Mohon tunggu...
Itqan Ghazali
Itqan Ghazali Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Dokter | Facebook: Itqan Ghazali | Instagram: itqanghazali

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pasien Gagal Ginjal Kronik: Haruskah Cuci Darah?

18 Agustus 2024   20:23 Diperbarui: 18 Agustus 2024   20:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuci darah atau dalam bahasa medis disebut Hemodialisa merupakan sebuah metode penarikan zat – zat racun tubuh dalam darah seseorang yang kemudian diproses oleh mesin kemudian dikembalikan lagi ke dalam tubuh dalam kondisi bersih. Proses ini merupakan prosedur terapi yang memerlukan keterlibatan tenaga medis termasuk dokter, perawat, serta dukungan keluarga karena banyak aspek yang perlu dipikirkan sebelum memulai terapi ini. Meskipun begitu saat ini masih menjadi pilihan terapi bagi pasien dengan gagal ginjal kronik, lebih dari 70% pasien gagal ginjal kronik memilih terapi ini sebagai pilihan.

Tidak semua pasien dengan gagal ginjal kronik harus menjalani hemodialisa. Ada beberapa indikasi dimulainya terapi ini, seperti adanya gangguan kesadaran, kejang, sesak napas berat, bengkak seluruh tubuh, air kencing yang sangat sedikit, gangguan elektrolit berat, atau bahkan infeksi akut yang menyebabkan tingginya racun dalam tubuh. Kondisi – kondisi ini perlu diperhatikan pada orang – orang dengan faktor risiko tinggi seperti adanya riwayat batu ginjal, asam urat, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit kronik lain.

Saat ini hemodialisa bukanlah satu – satunya cara “mencuci darah”, kita perlu mengenal metode “cuci darah” lain yang saat ini juga mulai dikembangkan yaitu CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis), metode ini menggunakan rongga peritoneum dalam perut untuk mengatur pertukaran zat racun dan kelebihan air dalam tubuh. Alat ini dipasang pada rongga perut melalui operasi khusus. Metode ini dapat menjadi pilihan pada pasien dengan keterbatasan akses hemodialisa, kita tahu bahwa hemodialisa hanya tersedia pada rumah sakit besar yang biasanya ada di kota besar . CAPD merupakan salah satu solusi bagi pasien yang masih harus menjalani pekerjaan, dan mobilitas tinggi. Namun memang pemasangan alat CAPD pada pasien yang harus memenuhi kriteria mulai dari pemeriksaan laboratorium secara menyeluruh, riwayat penyakit, background pendidikan, kebersihan lingkungan hingga faktor psikologis.

Metode baru ini bukan untuk menyembuhkan gagal ginjal, tapi berfungsi sebagai pengganti peran ginjal. CAPD tidak dapat dilakukan pada kondisi akut atau gawat darurat, memerlukan kesiapan yang matang sebelum dimulainya metode ini. Seringkali infeksi pada rongga peritoneum merupakan komplikasi yang sering terjadi, pasien memang diharuskan untuk mengganti cairan dialisat 4-6 kali dalam sehari, mengharuskan pasien selalu menjaga kebersihan tangan dan lingkungan, penggantian cairan yang tidak steril dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada rongga peritoneum atau disebut peritonitis. Komplikasi lain bisa terjadi perdarahan dan sumbatan pada selang CAPD sehingga perlu maintenance dan manajemen yang baik pada pasien yang sudah mulai menjalani CAPD.

Sampai saat ini gagal ginjal kronik belum ada obat yang dapat mengembalikan fungsi ginjal, cangkok ginjal saat ini memang satu – satunya cara menyembuhkan namun kesediaan pendonor masih menjadi masalah utama, ditambah dengan keberhasilannya yang dapat dipengaruhi banyak faktor. Selalu ada sisi positif dan negatif dari setiap prosedur medis, tingginya angka mortalitas dan morbiditas pasien yang menjalani hemodialisa, tingginya angka kejadian gagal ginjal kronik di Indonesia menyebabkan pemerintah dan tenaga medis memutar otak mengenai terapi apa yang cocok bagi pasien, tidak semua pasien gagal ginjal kronik harus dilakukan hemodialisa, ada terapi lain yang menjadi alternatif, atau mungkin pilihan utama bagi pasien tergantung dari kondisi klinis dan aspek – aspek yang telah disebutkan diatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun