Mohon tunggu...
Mbak Tata
Mbak Tata Mohon Tunggu... profesional -

** House Manager ** Meminati segala hal yang berkaitan dengan eksplorasi dalam meningkatkan produktifitas hidup maupun manajerial yang efektif dan efisien untuk keseharian yang lebih baik silakan berkunjung ke itqonmanager.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ade Sara, Potret Bencana Bangsa ini

20 Maret 2014   03:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13952363091304403279

Kita bisa melihat dari sisi fisiologis, pada korteks sebagai tempat untuk berpikir, belum tersambung sempurna kepada pre frontal korteks.  Hal ini membuat seorang anak kurang sempurna pertimbanganya dalam mengambil resiko, terutama high risk resiko. Ini sebagai dampak dari era digital.

Hafidz ternyata adalah penikmat video kekerasan dari kecil, Hafidz melihat lagi dan lagi sampai tidak memiliki perasaan lagi. Kemungkinan besar pre frontal korteks Hafidz terganggu. Jika sudah otomatis tidak punya perasaan, pre frontalnya sudah banyak terganggu. Pre frontal korteks ini berfungsi untuk membuat perencaan, mengambil keputusan, mengendalikan diri dan mengendalikan emosi serta peran dalam berpikir jangka panjang lainnya.

Banyak yang tidak nampak pada mata, tidak terdengar oleh telinga, tidak bisa dirasakan hati. Brain nya sudah berjalan dengan salah. Hafidz tidak disangka bisa melakukan hal tersebut, ibu Sara hanya mengetahui dari luar  anak tersebut baik. Namun sekali lagi, penyebabnya bisa bermacam macam. Marah, frustasi, sampai tidak bisa mengendalikan emosi. Untuk bulan Januari lalu saja, sudah ada pembunuhan eks pacar. Dalam kasus serupa sudah banyak dipenjara, remaja yang membunuh mantannya. Ini tidak nampak, tapi ini adalah bencana yang harus diperhatikan.

Ibu elly Risman menutup dengan kalimat "Kalau anda kehilangan orang tua anda kehilangan masa lalu kalau anda kehilangan anak-anak anda kehilangan masa depan".

Kini, Semoga kekuatan dari keluarga dapat kita bangun, tidak ada kata terlambat. Jika kita berbicara hari ini, maka kita akan berbicara seperti apa 20 tahun mendatang. Save Our Family.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun