Sherlock mengetahui pikiran seseorang hanya dari ekspresi sesaat, sentakan otot, atau lirikan mata. kesimpulannya jarang salah atau Watson menyebutnya belum pernah salah, ia sudah terlatih untuk mengamati dan menganalisis. Jadilah orang awam akan menganggapnya sebagai paranormal, padahal semua hasil analisis dari penalaran yang logis.Â
Seperti dari setetes air sebagai contoh. Ia akan mengandalkan logikanya dan menentukan air itu akan berasal dari mana, dari Samudra atlantik atau air terjun Niagara. Walaupun ia tidak pernah kesana. Ia mengumpamakan semuanya adalah sebuah rantai besar yang sifatnya akan dikenali jika kita memperoleh mata rantainya.Â
inilah kemahiran deduksi yang dimilikinya. Kemantapan analisis yang hanya akan diperoleh dalam waktu yang lama dan penuh kesabaran. Ini berkembang menjadi intuisi. Seperti misalnya dua tambah dua adalah empat, namun sulit menjelaskan dan memberi bukti mengapa dua tambah dua sama bisa sama dengan empat.
Menurut Watson, kemampuan itu luar biasa, namun menurut Sherlock hal itu adalah biasa saja.Â
Aib sang detektif
Watson menemukan kebiasaan buruk Sherlock yang dapat merusak fisiknya. Pernah selama berbulan-bulan selama 3 kali sehari, Sherlock menggunakan morfin ataupun kokain untuk dikonsumsi dengan batas tertentu. Hal ini justru dilakukan saat ia tak mendapatkan kasus yang membuat otaknya digunakan.
Bagi Sherlock, ia menggunakan kokain untuk merangsang dan menjernihkan otak, dan baginya akibat sekundernya tidak dipermasalahkan. Watson sangat marah, dan berusaha mencegahnya dengan berapi-api. Watson menjelaskan otak mungkin akan terpicu semangat, namun menyebabkan kelemahan permanen dan reaksi buruk kokain memberikan resiko kehilangan kekuatan terbesar yang dimiliki.
Hal ini terjadi disebabkan otak Sherlock tidak puas berdiam diri, ia perlu masalah, sandi terumit dan analisis paling berbelit-belit, maka ia akan menjadi dirinya yang semula, dan tak lagi menggunakan perangsang seperti ini. Sherlock membenci kerutinan yang membosankan, dan ia ingin pengerahan mental. Maka mengapa Sherlock memilih profesi ini menjadi satu-satunya didunia.Â
Dan semua ini diabadikan oleh Watson dalam catatan A Study in Scarlet. Mungkin Doyle masuk kedalam novelnya sebagai sosok Watson. Karena Doyle sebagai pengarang adalah seorang dokter juga. Jika anda menginginkan petualangan yang tidak datar-datar saja ,maka anda dapat membaca buku klasik ini sebagai teman anda berakhir pekan. Dan maaf bagi yang anda yang tidak suka memeras otak dan lebih menyukai cerita termehek-mehek, anda akan kurang berminat membaca karya klasik ini.
Walau dari awal si tokoh utama memiliki 'aib' secara jelas, akan tetapi semua petualangan serial detektif ini, paling tidak akan membuat si-pembaca menjadi lebih pintar dengan wawasan yang belum pernah ditemui.Â
Selamat membaca