Apakah anda pernah berpikir ingin menghilang selama-lamanya. Ataukah anda berharap sesuatu yang mengkhwatirkan tidak sedang terjadi saat ini. Atau anda pernah berpikir andai semua kembali seperti semula. Ada penyebab membuat semua ini terjadi, ya tekanan yang menyebabkan kita berpikir untuk menghindari kenyataan dengan angan-angan seperti itu.
Sebuah studi baru-baru yang dikembangkan oleh psikolog Harvard, Robert Epstein, menemukan bahwa meskipun seseorang yang sedang ditimpa stress karena tekanan memiliki persenjataan lengkap, dia tahu teknik manajemen stres yang sering dibahas oleh para ahli (misalnya meditasi, yoga, berolahraga, dll), namun cara yang paling efektif untuk mengatasi tekanan karena stres adalah belajar bagaimana “menghindari” (bukan melarikan diri) stres yang potensial bisa dialami sebelum terjadi.
4 keterampilan yang perlu dilatih
Epstein memberikan referensi empat keterampilan yang dapat dilatih, dimana hal ini akan membuat seseorang yang stress karena tekanan dapat menggunakannya untuk mengelola stres dengan cara yang sehat.
Pertama, mengurangi atau menghilangkan sumber stress
Kedua, berlatih teknik relaksasi
Ketiga, memperbaiki cara berpikir yang irasional
Keempat, pencegahan, melalui perencanaan hidup sehingga dapat menghindari stres sebelum stress tersebut mempengaruhi
Pada empat hal diatas, anda harus memiliki pandangan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi sumber stress. Berlatih teknik relaksasi dan belajar bagaimana untuk membingkai ulang pemikiran adalah teknik manajemen stres yang efektif, studi ini menemukan bahwa pencegahan merupakan prediktor paling kuat dari kebahagiaan dan kesuksesan.
Tapi berapa banyak kita yang telah memiliki pelatihan formal dalam mengelola stres? Hanya 17 % dari subyek dalam penelitian yang didapatkan oleh Epstein telah menerima pelatihan formal dalam manajemen stres, fakta dari 16 juta orang hits goolgle yang mengaku mendapatkan pelatihan mengelola stress ternyata belum sesuai.
Jadi bagaimana cara melawan stres sebelum stress itu sendiri dimulai? Berikut adaah strategi melawan stress karena tekanan
Pertama, merencanakan pekan anda.
Salah seorang karyawan perusahaan mengumpulkan seluruh keluarganya untuk duduk pada minggu malam guna membahas dan merencanakan minggu yang mendatang. Mereka memetakan akan kemana, olahraga apa, apa kegiatan sekolah yang datang, dan hari apa harus bekerja lembur. Dengan demikian semua stres yang akan mungkin terjadi sudah dikenal selama seminggu sebelumnya, sehingga bisa menyerang stress dan tidak terhambat stres.
Kedua, tentang toleransi
Apakah anda selalu menoleransi segala hal dalam hidup anda? Toleransi dalam hal ini adalah tentang hal-hal (besar dan kecil) yang setiap hari dapat mengalihkan perhatian anda dari hal-hal lain yang lebih penting. Toleransi bisa berbagai macam bentuknya, mulai dari pekerjaan, hubungan rekan kerja yang buruk, kendaraan yang perlu perbaikan, hingga dapur yang perlu perbaikan. Untuk setiap hal yang bisa ditoleransi, tanyakan pada diri sendiri tiga pertanyaan.
- Dapat kah menyingkirkan toleransi sepenuhnya? Jika tidak ada, anda dapat mendelegasikan atau meminta orang lain untuk melakukannya?
- Apakah anda sudah merasa lebih baik setelah melakukan pertanyaan diatas?
- Sudahkah mengambil hal (hikmah) yang baik?
Bias negatif pada manusia memiliki kecenderungan untuk melihat dan mengingat hal-hal buruk yang terjadi pada siang hari. Padahal yang baik berlimpah selama sepanjang hari tapi jarang dicari atau diingat.
Ketiga, Tuliskan daftar hal yang baik
Pada akhir setiap hari, menuliskan setidaknya tiga hal baik yang terjadi dan merefleksikan pentingnya hal tersebut. Keesokan paginya,baca sekilas di daftar. Latihan ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit, tetapi studi menunjukkan bahwa mereka yang membuat kegiatan ini dan yang telah memiliki pengalaman kebiasaan rutin ini mengalami peningkatan untuk tingkat kebahagiaan dan optimisme (Seligman, et al., 2005).
Keempat, Mengidentifikasi situasi di mana anda memiliki kontrol
Banyak orang menghabiskan jumlah yang berlebihan dari energi mereka untuk mencoba mengelola isu-isu dan memecahkan masalah yang berada di luar kendali mereka. Hal ini menciptakan tingkat tinggi pada stres dan frustrasi.
Eipstein pernah membantu seorang klien baru yang sedang memiliki masalah berulang yang sedang dialami, dan setelah mereka bekerja melalui beberapa latihan, dia menyadari bahwa sekitar 50% dari masalah itu ternyata berada di luar kendali. Setelah bernapas lega, klien tersebut memfokuskan kembali usahanya pada potongan-potongan yang berada dalam kendali. Dan mengabaikan yang tidak dapat ia kendalikan (atau bisa dikatakan diluar kontrol manusia). Jika diluar kendali manusia biarlah itu mengalir.
Salah satu hasil yang lebih dramatis dari studi Epstein adalah temuan bahwa,
"Hampir 25 % dari kebahagiaan yang kita alami dalam hidup terkait dengan, dan bahkan mungkin hasil, kemampuan kita untuk mengelola stres."
Ketika datang untuk mengelola stres, satu pencegahan kecil terhadap kesehatan mungkin sangat baik dan menjadi bernilai dari pada satu kali pengobatan.
Demikian pemaparan yang cukup mendalam ini, semoga artikel ini bermanfaat untuk anda semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H