadi keluargaNya. Semua urusan Allah yang atur. Bagi Allah semuanya mudah”.
***
Banyak pelajaran (ibroh) yang bisa kita ambil dari kisah singkat diatas. Kisah yang ribuan kali sudah terulang dalam sejarah hidup manusia. Aku hanya ingin mengingatkan kembali, mari kita raih kursi terdekat untuk duduk bersama sang Pencipta. Aku yakin, kita semua tentu memiliki banyak harapan dan problematika kehidupan. Ayolah, kita coba untuk seperti Husna diatas. Dibalik usahanya, Allah justeru menyiapkan nasib yang indah.
Aku menemukan beberapa keterangan (al-hadist) bahwa keluarga Allah adalah mereka para penjaga wahyu. Yang senantiasa menyibukan harinya dengan Al-Quran. Mari kita mulai dari sedikit hal kecil. Mulai membiasakan diri membaca Al-Quran, setelah itu mencoba menghafalnya. Apalagi jika dengan senang hati mengaplikasikannya dalam kehidupan. Allah itu tak pernah ingkat pada hambanya. Allah pasti akan memudahkan segala urusan kita, ketika kita mau dekat dengannya. Menjadi keluarganya.
Jangan ragu, jangan bimbang.
Sahabat muslim semua, setelah membaca artikel ini, mari memulai satu kebaikan untuk mencapai derajat terdekat disiNya. Lekas berwudlu, bawa Al-Qur’annya, kemudian kita bersama-sama berazam untuk bergabung bersama keluarga Allah lainnya.
Bismillahirohmanirrohim. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H