Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kerendahan Hati Budaya Masyarakat Batak – Toba Diwujudkan Dalam Falsafah “Dalihan Na Tolu”

7 Juli 2015   23:43 Diperbarui: 7 Juli 2015   23:43 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata setelah diteliti, DNT, yakni: Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru tidak semua bangsa diatas bumi ini memiliki falsafah ini. Falsafah kesetaraan hidup di tengah-tengah masyarakat, karena ada sebutan Raja ni Hula-hula, Raja ni Dongan Tubu, dan Raja ni Boru, sehingga saling menghormati, saling hati-hati, saling menganyomi satu sama lain, bermusyawarah untuk mencapai mufakat, melaksanakan hasil mufakat dengan konsekuen serta penuh tanggung jawab. Tidak ada dominasi dalam DNT, karena suatu saat kita bisa menjadi Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru.

Sebutan Somba (Hormat), Manat (Hati-hati), dan Elek (Sayang dan Mengayomi), sudah seharusnya tetap terjaga dan diajarkan dengan baik bagi generasi Batak – Toba, juga dapat diadopsi menjadi model manajemen pemerintahan berdasarkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia sebagai salah satu Mahakarya Indonesia untuk kemajuan tanah air kita ini. Ungkapan, “Na so mose di janji, na so lupa di tona”. Artinya, “Segala sesuatu yang telah dimusyawarahkan adalah hasil mufakat yang mengikat dan wajib hukumnya dilaksanakan”. “Si boru puas si boru bakkara, molo dung puas sae soada mara”. Artinya, “Bila sudah dibicarakan, dimusyawarahkan maka segala persoalan selesai dengan tuntas”. Inilah bentuk keluruhan budaya Batak – Toba dalam menyelesaikan masalah.

Nah, menurut Mavies dan John Biesanz, “Kebudayaan merupakan alat penyelamat kemanusiaan di muka bumi”. Oleh karena itu, mari kita jadikan Kebudayaan sebagai warisan yang harus dipertahankan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya DNT (Dalihan Na Tolu) harus menjadi budaya hasil Mahakarya Indonesia yang harus tetap kita pertahankan sebagai identitas yang layak diaplikasikan, tidak hanya oleh kalangna Batak – Toba sendiri, tetapi seluruh masyarakat Indonesia sebagai jati diri, karakter, martabat, kerendahan hati dan keluhuran sebagai suku bangsa yang beradab di atas bumi ini.

Horas...!!

 

Sumber : Toba Na Sae Sitor Situmorang

               Keluruhan Budaya Batak - Toba Drs. Thomson Hutasoit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun